Sebagai pemula dalam bertani, ada hal yang wajib saya ketahui. Demi mempermudah proses pembelajaran, saya harus belajar tentang berbagai istilah pertanian bahasa Madura yang digunakan di sini, di Situbondo tempat saya berada.
Mau pakai bahasa Indonesia sebenarnya sih bisa-bisa saja. Namun, mungkin akan dianggap kurang kaffah ketika menjadi petani pemula di Situbondo tanpa mengetahui istilah-istilah pertanian dalam bahasa Madura.
Selain itu, juga agar lebih mempermudah para buruh tani yang pada umumnya memang pakai bahasa Madura. Misalnya saja, kurang tepat kalau saya minta tolong pada buruh untuk “menyemai” bibit cabai. Di Situbondo, proses penyemaian akan lebih mudah dimengerti jika menggunakan kata belta’. Ini baru satu.
Setelah belajar sedikit demi sedikit, ternyata masih ada banyak istilah lainnya yang biasa digunakan.
Selain mencari tahu sendiri, saya mencoba cari sejumlah referensi. Saya pun mengambil tambahan sejumlah istilah pertanian dalam bahasa Madura dari penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh tentang istilah lain yang mungkin belum saya ketahui dan pahami.
Saya akan membaginya jadi beberapa kategori: tahap pembibitan, tahap pemeliharaan, tahap pemanenan, dan pasca-panen.
Istilah pertanian bahasa Madura dalam tahap pembibitan dan persiapan tanam
Pada tahap pemeliharaan ada beberapa istilah ini:
- Aèng : artinya air
- Bidingan: bedengan atau area tanam yang telah diolah dan ditata alur, bentuk, juga ketinggiannya.
- Némbhuk: menjelaskan proses menimbun tanah pada bagian bawah pohon agar tidak gampang roboh.
- Landu’: cangkul
- Cambâ: kecambah
- Panjhâ’: padi
- Belta’: proses penyemaian benih.
- Tombu: tumbuh
- Nabur: menabur
- Dhâbu’: mencabut tanaman
- Ramo’: akar tanaman
- Bighih: benih
- Asaka’: membajak sawah menggunakan mesin
- Namen: menanam
- Abiding: membuat bedengan
- Aleket: pembuatan jalur air di sekitar tanaman
Istilah bahasa Madura yang digunakan dalam tahap pemeliharaan
Tahap pemeliharaan adalah tahap lanjutan ketika komoditas tanaman pilihan masing-masing petani sudah tertanam. Dalam tahap ini, biasanya akan dilakukan sejumlah langkah perawatan seperti pemberian pupuk, kontrol terhadap hama, cek kondisi daun, pemberian obat-obatan kimia, dan lainnya.
Beberapa istilah yang biasa disebutkan yakni:
- Arao: membersihkan gulma secara manual menggunakan arit/sabit.
- Nyéram: menyiram tanaman, biasanya pada komoditas seperti tembakau, cabai, dan komoditas lain yang butuh perawatan intensif.
- Norap: mengairi sawah, biasanya untuk komoditas seperti padi, jagung, dan sejenisnya.
- Abhutok: proses pemberian pupuk pada tanaman.
- Terbi’: mulai munculnya tunas tanaman.
- Are’: proses menyabit rumput menggunakan arit, biasanya bertujuan untuk cari makanan ternak.
- Ngangsel: penanaman susulan untuk mengganti tanaman sebelumnya yang gagal tumbuh.
- Angselan: tanaman hasil dari ngangsel.
- Panjheren: bambu yang digunakan untuk menyangga tanaman.
- Nyemprot: proses spray atau penyemprotan tanaman dengan bahan-bahan kimia.
- Panyakek: penyakit tanaman.
- Kerker: daun tanaman yang keriting karena serangan hama.
- Élop: istilah untuk menyebut tanaman yang layu.
- Jhurbu: istilah untuk menyebut bibit jagung yang pertumbuhannya cepat atau subur.
- Bâlâng: belalang
- Rombuh: menunjukkan kondisi lahan yang kotor, bisa karena gulma dan karena barang yang terbawa dalam proses pengairan sawah.
- Bucco’: busuk
- Nyongkel: menyebut tanaman jagung yang baru mulai mengeluarkan buahnya.
Istilah pertanian bahasa Madura pada tahap pemanenan
Nah, dalam tahap ini juga ada cukup banyak istilah yang digunakan. Terkadang menyebut hasil panen, proses pemanenan, pengolahan hasil panen, dan lain sejenisnya:
- Polong: panen
- Ghâbbhâ: gabah atau bulir padi yang baru dipisahkan dari tangkai.
- Ngangko’: proses pengangkutan hasil panen.
- Mikol: pengangkutan dengan cara dipikul.
- Kepa’: menjelaskan kondisi buah yang kempes.
- Bhungka: batang tanaman
- Nale’e: mengikat
- Nyelpat: patah
- Motel: mematahkan
Istilah pertanian bahasa Madura pada tahap pasca-panen
Dalam tahap pasca-panen juga ada sejumlah istilah lain. Contohnya:
- Ajhemmor: proses penjemuran hasil panen
- Notta’: menuangkan hasil panen, biasanya untuk dijemur.
- Nyarcar: meratakan permukaan dalam tahap penjemuran agar kering sempurna
- Ghâddhâng: nampan yang digunakan untuk menampi jagung atau beras.
- Sellip: tempat mengolah hasil panen, biasanya memisahkan bonggol jagung dengan biji atau memisahkan biji padi dari pelindungnya. Tempat adanya mesin penggiling.
- Katul: bekatul atau lapisan dalam butiran padi.
- Tèmbhângan: tempat menimbang hasil panen.
- Bherras: beras setelah dipisah dari kulitnya.
- Nampèh: proses menampi.
- Jhângghel: bonggol.
- Ngombi’: memisahkan jagung dari kulit luarnya dan menyisakan bonggol dan biji.
- Ngorpèng: pemipilan jagung secara manual atau menggunakan mesin. Biasanya untuk memisahkan jagung dari bonggolnya.
- Mondhu’: membungkus.
- Peddhis: pedas.
- Bucco’: busuk.
Mungkin masih banyak lagi istilah pertanian dalam bahasa Madura yang ada yang digunakan di Situbondo. Namun, saya hanya mengetahui sejumlah istilah di atas saja. Bagi pembaca, kalau mungkin ada salah langsung koreksi saja, ya. Saya masih pemula soalnya~
Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kamus Bahasa Madura: Kosakata Madura yang Mirip dengan Daerah Lain