Hukum Menikahi Sepupu: Kalian Nggak Bisa Nyari ya, Sampai Sepupu Sendiri Mau Diembat?

Hukum Menikahi Sepupu: Kalian Nggak Bisa Nyari ya, Sampai Sepupu Sendiri Mau Diembat?

Hukum Menikahi Sepupu: Kalian Nggak Bisa Nyari ya, Sampai Sepupu Sendiri Mau Diembat? (Pixabay.com)

Menurut anak Mbah Google, si Google Trends, pertanyaan  hukum menikahi sepupu ini trending tiap lebaran semenjak 2019. Tentu saja ini semua gara-gara saat Lebaran, orang-orang ketemu saudara yang glow up atau ketemu sepupu lajang yang cantik atau gantengnya naudzubillah. Para jomblo yang sudah muak dengan pertanyaan kapan nikah, akhirnya merasa bahwa penantian akan segera berakhir.

Tapi, kepo dengan hukum menikahi sepupu ini sebenarnya problematik dan ternyata ada dampak buruknya.

Nafsu sesaat

Percayalah, jatuh hati sama sepupu itu adalah nafsu sesaat, hangat tahi ayam kalo kata orang-orang. Kenapa? Anda jatuh hati sama sepupu cuma sesaat, yaitu waktu reuni keluarga lebaran. Love at first sight itu bisa indah, tapi efeknya buas kalo salah orang, Anda bisa terlalu terobsesi ingin memiliki sepupu.

Apa nggak punya teman sekolah, kuliah, atau rekan kerja perempuan sampai nekat mau embat sepupu sendiri?

Jomblo ngenes dan kronis

Dari 276 juta masyarakat Indonesia yang 49,5 persen di antaranya adalah perempuan, masa Anda memilih sepupu sendiri? Apa Anda sejak sekolah nggak punya teman perempuan, kelasnya dipisah berdasarkan gender, atau payah banget berhubungan dengan perempuan?

Suka kepo hukum menikahi sepupu sudah jelas menunjukkan Anda jomblonya sudah kronis sampai harus kanibal sama saudara sendiri. Kasihan Anda, bahkan seluruh dunia nggak suka sama Anda dan punya hasrat menikahi sepupu saking nggak lakunya Anda.

Bukan darah biru

“Kan kalo anggota keluarga kerajaan sering nikah sama sepupu…” 

Iya, saya tahu, tapi yang jadi pertanyaan, apakah Anda adalah keturunan darah biru? Belum tentu kan?

Tapi bukan berarti pemurnian keturunan ini hal yang baik. Dinasti Habsburg adalah contoh terbaik betapa mengerikannya praktik pemurnian keturunan ini. Dari 1516 hingga 1700, 80 persen pernikahan dinasti Habsburg diisi pernikahan antarsaudara. Hasilnya, persentase kematian anak di dinasti tersebut mencapai 50 persen, amat tinggi bahkan untuk ukuran zaman tersebut. Dan “hasil” hubungan inbred Habsburg paling terkenal ya tentu saja Charles II.

Masalah kesehatan

Betul, nikah antarsepupu ini nggak dilarang di agama. Cuman, ada risiko yang mengintai. Selain contoh Dinasti Habsburg, dikutip dari alodokter.com, ada 4 potensi risiko kesehatan kalo nekat menikah dengan sepupu. Antara lain potensi bayi terkena cacat bawaan tiga persen lebih tinggi, gangguan imun yang berujung autoimun, infant mortality yang tinggi, serta berpotensi anak terkena gangguan mental lebih tinggi.

Plis, jangan jadikan agama sebagai alasan untuk melegalkan nafsu sesaat. Apalagi kalo berurusan dengan masalah kesehatan fisik dan mental.

Sudahi saja

Sudahi saja kebiasaan kepo dengan hukum menikahi sepupu tiap kumpul keluarga besar saat lebaran. Carilah orang yang benar-benar bebas dari hubungan kekeluargaan Anda demi masa depan anak Anda sendiri.

Lebih baik cari dan perluas relasi, siapa tahu ada rekan perempuan yang bikin Anda kecantol. Daripada harus sama sepupu, hehehe.

Gara-gara bahas pernikahan antarsepupu, jadi terngiang-ngiang lagu “Sweet Home Alabama”. Setel ah.

Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Terjebak Asmara dengan Sepupu Sendiri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version