Indomie Ayam Pop Berhasil Nge-prank Lidah Saya

Indomie Ayam Pop Berhasil Nge-prank Lidah Saya Terminal Mojok.co

Indomie Ayam Pop Berhasil Nge-prank Lidah Saya (Shutterstock.com)

Tak hanya Omicron yang meledak kasusnya pada 2022. Akan tetapi, Indomie juga “meledakkan” produk barunya yang mengangkat kuliner khas Sumatra Barat dengan produk barunya yakni Indomie Ayam Pop.

Sebagai pecandu Indomie tentu saja tidak afdal jika saya tidak memburu mi instan varian terbaru ini. Berbekal uang Rp6.000, saya bisa mendapatkan 2 bungkus Indomie Ayam Pop dengan kembalian uang receh sebanyak Rp400.

Namun ternyata, ada satu hal yang membuat saya seakan kena prank ketika menyantap sepiring Indomie goreng yang satu ini. Berikut ini saya paparkan pengalaman saya mencicipi Indomie Ayam Pop.

Indomie goreng (Shutterstock.com)

Tekstur dan aroma Indomie Ayam Pop

Tekstur Indomie ini hampir mirip dengan Indomie Mieghetti. Ketika sudah matang, saya bisa merasakan kekenyalan paripurna dari mi instan pendatang baru ini.

Soal aroma, hidung saya menangkap aroma rempah ala masakan Sumatra. Selain itu, aroma dari minyak bumbunya sungguh “tebal” sehingga membuat saya tidak sabar untuk sesegera mungkin memasaknya.

Rasa Indomie Ayam Pop

Setelah melakukan serangkaian ritual memasak mi instan mulai dari merebus air hingga mencampurkannya dengan bumbu dan minyak di atas piring, tentu saja yang saya lakukan adalah berdoa terlebih dahulu.

Setelah berdoa, mata saya tertuju pada Indomie yang belum tercampur sempurna. Tangan kanan saya memegang sumpit dan tangan kiri memegang sendok. Lalu, mulailah kedua tangan saya bermanuver untuk mencampur mi instan dengan bumbunya secara merata. Tentu saja hal ini saya lakukan dengan penuh kesungguhan.

Setelah tercampur sempurna, tak terasa air liur saya mulai bergoyang, seakan membisiki saya untuk segera menyantapnya. Hingga akhirnya tangan kanan saya tergoda untuk mengambil mi dengan sumpit.

Saat suapan pertama, lidah saya menangkap rasa gurih seperti ayam yang sudah dimasak. Akan tetapi, entah kenapa lidah saya seperti dihantam oleh rasa pedas yang cukup mengagetkan bagi lidah dan lambung. Rasa pedas yang ditawarkan seakan melebihi pedasnya bon cabe level 10.

Rasanya lebih pedas daripada BonCabe level 10 (Shutterstock.com)

FYI Indomie jenis ini hanya menawarkan 2 unsur bumbu, yakni bumbu bubuk dan minyak bumbu. Oleh karena itu, rasa pedasnya sudah include di dalam kedua unsur tersebut.

Baiklah, untuk mengurangi rasa pedas, saya terpaksa menambahkan kecap. Hal ini saya lakukan agar rasa pedas dari Indomie Ayam Pop menjadi lebih bersahabat dengan lidah saya.

Alhasil, kecap yang saya campurkan berhasil mengurangi level pedas dari Indomie Ayam Pop. Itulah yang membuat saya berhasil menghabiskan 1 porsi Indomie dalam waktu kurang dari 5 menit saja. Meski demikian, kening saya berkeringat dan lidah saya tak sabar memburu air putih untuk menetralkan rasa pedas yang masih tertinggal. Kemungkinan saya harus meminum antasid agar lambung saya yang sensitif terhadap pedas akan tetap baik-baik saja.

Secara tampilan, Indomie Ayam Pop membuat saya berekspektasi bahwa lidah saya akan merasakan sensasi makan mi goreng rasa ayam pop yang berwarna pucat, tetapi gurihnya to the bone. Namun ternyata, rasa pedas dari varian yang satu ini membuat lidah saya seperti merasakan Indomie rasa sambel yang biasa disandingkan dengan seporsi ayam pop.

Rasanya bukan kayak ayam pop, tapi sambelnya ayam pop (Shutterstock.com)

Sebelumnya, Indomie pernah menawarkan varian rasa sambal matah, tetapi justru rasa pedas dari varian tersebut masih bisa saya toleransi.

Usul untuk Indomie

Sebagai pecandu Indomie, saya merasa bahwa rasa pedas dari varian ini agak kurang bersahabat bagi sebagian orang. Khususnya, mereka yang memiliki lidah dan lambung intoleran terhadap sensasi pedas. Alangkah baiknya jika pihak Indofood selaku produsen Indomie Ayam Pop untuk bisa memisahkan bumbu inti dengan bumbu pedasnya. Dengan memisahkan bumbu tersebut, pelanggan mampu menentukan level pedasnya sendiri.

Tentu saja usulan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, bagi manusia yang lemah terhadap sensasi pedas seperti saya, akan kurang menikmati rasa makanan jika level pedasnya melebihi batas toleransi lidah dan lambung.

Penulis: Dhimas Raditya Lustiono
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version