Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Izinkan Saya Untuk Tidak Melakukan Sunah Berburu Cicak

Irvan Fadhil oleh Irvan Fadhil
6 Mei 2019
A A
cicak

cicak

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu sekali, saat masih kecil, pernah saya diajak berburu cicak oleh kawan-kawan sebaya. Bukan untuk dijadikan pakan hewan lain, melainkan sebagai ajang peneguh iman. Katanya, dengan membunuh cicak kita akan dapat pahala yang banyak. Anggapan ini didasarkan pada sebuah hadist, seperti ini bunyinya.

 “Barang siapa yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus kebaikan. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari pahala pertama. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala lebih kurang dari yang kedua,” (HR Muslim).

Saya sempat berpikir bahwa hadist tersebut adalah hadist dhoif atau hadist yang lemah. Bagaimana bisa Nabi Muhammad yang begitu baiknya pada semua makhluk hidup justru meminta kita untuk membunuh hewan tak berdosa seperti cicak.

Tapi ternyata asumsi saya salah. Hadist tersebut adalah hadist yang shahih. Setidaknya,  itu yang saya dengar dari seorang ustad yang viral di media sosial. Beliau menceritakan bagaimana cicak menjadi hewan yang sangat dibenci oleh agama Islam. Cerita dimulai dari Nabi Ibrahim yang akan dibakar oleh Raja Namrud. Dikisahkan bahwa semua hewan yang ada disana bahu membahu membawa air walau hanya sedikit untuk membantu nabi memadamkan api. Tapi tidak dengan cicak, ia justru menjilat-jilat api sehingga kobaran api semakin besar.

Ya, mungkin memang terdengar konyol, tapi itulah cerita yang dipercaya. Ada juga cerita lain yang cukup ilmiah untuk dipercaya. Dulu, pada jaman Nabi Muhammad terjadi wabah penyakit kulit. Wabah tersebut disebabkan oleh virus yang dibawa oleh cicak. Oleh karena itu, kaum muslimin diperintahkan untuk membunuh cicak. Tujuan dari perintah itu semata-mata untuk menyelamatkan manusia dari ancaman wabah penyakit kulit.

Merujuk pada dua cerita itu, maka ijinkanlah saya untuk tidak melakukan sunah berburu cicak dengan beberapa alasan.

1.Benarkah cicak yang dimaksudkan adalah cicak yang sama dengan cecak di dinding rumah kita?

Ini adalah hal dasar yang harus diketahui bagi para pemburu pahala berburu cicak. Pernahkah kita berpikir bahwa cicak yang dimaksudkan dalam hadits bisa saja berbeda dengan  cicak di rumah kita?

Baca Juga:

Beratnya Hidup Menjadi Seorang Penderita Phobia Cicak

Selama yang saya ketahui, kondisi geografis di Indonesia dengan negara-negara yang berada di jazirah arab jauh berbeda. Bioma yang ada di Indonesia adalah bioma hutan hujan basah, berbeda dengan kawasan jazirah arab yang memiliki bioma gurun.

Tentu, biota yang ada di kedua bioma ini berbeda. Kita tidak mungkin melihat unta di hutan Sumatera, juga orang utan yang bergelantungan di pohon kaktus, Hal yang sama juga terjadi pada cicak. Belum tentu cicak yang sering kita lihat adalah cicak yang sama dengan cicak di kawasan semenanjung arab.

2.Benarkah cicak menjadi penyebar penyakit kulit?

Jika merujuk pada cerita yang kedua, maka dikatakan cicak dapat menyebarkan penyakit kulit. Tapi itu adalah cicak yang saya asumsikan berbeda dengan cicak yang ada di sekiitar kita. Mengapa? Pernahkah kita mendengar kasus orang terkena penyakit kulit karena memegang cicak? Rasa-rasanya hampir tidak ada.

Lagipula saat ini dunia sudah sangat modern. Kita bisa mengidentifikasi penyakit dengan metode ilmiah. Saat mendengar ada wabah penyakit, kita juga bisa mendapatkan antibiotiknya dengan mudah.

Apabila saat ini cicak benar menjadi penyebab wabah penyakit kulit, maka pemerintah pasti sudah “woro-woro” sejak dahulu. Seperti kasus penyakit rabies yang disebabkan oleh anjing dan monyet. Pemerintah segera bertindak cepat dengan memberikan penanganan, baik secara langsung maupun preventif.

3.Fungsi cicak yang begitu besar dalam ekosistem

Mungkin sebagian kita tidak tahu betapa pentingnya cicak dalam kehidupan kita. Padahal ia memiliki peran yang begitu besar dalam ekosistem. Seperti yang kita tahu, cicak adalah pemakan nyamuk, seperti dalam lagu anak-anak.

Bisa dibayangkan kalau cicak habis diburu dan dibunuh, nyamuk akan dengan mudah berkembang biak dan menjadi banyak. Pada akhirnya justru terjadi wabah penyakit baru yang ditimbulkan karena ketiadaan cicak.

Saya menjadi ingat sebuah kasus yang terjadi di China. Saat itu pemerintah setempat mengkampanyekan pemusnahan burung pipit karena dianggap sebagai hama yang menyebabkan gagal panen. Asumsi yang berkembang saat itu adalah jika burung pipit habis, maka hasil panen akan meningkat.

Lalu apa yang terjadi? Populasi burung pipit menurun drastis. Bahkan burung pipit hampir punah di China. Dikabarkan sekitar 600 juta burung pipit mati dalam kampanye tersebut.

Masalah muncul pada tahun berikutnya. Ternyata burung pipit tidak hanya memakan komoditas tanam warga, tapi juga belalang yang juga menjadi hama. Akibatnya, populasi belalang meningkat dengan pesat, karena tidak ada predator alami bagi belalang. Gagal panen justru semakin besar, hingga menyebabkan kelangkaan pangan di China. Dampak terburuknya adalah ribuan warga mati karena kelangkaan pangan.

Kisah di atas menjadi pelajaran penting bagi kita. Membasmi suatu populasi sama saja merusak ekosistem. Rusaknya ekosistem tersebut juga pasti akan berdampak pada manusia. Mulai dari munculnya wabah penyakit, hingga kelangkaan pangan, dan masih banyak lagi.

Nah, itu poin-poin yang menjadikan saya enggan  melakukan sunah berburu cicak. Tidak masalah tidak mendapat pahala yang begitu besar dengan membunuh cicak, saya yakin dengan menyanyangi semua makhluk hidup pasti juga dapet pahala.

“Pluk”

Eh..Lha kok tiba-tiba ada tai cicak nemplek di pundak saya. Woo! Cicak gendheng! Baru aja dibela-belain malah buang hajat seenaknya sendiri.

Terakhir diperbarui pada 6 Mei 2019 oleh

Tags: BerburuCicakSunah
Irvan Fadhil

Irvan Fadhil

Saat ini aktif sebagai pelajar di salah satu SMA di Kota Yogyakarta.

ArtikelTerkait

phobia cicak mojok

Beratnya Hidup Menjadi Seorang Penderita Phobia Cicak

5 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.