Buat kamu yang masih ragu dengan kinerja PNS dan instansi pemerintah pada umumnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikannya. Saya yakin, saat ini kamu nggak akan menemukan PNS yang nongkrong di kedai kopi, keluyuran di mal, atau main Zuma saat jam kerja. Mereka, para PNS, semua sedang sibuk. Sibuk menghabiskan anggaran negara dengan cara perjalanan dinas ke berbagai kota dan menggelar berbagai acara di hotel-hotel. Kamu nggak usah kaget. Fenomena ini bakalan kamu jumpai setiap akhir tahun, kok. Bahkan, sepertinya sudah jadi tradisi turun-temurun di dunia birokrat.
Ya gimana nggak sibuk, bulan Desember ini sudah masuk akhir tahun anggaran. Artinya, setiap instansi pemerintah wajib menyampaikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara selama setahun ke belakang. Buat instansi pemerintah yang sisa anggarannya tinggal sedikit, ya pasti aman. Berarti kelihatan progres kerja dan penyerapan anggarannya.
Nah, kalau ternyata sisa anggarannya masih banyak, apa nggak ketar-ketir, tuh? Sebisa mungkin ya harus dihabiskan. Caranya? Ya itu tadi. Perjalanan dinas ke luar kota, bikin acara di hotel-hotel, bikin iklan layanan masyarakat, bikin lomba-lomba, dan sejenisnya. Pokoknya anggarannya harus habis, blas.
Kalau ada pertanyaan: kenapa baru sibuk menghabiskan anggaran menjelang akhir tahun? Jadi selama ini kerjanya ngapain saja? Buat menjawab pertanyaan ini, seenggaknya ada tiga alasan kenapa instansi pemerintah itu selalu sibuk menghabiskan anggaran di akhir tahun.
Alasan pertama, efek dari pandemi Covid. Untuk saat sekarang, alasan ini paling logis dan mudah diterima oleh siapa pun. Pandemi Covid memang berdampak juga terhadap penyerapan anggaran instansi pemerintah. Ada banyak kegiatan dan perjalanan dinas yang dibatalkan pada masa PPKM. Otomatis, anggarannya nggak terserap dan masih utuh sampai menjelang akhir tahun.
Dan, ketika pandemi Covid sudah mulai reda akhir-akhir ini, barulah semua berlomba-lomba menyerap anggaran yang tertunda itu.
Alasan kedua, sikap hemat. Semua orang pasti sepakat tentang pentingnya berhemat. Sama halnya ketika seorang anak yang diberi uang jajan selama sebulan, dia akan berhemat ketika awal-awal bulan. Pikirnya, lebih baik uang jajannya bersisa di akhir bulan daripada habis sebelum waktunya.
Nah, instansi pemerintah juga begitu. Ketika diberi alokasi anggaran sekian miliar pada awal tahun anggaran, pasti akan berhemat di awal tahun dan baru mulai sibuk menghabiskan anggaran di akhir tahun. Ya, kan, daripada anggarannya habis sebelum akhir tahun, bisa gawat nanti.
Alasan ketiga, perencanaan yang buruk. Ini adalah alasan yang paling nyata. Kenapa instansi pemerintah sibuk menghabiskan anggaran di akhir tahun? Ya karena perencanaannya yang buruk. Seharusnya nggak perlu berhemat macam uang jajan bulanan kalau memang perencanaannya bagus. Misal, bulan ini harus dibelanjakan sekian, pertengahan tahun harus sudah diserap sekian persen. Jadi, ada semacam monitoring penyerapan anggaran biar anggarannya terserap secara wajar dan nggak menumpuk di akhir tahun. Apalagi kalau sampai sisa banyak, kesannya jadi kayak nggak kerja gitu.
Padahal jujur saja, kesan kayak nggak kerja ini bisa banget dihindari. Ya seperti yang saya bilang tadi: perencanaan yang baik. Yang jadi masalah adalah, kenapa bisa buanyak banget yang buang anggaran di akhir tahun? Artinya, masalah ini menyebar dan berlipat ganda kan? Ah, PR untuk para menteri di atas sana.
Lalu, kalau ada pertanyaan: kenapa sisa anggarannya nggak dikembalikan saja ke negara? Ya bisa saja, sih. Tapi, siap-siap saja dapat rapor merah karena gagal mengoptimalkan anggaran yang ada. Dan, siap-siap juga untuk dipotong anggarannya tahun depan. “Dikasih segitu, kok masih sisa banyak? Yo wes tak kurangi saja anggarannya”. Begitulah kira-kira. Jadi, ya, biar aman, mending habiskan saja anggarannya.
Serba-salah memang. Mau dikembalikan ke negara, takut kena sanksi. Mau nggak dikembalikan, malah bingung pertanggungjawabannya. Ternyata, lumayan rumit juga ya, sistem di negara kita ini.
Sumber Gambar: Pixabay