Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

Hunter Moore, si Penjahat Internet Paling Narsis dari The Most Hated Man on The Internet

Rizal Nurhadiansyah oleh Rizal Nurhadiansyah
11 Agustus 2022
A A
Hunter Moore, si Penjahat Internet Paling Narsis dari The Most Hated Man on The Internet Terminal Mojok

Hunter Moore, si Penjahat Internet Paling Narsis dari The Most Hated Man on The Internet (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Netflix baru-baru ini merilis sebuah docuseries berjudul The Most Hated Man on The Internet yang disutradarai oleh Rob Miller (Consciously Incompetent, A Deal With The Devil). Sebagian dari kamu mungkin langsung teringat headline fenomenal Rolling Stone Hunter Moore: The Most Hated Man on the Internet—dan ya, kamu benar. Docuseries ini memang membahas tentang penjahat internet paling narsis dalam sejarah, Hunter Moore. Dia juga adalah orang yang mengaku sebagai “professional life ruiner” secara terang-terangan.

Pemuda asal Sacramento, California, ini pernah menggemparkan jagat maya dengan ulahnya yang jahat, menyebalkan, dan sangat merugikan pada tahun 2011 dan 2012. Hunter Moore membuat sebuah situs web bernama Is Anyone Up? yang memfasilitasi pengguna untuk mengunggah foto-foto bugil mantan pacarnya sebagai wujud balas dendam. Tak butuh waktu lama, situs ini pun populer di kalangan pengguna internet, terutama Facebook dan Twitter. Hunter Moore juga semakin populer dan memiliki pengikut yang menamakan diri mereka “The Family”.

Is Anyone Up? berubah menjadi situs yang sangat mengerikan terutama bagi perempuan (laki-laki juga menjadi korban, tetapi jumlahnya tidak sebanyak korban perempuan). Kebanyakan foto bugil yang diunggah di situs ini didapatkan dengan cara-cara ilegal seperti peretasan surel, revenge porn, dan lain-lain. Beberapa ada juga yang mengunggahnya secara sukarela dan dijadikan “jualan” meski pada akhirnya berujung pada penyesalan karena hanya dipermainkan oleh Moore.

Namun, keasyikan Hunter Moore mulai terganggu ketika ibu dari Kayla Laws, salah satu korban, yaitu Charlotte Laws memilih untuk memeranginya. Charlotte melakukan investigasi secara mandiri untuk mengumpulkan bukti-bukti bahwa surel anaknya telah diretas dan kemudian melaporkannya kepada polisi. Alih-alih mendapatkan bantuan, Charlotte dan Kayla justru dihakimi.

Saat kepolisian tidak membantu, ke mana mereka harus mengadu? Ya, FBI. Namun, karena kurangnya bukti, FBI pun tidak dapat memberikan solusi yang tepat untuk menangani kasus tersebut. Akhirnya Charlotte memberi tahu suaminya, Charles, yang merupakan seorang pengacara. Awalnya, Charles hanya bisa menenangkan keluarganya dan menurutnya kasus ini sebaiknya dilupakan, karena orang-orang juga akan lupa. Namun, suatu hari, datang ancaman nyata kepada Charlotte dan keluarganya dari The Family, pengikut Hunter Moore. Charles pun sadar bahwa kasus ini bukan sesuatu yang kecil.

Charles pun menghubungi Reza Sina, pengacara Hunter Moore saat itu (sebelum akhirnya menyerah menangani kasus kliennya tersebut). Sebelumnya, Reza sudah menjelaskan bahwa tindakan kliennya (membuat situs web) tidak melanggar hukum berdasarkan Bab 230 UU Kepatuhan Komunikasi (47 U.S. Code § 230-Protection for private blocking and screening of offensive material) yang menyatakan bahwa pemilik situs web umumnya tidak bertanggungjawab atas konten di situs web mereka jika itu dikirim oleh pengguna. Namun, atas desakan Charles, Hunter Moore bersedia menghapus foto-foto Kayla di situsnya. Setelah ini, apakah masalah selesai? Oh, selain jadi orang paling dibenci di internet, Hunter Moore juga orang gila. Dia tidak berhenti begitu saja.

Sama seperti Hunter Moore yang tidak berhenti membuat masalah, Charlotte juga tidak berhenti memburu Moore hanya karena foto anaknya sudah dihapus. Charlotte melanjutkan investigasinya dengan lebih dalam lagi. Dia menghubungi 40 korban Hunter Moore untuk mengumpulkan bukti-bukti dan melihat polanya. Dia menulis blognya sendiri (yang tak lama setelah itu diretas) dan kemudian bekerja sama dengan jurnalis seperti Camille Dodero yang juga muncul di dokumenter ini.

Kerja keras Charlotte tidak sia-sia. Bukti-bukti yang dia kumpulkan membuahkan hasil. FBI datang membantu. FBI juga mulai melihat pola Is Anyone Up? dalam mendapatkan foto-foto yang mereka unggah. Terdapat beberapa temuan bahwa ada foto-foto gadis di bawah umur yang juga diunggah di sana dan masalah-masalah lainnya.

Baca Juga:

Alasan Kecewa Nonton Film Abadi Nan Jaya Netflix, Ekspektasi Saya Ketinggian

Jangan Nonton Squid Game Season 3 kalau Tidak Mau Kecewa seperti Saya

Di sisi lain, Hunter Moore tampak tidak goyah sedikit pun. Di acara televisi yang dipandu Anderson Cooper pun dia tampil dengan wajah “tanpa dosa” dan membanggakan dirinya. Selain itu, dia juga terus mendapatkan sokongan dari The Family yang rela mati untuknya. The Family rela melakukan apa pun yang diperintahkan Hunter Moore bahkan hal-hal gila sekalipun.

Di salah satu cuplikan yang ditampilkan, pengikut Moore memukuli wajahnya sendiri karena diperintah begitu. Ada juga seorang gadis yang bahkan mau menyikat giginya dengan air seni dan kotorannya sendiri sebagai pasta gigi. Tidak heran jika Moore semakin percaya diri, bahkan mungkin merasa seperti Tuhan.

Selain Charlotte Laws, docuseries tiga episode ini juga menampilkan James McGibney, seorang mantan anggota marinir yang kini menjadi web entrepreneur, seseorang yang memiliki andil besar dalam ditutupnya Is Anyone Up? saat itu. Dia mengalihkan situs buatan Moore itu ke situs BullyVille yang merupakan situs anti-bullying.

Di sini James berada di pihak yang sama dengan Charlotte, ingin memerangi perilaku revenge porn dan perundungan di internet. Segera setelah Hunter Moore jadi buruan banyak pihak, bahkan Anonymous ikut terlibat dalam melawan Hunter Moore.

Pada akhirnya, Hunter Moore dan rekannya Charlie Evens dibui masing-masing selama 30 bulan dan 25 bulan. Ya, seharusnya memang bisa lebih lama lagi mengingat perbuatan mereka yang merugikan banyak sekali pihak, terutama perempuan. Tidak adil jika dibandingkan dengan keuntungan yang diraih Moore.

Menurut laporan Forbes, Hunter Moore menghasilkan sekitar 13.000 dolar per bulan dari situs itu dan kemungkinan lebih dari itu. Untuk tahu proses investigasi secara lengkap, kamu harus menonton The Most Hated Man on The Internet di Netflix. Namun, kamu perlu membaca parental guide yang disediakan Netflix terlebih dahulu karena docuseries ini mengandung banyak grafis yang “mengganggu”.

Rob Miller berhasil mendokumentasikan kejahatan Hunter Moore dengan sangat baik. Miller juga membuat setiap narasumber berperan penting baik secara naratif maupun emosional. Kita bisa merasakan emosi yang sangat besar ketika para korban diwawancara, dan betapa kejadian yang menimpa mereka sangatlah traumatis.

Selain itu, sinematografi dan editing ini juga menyumbang banyak untuk kesuksesan docuseries ini. Banyaknya lapisan yang perlu dibahas dapat dipadatkan menjadi cerita yang mudah dipahami, tidak rumit sama sekali. Satu aspek lagi yang menurut saya dieksekusi dengan sangat baik adalah musik. Musik mengalun mengikuti plot dan terdengar seperti nyanyian yang panjang tanpa tersendat-sendat. Beberapa musik selingan juga berhasil membuat penonton sedikit beristirahat sejenak dari fakta-fakta yang menyayat hati. Sekilas, saya seperti sedang menonton film fiksi—sangat engaging.

The Most Hated Man on The Internet ini juga membahas kejahatan Hunter Moore dengan sangat detail meliputi footage, postingan media sosial, hingga proses investigasi. Sudut pandang yang digunakan sejak awal adalah sudut pandang korban, terutama keluarga Laws. Charlotte Laws memiliki porsi paling dominan di dalam docuseries ini.

Sayangnya, tidak ada sudut pandang dari Hunter Moore di sini, hanya tampilannya lewat footage yang tersedia. Sebetulnya, Netflix sebetulnya sudah mendapatkan persetujuan dari Hunter Moore untuk menampilkannya di docuseries ini, tetapi kemudian dia membatalkan persetujuan tersebut. Meski begitu, tampaknya Netflix tidak peduli. Di credit title, Netflix menulis “Hunter Moore initially agreed to take part in this series but later declined our invitation.” Kemudian dilanjutkan dengan “We decided to use his image anyway.” Netflix memutuskan untuk tetap menggunakan semua footage yang menampilkan Moore. Saya melihat ini adalah langkah yang brilian dari Rob Miller dan Netflix untuk “mengejek” si penjahat internet itu. 

Secara keseluruhan, The Most Hated Man On The Internet adalah salah satu dokumenter terbaik yang muncul belakangan ini. Docuseries ini berhasil menunjukkan kepada dunia apa yang mungkin tidak disadari banyak orang. The Most Hated Man on The Internet juga memberikan representasi terperinci tentang apa yang menyebabkan jatuhnya Hunter Moore dan bahaya dari revenge porn di internet. Semoga kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Kalau kamu suka dokumenter investigasi, kamu wajib banget nonton The Most Hated Man on The Internet di Netflix.

Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mengapa Korban Pelecehan Seksual Memilih Speak Up di Internet Ketimbang Melapor?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2022 oleh

Tags: docuseriesdokumenterHunter MoorenetflixThe Most Hated Man on The Internet
Rizal Nurhadiansyah

Rizal Nurhadiansyah

Pemerhati sinema yang menganggap hidup adalah film dengan naskah yang belum selesai. Aktif menulis cerpen dan puisi. Menggunakan media sosial untuk studi banding karakter manusia.

ArtikelTerkait

3 Alasan Drakor Netflix When Life Gives You Tangerines Sayang Dilewatkan

3 Alasan Drakor Netflix When Life Gives You Tangerines Sayang Dilewatkan

14 Maret 2025
Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi terminal mojok.co

Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi

3 Agustus 2021
the way of househusband mojok

‘The Way of Househusband’: Ketika Mantan Yakuza Jadi Bapak Rumah Tangga

29 April 2021
3 Hal yang Membuat Saya sebagai Penonton Kagum dengan Produksi Drama Korea Selatan selain Pemeran dan Alur Ceritanya

3 Hal yang Membuat Saya sebagai Penonton Kagum dengan Produksi Drama Korea Selatan selain Pemeran dan Alur Ceritanya

1 Januari 2024
kesehatan mental britney spears konservatori mojok

Britney vs Spears: Konservatori yang Mengekang Britney Spears dan Pentingnya Kesehatan Mental

26 September 2021
5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner terminal mojok.co

5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner

10 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.