Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Influencer Melahirkan Ketimpangan Sosial, dan Saatnya Berhenti Memakluminya

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
3 Juni 2021
A A
influencer beli followers instagram, Tren Instagram Stories Terbaru Bikin Banyak Orang Gede Rasa! Penghapusan Jumlah Like di Instagram dan Kebiasaan Pamer Kehidupan
Share on FacebookShare on Twitter

Influencer bukan barang baru. Namanya tokoh yang punya pengaruh terhadap masyarakat sudah berumur setua peradaban. Di peradaban klasik kita mengenal demagog yang tidak lebih adalah influencer politis. Propagandis juga kurang lebih sama.

Dan bicara influencer, kita bertemu dengan realitas memuakkan. Realitas di mana influencer kini menjadi agen ketimpangan sosial. Kehadiran mereka yang kini jadi corong opini dan gaya hidup mengambil alih kehendak masyarakat luas sampai urusan paling sepele.

“Sebentar, emang influencer seburuk itu?” Mungkin itu pertanyaan Anda. Dan mungkin Anda berpikir tulisan ini hadir karena twit Dea Anugrah yang berisi kritik ketimpangan antara pekerja bergaji 800 ribu per bulan dan influencer yang dibayar 80 juta. Dan Anda benar, tulisan ini lahir karena twit kelewat jujur tersebut.

Dan benar lagi, tulisan ini menunjuk mereka yang menjadi influencer lifestyle. Memang arti influencer bisa luas. Bahkan bapak Anda bisa jadi influencer bagi Anda. Jadi mari sepakat bahwa yang sedang saya rujak adalah influencer yang bersliweran di media sosial. Yang menunjukkan gaya hidup sempurna melalui media sosial. Salah satunya pasti Anda follow juga.

Lha gimana saya tidak gatal. Kehadiran mereka seperti nakhoda yang menentukan arah hidup mereka para pemujanya. Tidak perlu berdalih, apa yang dikonsumsi sampai tutur kata masyarakat hari ini pasti dipengaruhi oleh mereka. Hayo, apakah Anda sedang nongkrong di kedai kopi overpriced dengan outfit yang semuanya karena melihat konten seorang influencer?

Inilah yang jadi masalah. Firdaus yang ditampilkan oleh mereka menjauhkan masyarakat dari realitas. Dan ketimpangan antara influencer dan pekerja lain menjadi garnish yang manis bagi problematika ini.

Sebelumnya, silahkan telan bulat-bulat argumen Anda yang membela mereka. “Mereka itu dituntut kreatif. Mereka kehilangan privasi. Mereka mengalami stress parah,” dan argumen nggatheli lainnya. Sorry to say, itu terlalu indah sebagai pembelaan.

Apakah pekerja lain, yang lebih murah gajinya, tidak mengalami apa yang dialami oleh mereka itu? Ya mengalami lah! Jika tidak, hari ini kita sudah hidup di dunia yang sempurna. Tidak ada lagi psikolog, pengawas K3, dan segala solusi terhadap problematika tadi.

Baca Juga:

Saya Lebih Percaya Dokter Tirta daripada Influencer Kesehatan Lainnya, To The Point, dan Walk The Talk!

Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

Nyatanya, setiap orang mengalami hal serupa dengan influencer. Mau bicara bunuh diri? Silahkan cek data yang ada, dan lihat persentase influencer dengan masyarakat lain yang memilih mengakhiri hidupnya. Memandang influencer punya stres yang besar? Lha bagaimana dengan Anda dan teman-teman Anda yang juga rentan stress dan depresi akibat dunia kerja?

Sudah membelanya? Sekarang lihat bagaimana dunia influencer melahirkan ketimpangan tadi bahkan sampai taraf pikiran. Pertama adalah perkara konsumerisme. Ini jelas menjadi alasan mengapa mereka punya peran besar dalam industri hari ini. Apalagi ketika bicara barang mahal yang punya fungsi yang biasa saja. Sepatu misalnya.

Influencer yang “baik” pasti akan sukses untuk membujuk pemujanya untuk membeli barang yang dia endorse. Apa pun itu. Sudah berapa banyak remaja sampai minggat dari rumah karena tidak dibelikan barang yang diendorse atau diproduksi (baca: diendorse seolah-olah diproduksi sendiri) oleh mereka?

Berikutnya, influencer menciptakan mimpi busuk dan tidak masuk akal terhadap hidup yang ideal. Bahkan memunculkan pemakluman bahwa mereka punya privilege untuk melakukan apa pun bahkan yang “amoral” sekalipun. Sedangkan para pemujanya terseok-seok sambil mengejar mimpi yang tidak realistis.

Firdaus ala influencer ini melahirkan masalah psikologis bagi pemujanya. Rasa rendah diri menjadi masalah utama. Diikuti logika tak realistis terhadap kehidupan. Sisanya kembali lagi pada urusan konsumerisme tadi. Tapi, memang itulah yang diharapkan dari mereka. Mereka memang ditempatkan sebagai manusia sempurna. Tentu agar manusia lain terinspirasi oleh mereka. Meskipun inspirasi ini berarti belanja dan belanja lagi.

Ideal yang tidak masuk akal ini bisa merambah berbagai lini. Apakah Anda sering melihat influencer berbadan langsing mengendorse obat pelangsing. Influencer tersebut sedang menciptakan standar ra mashok, bahkan cenderung berbohong. Lha sudah langsing putih seperti patung Rafael kok masih jualan obat pelangsing? Ya goblok lah untuk mereka yang termakan marketing macam ini. Dan ini hanya satu dari sekian banyak contoh bagaimana marketing ala influencer menjauhkan kita dari dunia nyata.

Dan bicara apa yang Dea Anugrah suarakan, itu juga nyata. Influencer yang punya penghasilan berkali-kali lipat dari pekerja yang punya beban kerja yang sama itu memang ra mashok. Tapi, terpaksa kita maklumi karena begitulah ekonomi bekerja. Mereka bisa menyematkan nilai lebih pada barang yang punya fungsi sederhana seperti sepatu tadi. Sebuah nilai yang bisa dibilang nilai omong kosong nirfungsi.

Memang tidak masuk akal ketika ada buruh pabrik yang rentan kehilangan tangan karena resiko kerja punya gaji lebih rendah dari mereka yang katanya rentan depresi karena rajin dapat barang endorse. Eh tapi masuk akal sih, kan memang kita hidup di dunia hari ini. Tapi, diminta untuk maklum? Saya pikir itulah yang tidak masuk akal.

Tapi, bukan berarti saya menggiring Anda untuk berhenti mengagumi seseorang. Selama berdampak positif bagi pencapaian mimpi Anda, ya monggo. Tapi, kalau kagum sampai Anda insecure pada diri Anda sendiri, wah coba pikir dua kali. Coba cuci muka dan lihatlah cermin.

Dan untuk Anda para influencer, saya ucapkan selamat. Selamat karena bertengger di tingkat atas hierarki sosial. Selamat karena menjadi dari sedikit manusia yang bisa meraup profit lebih baik dari mayoritas masyarakat. Dan selamat, karena telah sukses membangun firdaus tak logis yang membuat manusia lain tertekan. Selamat, karena baju keren Anda diproduksi oleh mereka yang harus pakai baju sumbangan partai!

BACA JUGA Daripada Tips Hidup Hemat Bergaji UMR, Warga Jogja Lebih Butuh Ilmu Ini dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2021 oleh

Tags: dea anugrahinfluencerketimpangan sosialPojok Tubir Terminal
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

paket wisata vaksinasi bali mojok (1)

Paket Wisata Vaksinasi Adalah Gambaran Kesenjangan Sosial Kala Pandemi

4 Juli 2021
faldo maldini politisi muda mojok (1)

Faldo Maldini dan Fenomena Politisi Muda Rasa Boomer

15 Agustus 2021
teori konspirasi chemtrails teluuur mojok

Alasan Teori Konspirasi Chemtrails yang Didengungkan Teluuur Bisa Dipercaya dan Diterima Banyak Orang

11 Juli 2021
Prediksi Efektivitas TikTok Resumes jika Dipakai buat Seleksi Karyawan di Indonesia terminal mojok.co

Prediksi Efektivitas TikTok Resumes jika Dipakai buat Seleksi Karyawan di Indonesia

23 Juli 2021
Uncle Muthu di “Upin dan Ipin” Diam-diam Adalah Influencer, Ini Tiga Konten yang Mungkin Membuatnya Viral Mojok.co

3 Konten yang Membuat Uncle Muthu “Upin dan Ipin” Jadi Micro Influencer

1 Januari 2024
Sebut Orang yang Copy Paste Ucapan Duka Cita Nggak Tulus, Itu Sotoy Namanya! terminal mojok.co

Sebut Orang yang Copy Paste Ucapan Duka Cita Nggak Tulus, Itu Sotoy Namanya!

11 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.