Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Indonesia Bukannya Nggak Mau, Tapi Memang Nggak Bisa Pakai Santet untuk Melawan Belanda

Ilus Trian Dayano oleh Ilus Trian Dayano
29 Juli 2020
A A
pelet ilmu hitam indonesia santet mojok

ilmu hitam indonesia santet mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Amerika punya bom atom, Rusia punya nuklir, Indonesia punya santet. Kalimat itu sering kita dengar hingga saat ini. Santet merupakan cara seseorang mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan perantara ilmu hitam. Memang sebagian masyarakat kita masih memercayai praktik itu sekalipun dunia sudah mengalami modernisasi. Coba ketik ‘berita santet’ di Google, Anda akan menemukan beragam berita terkait santet dari berbagai media berita.

Pertanyaannya, kalau Indonesia punya santet, mengapa rakyat atau para pahlawan kita dulu tidak memakai cara itu untuk mengusir Belanda? Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin membagikan penemuan saya terkait santet di zaman penjajahan.

Saya menemukan sejumlah koran berbahasa Belanda yang memberitakan tentang ‘goena-goena’ di beberapa daerah di Indonesia. Goena-goena di sini tentunya merujuk pada santet dan ilmu hitam lainnya. Goena-goena ini kerap dilakukan oleh masyarakat kalangan menengah dan bawah untuk kepentingan tertentu.

Sebagai contoh, artikel berjudul ‘Liefde het Oosten. Een Verhaal van Goena-Goena en Spaansche Peper’ yang diterbitkan pada 5 Mei 1939. Artikel ini mengabarkan seorang perempuan yang bernama Siti melakukan goena-goena kepada suami dari seorang perempuan bernama Naoe di Kampung Bandan. Karena tidak terima, Naoe melakukan perlawanan kepada Siti. Ia lempar perempuan itu dengan cabe tepat ke arah wajahnya. Malangnya, Naoe harus berurusan dengan pihak berwajib karena tindakannya itu.

Namun, dari sejumlah koran Belanda itu, saya tidak menemukan adanya praktik goena-goena untuk mengusir Belanda. Dari sini, saya berpendapat ada dua alasan mengapa Indonesia dulu tidak memanfaatkan santet saat dijajah Belanda.

Santet itu pekerjaan yang sulit

Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang ‘berprofesi’ sebagai tukang santet. Sejumlah syarat itu tentunya tidak mudah. Pertama, tukang santet itu harus mengorbankan keimanannya supaya setan bersedia bekerja sama dengannya. Apakah mau para pahlawan kita melepas keimanannya demi kemerdekaan? Tentu saja tidak. Saya yakin para pahlawan kita memiliki pandangan bahwa cita-cita yang baik harus ditempuh dengan cara yang baik.

Kedua, tukang santet harus menyediakan sesajen atau tumbal untuk setan. Misalnya menyembelih hewan tertentu, seperti anak rusa atau anak kijang. Mencari kedua hewan itu sangatlah sulit karena termasuk hewan langka.

Ketiga, tukang santet harus mengambil rambut atau kuku dari orang yang akan disantet. Dalam hal ini, rambut atau kuku para tentara Belanda yang berjumlah sangat banyak. Sangat mungkin para tentara Belanda lebih dulu menembak si tukang santet atau orang yang hendak mengambil rambut atau kukunya itu sebelum melancarkan aksinya.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Keempat, tukang santet membutuhkan media perantara untuk melancarkan aksinya. Biasanya perantara yang dipakai adalah boneka khusus yang ditancapi paku atau jarum. Sekali lagi, tentara Belanda itu jumlahnya sangat banyak. Kalau ingin menyantet mereka satu per satu berarti harus menyediakan boneka khusus yang sangat banyak. Hal ini sangatlah sulit kecuali Indonesia saat itu membangun pabrik yang khusus memproduksi boneka santet.

Belanda masuk Indonesia tidak langsung main tembak

Belanda masuk Indonesia mulanya dengan alasan perdagangan. Mereka menjajah negara kita dengan mengandalkan diplomasi, bukan asal main tembak. Misalnya, saat pemimpin daerah membutuhkan bantuan, Belanda yang datang paling duluan. Saat pemimpin daerah butuh uang, Belanda yang paling cepat meminjaminya. Alhasil, beberapa pemimpin daerah di Indonesia, kala itu, tunduk dan bisa disetir oleh Belanda.

Karena hal itu, para tentara Belanda tidak mungkin disantet. Sebab, mereka dilindungi oleh sejumlah petinggi atau elite politik lokal.

Andai saja para tentara Belanda disantet, mereka pun dengan mudah menyuruh para petinggi yang tunduk kepadanya untuk mendatangi si tukang santet itu. Si tukang santet itu bisa dengan mudah diseret ke penjara dengan tuduhan penyerangan yang disengaja. Semuanya mudah diatur oleh Belanda.

Pihak Belanda juga bisa dengan mudah menyewa tukang santet yang paling profesional dengan perantara elite politik yang tunduk kepadanya itu. Tukang santet sewaan Belanda itu lalu dimanfaatkan untuk menyantet balik tukang santet yang menyerangnya.

Itulah dua alasan mengapa Indonesia dulu tidak memakai santet saat dijajah Belanda. Lagi pula, sejarah kita akan terdengar lucu jika Indonesia dapat mengusir Belanda dengan santet.

BACA JUGA Mitos Kolesterol dan Bahayanya Orang yang Merasa Tahu dan tulisan Ilus Trian Dayano lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Juli 2020 oleh

Tags: belandaIndonesiasantet
Ilus Trian Dayano

Ilus Trian Dayano

Saya suka menulis dan makan kentang

ArtikelTerkait

Ini yang Akan Terjadi kalau Susanti “Upin Ipin” Pulang ke Indonesia dan Nggak Balik Lagi ke Malaysia Mojok.co

Ini yang Akan Terjadi kalau Susanti “Upin Ipin” Pulang ke Indonesia dan Nggak Balik Lagi ke Malaysia

19 Maret 2025
penjarahan artefak indonesia mojok

Penjarahan Artefak Nusantara: Maling yang Terlalu Pintar atau Kita yang Konsisten Abai?

28 Juni 2021
7 Hal di Kampus China yang Tidak Ditemukan di Indonesia

7 Hal di Kampus China yang Tidak Ditemukan di Indonesia

16 Maret 2022
Bisakah Bule Kena Santet?

Bisakah Bule Kena Santet?

22 Maret 2022
india nggak jorok mojok

Bersyukur Tidak Lahir di India, padahal Indonesia Sama Saja: Artikel Balasan

10 Mei 2021
Level Pedas Orang Indonesia Memang Tingkat Dewa, Bahkan Naga pun Belajar Mengeluarkan Api dari Orang Indonesia

Level Pedas Orang Indonesia Memang Tingkat Dewa, Bahkan Naga pun Belajar Mengeluarkan Api dari Orang Indonesia

9 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.