Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Hutan Blora Sudah Tak Mistis, Kini Malah Kritis Akibat Alih Fungsi Lahan

Dimas Junian Fadillah oleh Dimas Junian Fadillah
23 Mei 2025
A A
Hutan Blora Sudah Tak Mistis, Kini Malah Kritis Akibat Alih Fungsi Lahan

Hutan Blora Sudah Tak Mistis, Kini Malah Kritis Akibat Alih Fungsi Lahan

Share on FacebookShare on Twitter

Kabupaten Blora dikenal sebagai daerah dengan kawasan hutan terluas di Jawa Tengah, yakni mencakup sekitar 13,96% dari total luas hutan di provinsi ini. Tak mengherankan bila keberadaan hutan menjadi hal yang lazim ditemui di wilayah ini, apalagi hampir setengah dari luas wilayah Blora terdiri atas kawasan kehutanan.

Bagi kalian yang pernah melintasi jalur antara Cepu dan Blora Kota, pasti tahu betul suasana hutan Blora yang dulu begitu lebat dan sunyi, bahkan kerap memunculkan rasa merinding, terutama saat pagi-pagi buta atau menjelang malam. Tapi beberapa waktu lalu, saat saya kebetulan melewati jalur itu lagi, saya cukup terkejut. Deretan pohon jati tinggi yang biasanya mendominasi pemandangan kini tergantikan oleh hamparan tanaman jagung yang tampak subur dan siap panen.

Maklum saja, sudah cukup lama saya tidak melintasi jalur ini karena belakangan lebih sering memilih naik kereta saat pulang kampung. Lebih cepat, lebih santai, dan tentu saja tidak harus menyusuri hutan panjang yang dulu terasa menyeramkan. Tapi kali ini, ketika akhirnya kembali lewat jalur hutan Blora, saya justru diliputi rasa asing, seperti mengambil rute yang salah.

Untungnya, teman saya yang ikut dalam perjalanan meyakinkan saya bahwa kami memang berada di jalan yang tepat. Ini memang jalur yang biasa kami lalui dulu, hanya saja nuansa hutannya sudah tak lagi sama.

Blora memang daerah penghasil jagung

Tidak bisa dimungkiri, Blora memang menjadi salah satu daerah penghasil jagung utama di Jawa Tengah. Produksi jagungnya cukup tinggi dan menjadi tulang punggung ekonomi pertanian bagi banyak warga desa yang tinggal di Blora, terutama bagi yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Jadi wajar saja jika peluang untuk memanfaatkan sebagian lahan hutan menjadi area menanam jagung langsung disambut sangat antusias.

Tanaman jagung dianggap cocok dengan kondisi tanah dan iklim Blora, serta punya siklus panen yang relatif cepat. Artinya, hasil dari bertani jagung bisa langsung dirasakan, dan pastinya bisa membuat dapur untuk tetap ngebul. Meskipun demikian, justru karena terlalu cocok inilah, jagung pelan-pelan menjadi “penguasa lahan”. Dari awalnya hanya sebagai selingan di sela pohon jati, sekarang banyak kawasan hutan yang identitasnya nyaris hilang karena sudah di dominasi ladang jagung.

Produktif, tapi kehilangan karakter

Perubahan wajah hutan Blora ini tentu bukan tanpa sebab. Sebagai lahan hutan produksi memang secara resmi diperbolehkan untuk ditanami jagung, khususnya melalui program perhutanan sosial yang melibatkan masyarakat sekitar hutan. Melalui kerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) atau Kelompok Tani Hutan (KTH), masyarakat diberi akses untuk mengelola lahan dalam rangka mendukung ketahanan dan swasembada pangan nasional.

Secara ekonomi, jelas langkah ini punya nilai strategis. Lahan yang sebelumnya ditumbuhi tanaman liar kini bisa dioptimalkan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan pendapatan petani lokal. Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada hal yang diam-diam turut tergeser: karakter dan jiwa dari hutan itu sendiri. Ketika hamparan jagung menggantikan rimbunnya pohon jati, bukan hanya perubahan visual yang terjadi, tetapi juga pergeseran makna. Hutan Blora yang dulu disegani karena keangkerannya—karena sunyinya yang memaksa orang berdoa saat melintas—kini berubah menjadi sekadar lahan pertanian.

Baca Juga:

3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

3 Kuliner Ekstrem Blora yang Mungkin Nggak Cocok di Lidah Banyak Orang, tapi Menarik untuk Dicoba

Perubahan Hutan Blora yang justru memicu bencana

Ironisnya, kehilangan aura angker hutan bukanlah satu-satunya dampak dari alih fungsi lahan. Tanpa perhitungan yang matang, perubahan tersebut justru dapat berpotensi menimbulkan bencana. Belum lama ini, saya membaca berita tentang banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Blora. BPBD mencatat bahwa 10 kecamatan terdampak dan sekitar 1.600 rumah warga terendam air. Sebagai orang yang mengenal Blora sejak lama, saya merasa semakin asing. Sepanjang ingatan saya, Blora tak pernah mengalami banjir sebesar ini.

Dari situ, timbul pertanyaan: apakah alih fungsi hutan menjadi ladang jagung memang sudah dipikirkan secara menyeluruh? Sudahkah risiko jangka panjangnya benar-benar dipertimbangkan sebelum keputusan itu diambil?

Terlebih lagi, mengutip pernyataan Kepala BPBD Blora, Mulyawati, yang menyebutkan bahwa banjir terjadi akibat meluapnya debit air dari Bengawan Solo dan Sungai Lusi, yang semakin diperburuk oleh konversi hutan menjadi lahan pertanian jagung. Hal ini jelas menunjukkan bahwa perubahan lahan menjadi pemicu bencana banjir melanda Kabupaten Blora.

Bukan berarti pertanian jagung harus disalahkan, namun bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan ruang itu dilakukan secara bijak—itu yang lebih penting. Jika tidak, Blora tampaknya akan terus kehilangan lebih banyak dari sekadar suasana hutan yang dulu menyeramkan. Ia bisa kehilangan identitas, kehilangan daya dukung alam, dan pada akhirnya, menghadapi bencana yang lebih sering dan lebih parah.

Hutan memang tak lagi keramat, tapi jangan sampai kita juga menghilangkan kehormatannya sebagai bagian dari kehidupan yang layak untuk tetap dijaga.

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ironi Kabupaten Blora: Menerima Mie Gacoan dengan Tangan Terbuka, tapi Mati-matian Menolak UNY, Lebih Penting Hiburan ketimbang Pendidikan!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Mei 2025 oleh

Tags: alih fungsi lahanblorahutan blora
Dimas Junian Fadillah

Dimas Junian Fadillah

Lulusan S1 Ilmu Politik, tertarik dengan tata kelola & politik lokal.

ArtikelTerkait

3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

15 November 2025
Ironi Blora: Bukan Lumbung Pangan, tapi Jadi Lumbung Utang   cepu

Blora Bukan Cuma Cepu, Sudah Sewajarnya Kecamatan Lain Diperhatikan agar Tak Merasa Jadi Anak Tiri!

14 Mei 2025
Jangan Merantau ke Kabupaten Blora kalau Nggak Punya Kendaraan Sendiri, Transum di Sini Nyaris Punah!

Jangan Merantau ke Kabupaten Blora kalau Nggak Punya Kendaraan Sendiri, Transum di Sini Nyaris Punah!

5 September 2024
Membayangkan Apa yang Akan Terjadi jika Stasiun Cepu Blora Nggak Pernah Dibangun

Membayangkan Apa yang Akan Terjadi jika Stasiun Cepu Blora Nggak Pernah Dibangun

9 Maret 2025
Blora, Kabupaten Kecil yang Dirusak oleh Kelakuan Bodoh Ormas (Wikimedia)

Blora, Kabupaten Kecil yang Dirusak oleh 3 Kelakuan Bodoh Ormas, Bikin Malu dan Menyusahkan Masyarakat Waras Lainya

24 Juli 2025
Impian Blora Jadi Kawasan Industri Perlu Dipikirkan Kembali agar Tak Menyesal Dunia Akhirat

Impian Blora Jadi Kawasan Industri Perlu Dipikirkan Kembali agar Tak Menyesal Dunia Akhirat

2 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.