Impian Blora Jadi Kawasan Industri Perlu Dipikirkan Kembali agar Tak Menyesal Dunia Akhirat

Impian Blora Jadi Kawasan Industri Perlu Dipikirkan Kembali agar Tak Menyesal Dunia Akhirat

Impian Blora Jadi Kawasan Industri Perlu Dipikirkan Kembali agar Tak Menyesal Dunia Akhirat (unsplash.com)

Belakangan ini, Blora tengah giat berupaya untuk menjadikan dirinya sebagai pusat industri. Melalui berbagai rencana dan kebijakan yang diterapkan, daerah ini berkeinginan untuk menarik lebih banyak investasi dan meyakini bahwa hal tersebut dapat membuka peluang kerja bagi penduduknya. Seakan pemerintah kabupaten telah mendapatkan petunjuk dari langit untuk mengubah Blora menjadi kawasan industri, yang otomatis mampu mendorong peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dalam sekejap.

Pemkab Blora tak setengah-setengah dalam rencananya. Mereka telah menyiapkan lahan seluas 1.224,24 hektare yang tersebar di 11 kecamatan untuk dijadikan kawasan industri. Bahkan, Pemkab Blora dengan penuh keyakinan berencana mengusulkan pembentukan Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di wilayahnya. Langkah untuk mengangkat Blora yang selama ini dikenal sepi dengan mendirikan industri ini tentu patut diapresiasi.

Akan tetapi Pemkab Blora juga harus bijak dan waspada agar pembangunan industri ini tidak menimbulkan dampak negatif yang merugikan rakyat. Berikut langkah-langkah yang mesti dilakukan Pemkab agar industri bisa berjalan optimal dan potensi hasil pertanian tetap unggul di Blora.

Pemkab Blora dapat melakukan zoning atau pemisahan kawasan industri dan pertanian

Pemkab Blora dapat menerapkan kebijakan zoning atau pemisahan wilayah untuk kawasan industri dan pertanian guna menjaga keseimbangan antara keduanya. Dengan menentukan area khusus untuk industri dan area yang tetap difokuskan untuk pertanian, pemkab dapat menghindari konversi lahan pertanian yang subur menjadi lahan industri. Kebijakan ini akan memastikan bahwa sektor pertanian tetap berkembang tanpa terancam oleh perluasan industri yang bisa merusak lahan pertanian produktif.

Mengutip pernyataan dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Blora, sudah ada dua lokasi yang menarik perhatian investor. Dua lokasi yang dimaksud yaitu Kecamatan Ngawen dan Kecamatan Sambong. Dua kawasan ini diminati untuk pembangunan pabrik rokok dan fasilitas pengolahan minyak.

Dengan adanya potensi investasi tersebut, penerapan kebijakan zoning atau pemisahan kawasan industri dan pertanian menjadi sangat krusial. Hal ini penting untuk memastikan bahwa wilayah penghasil jagung seperti Ngawen dan Sambong tidak akan terdampak oleh pencemaran udara, tanah, atau bahkan terjadinya penggusuran lahan pertanian yang selama ini menjadi mata pencaharian utama masyarakat.

Dengan adanya pemisahan peruntukan lahan yang jelas, pemkab dapat menjaga kelangsungan sektor pertanian yang produktif. Selain itu juga memberikan ruang bagi perkembangan industri yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem pertanian.

Baca halaman selanjutnya: Fokus pengembangan industri berbasis agribisnis…

Fokus pengembangan industri berbasis agribisnis

Pengembangan industri berbasis agribisnis memang sudah menjadi fokus Pemkab Blora, salah satunya dengan merencanakan pendirian Politeknik Agro Industri (Polagrin). Rencana ini tentu merupakan langkah positif yang dapat memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan pertanian, khususnya bagi masyarakat lokal.

Namun, untuk memastikan bahwa pendirian Polagrin ini benar-benar memberikan manfaat maksimal, Pemkab Blora perlu memastikan bahwa kurikulum dan pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan industri agribisnis yang berkembang. Selain itu, fasilitas dan dukungan untuk riset serta pengembangan teknologi pertanian harus diperhatikan. Tujuannya agar para lulusan dapat berkontribusi langsung dalam meningkatkan hasil produksi pertanian dan memperkuat rantai pasokan agribisnis.

Saya yakin dengan pendekatan yang tepat, Polagrin dapat tumbuh menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia yang andal di sektor agribisnis. Sehingga pada akhirnya meningkatkan daya saing dan keberlanjutan industri pertanian di Blora.

Membangun infrastruktur pendukung yang memadai

Pemkab Blora sebaiknya tidak lagi menghindar jika menerima laporan tentang jalan rusak di desa dengan alasan hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah desa. Pemkab harus mulai menyadari bahwa pembangunan jalan di tingkat desa, meskipun bukan sepenuhnya wewenangnya, tetap merupakan bagian penting dari pembangunan daerah secara menyeluruh.

Untuk itu, pihak Pemkab dapat mengambil langkah proaktif dengan menginisiasi audiensi bersama kepala desa guna mencari solusi bersama memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak. Terutama jalan yang menghubungkan area pertanian dengan kawasan industri.

Dengan adanya kerjasama dan perhatian yang serius terhadap infrastruktur ini, distribusi hasil pertanian atau hasil industri nantinya akan lebih efisien. Sehingga hal ini dapat mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan industri secara bersamaan. Lebih dari itu, infrastruktur yang memadai juga dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk mengembangkan sektor pertanian dan industri di Blora.

Antisipasi jika industri di Blora gagal

Antisipasi terhadap kemungkinan kegagalan industri adalah hal yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan oleh Pemkab Blora. Meskipun industri dapat memberikan peluang ekonomi yang besar, risiko kegagalannya tidak boleh diremehkan.

Melihat kejadian di Sukoharjo, di mana pabrik tekstil Sritex yang besar akhirnya gulung tikar. Hal itu memberikan gambaran nyata tentang betapa rapuhnya keberlangsungan industri meski sudah mapan. Kejatuhan Sritex mengingatkan kita bahwa meskipun industri bisa berkembang pesat, keberlanjutannya tidak selalu terjamin.

Oleh karena itu, Pemkab Blora perlu mengambil langkah-langkah preventif agar warga yang nantinya bekerja di industri tidak kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba jika industri tersebut menghadapi kegagalan. Langkah ini bisa berupa penyediaan pelatihan keterampilan tambahan, pengembangan sektor ekonomi lain yang dapat menyerap tenaga kerja, serta memastikan adanya jaringan perlindungan sosial untuk mengurangi dampak negatif pada masyarakat.

Dengan demikian, Pemkab Blora sebaiknya tidak terburu-buru mengejar status sebagai kawasan industri tanpa memperhitungkan aspek-aspek penting di atas. Jika tidak, semua upaya tersebut akan sia-sia. Saya berharap perkembangan industri di Blora tidak berakhir menjadi penyesalan, baik di dunia maupun di akhirat, hanya karena perencanaan yang dilakukan asal-asalan atau serampangan.

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Blora, Tempat Tinggal Terbaik untuk Orang Bergaji Pas-pasan yang Mendambakan Slow Living.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version