Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Isu Match Fixing dan Susahnya Menikmati Sepak Bola Indonesia Tanpa Rasa Curiga

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
22 Desember 2021
A A
match fixing
Share on FacebookShare on Twitter

Bagi saya isu match fixing itu seperti cerita hantu; kadang memang nyata, sisanya hanya kita yang terlalu berlebihan. Seperti gelaran sepak bola Indonesia, hal-hal yang kontroversial selalu dikaitkan dengan isu match fixing. Hal tersebut sebenarnya bukan hal baru. Hanya saja, kini makin santer dengan adanya media sosial yang menjadi wadah rasan-rasan.

Yang perlu diketahui, match fixing itu tidak bisa dibuktikan atas dasar curiga saja. Perlu investigasi. Dan sangat tidak elok apabila setiap keputusan-keputusan atau kejadian “yang dianggap janggal” selalu dikaitkan dengan isu mafia, yang bagi saya merusak kenikmatan menonton sepak bola.

Rasa curiga itu juga wajar. Seperti ketika pacaran, rasa curiga tersebut bisa diartikan merupakan tanda sayang. Selebihnya, jika berlebihan akan merusak kenikmatan, bukan?

Satu contoh paling anyar datang dari gelaran Liga 2 babak 8 besar yang mempertemukan Persis Solo vs Sriwijaya FC. Selama pertandingan berlangsung, laga ini dihujani banyak keputusan wasit yang dianggap kontroversial, sekaligus memicu rasan-rasan di jagat maya.

Salah dua-nya adalah dua penalti yang dihadiahkan untuk Persis—yang memang cukup debat-able—baik penalti pertama yang tidak begitu jelas handball atau tidak, serta penalti kedua yang bagi sebagian kalangan menganggap Ferdinan Sinaga sengaja melakukan diving.

Tak kalah menarik adalah reaksi dari Sriwijaya FC yang sempat ingin melakukan WO. Nil Maizar pelatih Sriwijaya FC sempat masuk ke lorong Pakansari, sementara para pemain Sriwijaya FC menepi di lapangan.

Bukan hanya itu, yang paling kontroversial dari laga ini tentu datang di penalti kedua Persis, kala Beto gagal mengeksekusi penalti. Lantas karena dianggap terjadi pelanggaran ketika penalti, wasit mengulang tendangan penalti, dan menggantinya dengan tendangan bebas tidak langsung. Penonton terheran-heran, sementara dua komentator di balik layar malah terkekeh. Ini adalah sorot utama laga ini.

Momen ini sebenarnya bisa dijelaskan dengan Law 14 FIFA, mengapa penalti dapat diganti oleh tendangan bebas tidak langsung. Dan itu terjadi, jika “pemain yang melakukan tendangan penalti atau rekan setimnya melakukan pelanggaran”, dengan catatan ”bola tidak masuk gawang”.

Baca Juga:

Sepak Bola Indonesia Sebaiknya Memang Dibekukan Saja!

VAR Nggak Akan Ada Gunanya Selama Kualitas Wasit Liga Inggris Gini-gini Aja

Screenshot_2021-12-21-16-56-29-07_17d0315e8432881959b79ca514fd72a7 (1).jpg

Sumber foto: Vidio.com

Nah, pertanyaannya, adakah dari gambar ini pemain Persis yang melakukan pelanggaran dengan tidak berdiri di luar kotak penalti sebelum bola dieksekusi? Jika dari gambar tersebut tampak ada, keputusan wasit cukup benar.

Sementara sebagian berpendapat, penalti tersebut diulang dan diganti, lantaran Rizky Darmawan, kiper Sriwijaya dianggap melakukan pelanggaran dengan maju terlebih dahulu sebelum bola dieksekusi. Yang menurut Law 14 FIFA, jika pelanggaran penjaga gawang jelas berdampak pada penendang, seharusnya penalti dapat diulang (penalti). Memang, untuk mengatakan apakah pergerakan Rizky cukup menanggu Beto cukup sulit dianalisis. Sementara, bola melambung jauh ke langit Cibinong malam itu.

Tapi, Law 14 FIFA mengatakan bahwa “penjaga gawang yang bertahan harus memiliki setidaknya sebagian dari satu kaki menyentuh, atau sejajar dengan, garis gawang”. Jika dilihat dari gambar ini, nampak satu kaki Rizky terlihat masih nyantol di garis gawang. Lantas, bagaimana? Kalian ada yang mau membantu jawab?

Screenshot_2021-12-21-16-56-29-07_17d0315e8432881959b79ca514fd72a7 (1).jpg

Sumber foto: Vidio.com

Terlepas apakah keputusan wasit bisa dibenarkan atu tidak, yang jelas tidak serta merta semua keputusan wasit dipaido. Untuk itu, wasit semestinya menunjukan ketegasan bahwa keputusannya memang benar, serta tidak nampak eca-eco” dan gampang dipaido.

Kalau pun keputusan salah, seharusnya komentator setidaknya mampu menjelaskan situasi di lapangan kepada khalayak. Kalau bisa, ketimbang menghafal nama-nama kota di Indonesia, mending menghafal aturan-aturan FIFA saja, deh. Ya, kendati aturannya setumpuk untuk dihafal, tapi bagaimanapun itu memang seharusnya menjadi tugas mereka. Alih-alih hanya menambah rasa curiga khalayak.

Oh, ya, balik lagi ke dua penalti kontroversial Persis Solo yang nyaris membuat pihak Sriwijaya ngambek. Ini juga membuat penonton gusar, lantaran terbawa rasa curiga, seolah-olah memang sepak bola kita tidak bersih, sampai-sampai tim di lapangan juga tidak percaya. Saya, sih, sedikitnya setuju, tapi bagi saya, tidak semua hal yang indikasi-nya begitu selalu begitu. Bisa juga begini.

Dan salah satu solusi paling mudah dari semua masalah yang ruwet ini, sebenarnya: sepak bola kita sangat butuh VAR, alih-alih memajang orang dengan rompi Satgas Anti Mafia. Walaupun, alasannya selalu terkendala pada biaya yang mahal. Tapi, ya, gimana lagi, ini sudah urgent, dan sudah sulit rasanya hari ini menikmati sepak bola Indonesia tanpa rasa curiga.

Sumber Gambar: Pixabay

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2021 oleh

Tags: match fixingsepak bola indonesiawasit
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Sepak Bola Indonesia Sebaiknya Memang Dibekukan Saja!

27 Maret 2023
wasit sepak bola indonesia liga 1 mojok

500 Hari Tanpa Sepak Bola Indonesia, kok Wasitnya Masih Gitu-gitu Aja?

30 Agustus 2021
nama unik tim sepak bola jepang liga jepang meniru tim sepak bola indonesia mojok.co

Semisal Tim Sepak Bola Indonesia Menggunakan Konsep Nama Seperti di J. League

2 September 2020
makassar

Tentang “Maaf Sekadar Mengingatkan” yang Lagi Tren di Makassar

9 Agustus 2019
liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

‘Sepakbola: The Indonesian Way of Life’: Melihat Karut-Marut Sepak Bola Lokal secara Utuh

2 Februari 2021
Pratama Arhan, Euforia, dan Tantangan bagi Klub Indonesia

Pratama Arhan, Euforia, dan Tantangan bagi Klub Indonesia

18 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.