Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Istilah Anak Pancingan Sebaiknya Nggak Perlu Digunakan Lagi

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
16 Juli 2021
A A
anak pancingan new normal mojok

new normal mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Di masyarakat kita tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah anak pancingan. Biasanya ini ditujukan pada pasangan suami istri yang sudah lama menikah tapi belum dikaruniai momongan. Si anak pancingan ini lantas hadir sebagai bahan “untulan” agar pasangan ini lekas mendapatkan momongan. Anak pancingan ini biasanya bisa diperoleh dari diadopsi langsung, dikasih saudara, atau pinjam dari orang lain (bantuin ngurus).

Kebanyakan orang percaya, dengan si pasangan suami istri yang merawat anak orang ini akan mendatangkan magnet rezeki yang kemudian akan menghadirkan anak kandung. Saya setuju sih dengan konsep ketika kita berbuat baik, maka kebaikan itu akan hadir kembali dalam bentuk yang baik di hidup kita. Jadi, sebenarnya merawat anak yatim piatu itu merupakan sebuah kebaikan, sehingga itu bisa menjadi pancingan rezeki kita. Sehingga nggak salah juga kalau kemudian ada istilah anak pancingan.

Pertanyaannya itu bagaimana nasib si anak pancingan ini ketika si anak kandung ini sudah lahir? Atau kalaupun pada akhirnya ternyata si orang tua angkat ini nyatanya tidak juga memiliki anak, bagaimana perasaan si anak pancingan yang mereka tahu bahwa kehadirannya selama ini cuma sebagai pancingan semata? Orang kebanyakan berfokus dengan perasaan suami istri yang seolah menderita karena tak lekas memiliki anak, tapi jarang sekali ada yang fokus pada perasaan si anak yang dianggap sebagai pancingan ini.

Saya banyak memiliki teman yang dijadikan anak pancingan seperti ini. Salah satu teman saya ini merupakan anak kembar dan dia diberikan kepada kakak ibunya yang mana orang tua barunya ini tidak memiliki anak. Meski hidup teman saya ini berkecukupan dan dimanja kasih sayang dengan orang tua barunya, tapi tetap saja dia merasa kalau dia dibuang oleh orang tuanya dan hal itu menimbulkan rasa benci yang mendalam. Dia pun sempat bertanya, “Kenapa harus saya yang dikasih? Apa saya tidak diharapkan orang tua saya?”

Selain itu saya juga mendengar cerita dari teman yang lain, di mana dia juga dijadikan sebagai anak pancingan. Rasanya gimana sih dijadikan sebagai umpan untuk mendapat sesuatu yang lain. Beda halnya kalau kita memang dari awal diharapkan sebagai anaknya tanpa ada embel-embel mengharapkan anak yang lain. Di mana si orang tua ini memang sejak awal mengharapkan anak untuk diadopsi karena menginginkan merawat si anak. Tentu ceritanya bakal lain.

Menurut Santrock dalam bukunya Life-Span Development dijelaskan bahwa psikologis anak adopsi dengan anak kandung itu tidak sama. Sehingga pola asuh yang diberikan tentunya juga berbeda dengan anak kandung. Bagi orang tua yang hendak mengadopsi anak seharusnya juga paham akan sejumlah tantangan yang harus dihadapi ketika sudah berkomitmen untuk mengadopsi anak. Pada masa bayi, disebutkan adanya perbedaan kelekatan ikatan batin antara anak adopsi dengan anak kandung. Terlebih kalau si orang tua ini memiliki masalah fertilitas atau harapan mereka memiliki anak tidak terpenuhi.

Pada masa kanak-kanak awal atau sekitar 4-5 tahun si anak mulai mempertanyakan dari mana asal usul mereka, pada saat inilah tugas orang tua mulai membicarakan tentang status adopsi kepada si anak. Pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir si anak akan mulai membanjiri pertanyaan-pertanyaan dari mana asal usul mereka dan mencari tahu alasan orang tuanya mengadopsi dirinya. Sedangkan pada masa remaja mereka akan mulai mengidentifikasi tubuhnya dan identitas dirinya. Kemudian membandingkan bentuk wajah atau tubuh yang tidak serupa dengan orang tua angkatnya.

Di dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa anak-anak yang diadopsi jauh memperlihatkan perilaku rasa bersalah ketimbang anak kandung. Mereka merasa tertekan ketika tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tua angkatnya atau mengecewakan mereka. Disebutkan juga bahwa anak adopsi ini juga lebih rentan mengalami gangguan mental ketimbang para anak kandung. Walaupun di sisi lain, indeks prestasi dari anak adopsi ini kadang menunjukan angka yang signifikan lebih bagus ketimbang anak kandung.

Baca Juga:

Mindfulness Parenting Mengajari Saya untuk Tidak Menurunkan Trauma kepada Anak Masa Depan Saya

30 Kosakata Parenting yang Njelimet, tapi Sebaiknya Dipahami Orang Tua Zaman Sekarang

Bagi para pasangan suami istri yang berencana untuk mengadopsi anak semoga jauh lebih mempersiapkan diri dengan baik. Jangan asal cuma mengadopsi. Setelah anak kandung lahir kemudian rasa pedulinya berubah. Jika pun hendak mengadopsi, harus ditekankan bahwa mereka yang mengharapkan si anak hadir di hidup mereka, jangan sampai ada istilah balas budi atau sebangsanya.

Kembali lagi sih, meski anak adopsi sekali pun kalau kita merawatnya dan membesarkannya dengan kasih sayang mereka akan membalas dengan kasih sayang juga. Menjadi orang tua itu bukan pekerjaan yang mudah, sehingga sebelum memutuskan untuk mengadopsi harus dipikirkan masak-masak. Sekali kita berkomitmen jangan pernah berhenti di tengah jalan, karena menjadi orang tua adalah pekerjaan tanpa akhir.

Menurut saya jangan ada lagi istilah anak pancingan. Dibilang anak angkat aja kadang si anak merasa insecure, lah ini dibilang anak pancingan. Kalau mau mengadopsi ya diadopsi aja, disayangi dengan setulus hati layaknya anak sendiri. Dan kalau sekiranya belum punya anak yang dilihat dulu apa permasalahannya. Ingat ya yang dianggap sebagai pancingan ini anak manusia bukan barang, jadi anggap mereka layaknya manusia yang juga memiliki perasaan.

BACA JUGA Mendidik Anak Nggak Cuma Soal Menyiapkan Uang, Bund! dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: adopsianak pancinganGaya Hidup TerminalOrang TuaParenting
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

aturan lalu lintas 4 orang menyebalkan saat kecelakaan lalu lintas lakalantas mojok

Orang Tua Adalah Penyebab Generasi Penerusnya Melanggar Aturan Lalu Lintas

25 Juli 2021
Majalah Kuark Adalah Alasan Saya Sempat Bercita-cita Jadi Dokter terminal mojok.co

Majalah Kuark Adalah Alasan Saya Sempat Bercita-cita Jadi Dokter

22 Juli 2021
Daftar Kesalahan yang Lazim Dilakukan Saat Menyuapi Anak Terminal Mojok

Daftar Kesalahan yang Lazim Dilakukan Saat Menyuapi Anak

3 Maret 2021
4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea terminal mojok

4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea

27 Juli 2021
Sebagai Anak Tengah, Saya Muak pada Glorifikasi Sulung dan Bungsu terminal mojok.co

Kalau Jakarta Punya PSBB, Ayah Protektif Punya PABB: Pembatasan Asmara Berskala Besar

15 April 2020

Touring Bareng Klub Motor Nggak Seasyik Touring Waktu SMA

24 Mei 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.