Nggak terasa kita hampir memasuki episode pamungkas dari drama Korea Hometown Chacha cha. Akhir kisah cinta Hong Du Shik dan Yoon Hye Jin serta interaksi kocak para warga penghuni Desa Gongjin sudah di depan mata. Rasanya nggak rela berpisah sama drama dengan nuansa hangat yang selalu menemani kita di malam akhir pekan ini. Dan tentu saja, belum siap rasanya untuk melepas sosok karakter yang paling mendekati definisi kesempurnaan dalam takhta perdrakoran: Hong Du Shik.
Ada banyak hal yang bisa kita kagumi dari sosok Hong Du Shik. Selain lesung pipinya yang sedalam Danau Baikal dan membuat kita pengin tenggelam di dalamnya, Du Shik ini lahir bagaikan keajaiban dengan banyaknya pekerjaan yang dia lakukan. Memang, sih, ia nggak punya pekerjaan maupun jam kerja secara tetap. Kegiatan yang dia lakukan sehari-hari terlihat cukup sibuk tapi dia “merdeka” dengan nggak terikat pada kontrak kerja mana pun. Gara-gara hal itulah Du Shik dijuluki sebagai si Pengangguran Banyak Acara oleh para Seonhohada di Twitter.
Kalau bisa kita urai satu per satu, Du Shik ini punya kurang lebih tiga puluh pekerjaan yang jumlahnya terus berlipat seiring bertambah jumlah episode. Pekerjaan itu antara lain kuli bangunan, pelelang ikan, kurir paket, tukang mebel, petugas kebersihan, tukang listrik, nelayan, kasir, barista, tour guide, agen perumahan, pengantar susu, dan lain sebagainya. Pengin saya sebut semuanya di sini tapi saya urungkan. Ini untuk mengantisipasi biar artikel ini nggak mengabsen pekerjaan Hong Bajang saja. Hehehe.
Tentu saja kita merasa takjub setelah tau kuantitas profesi Du Shik yang nggak main-main. Namun, pernahkah kalian merasa heran, gimana bisa Du Shik menyelesaikan semua tugasnya dengan sangat baik padahal dia sendiri punya begitu banyak pekerjaan?
Mari kita bersepakat dengan menyebut Du Shik sebagai jack of all trades sekaligus master of one. Istilah jack of all trades ini merujuk pada seseorang yang serbabisa. Kemampuannya tersebar di banyak bidang, tapi sayangnya keahliannya hanya pada batas tertentu alias nggak ahli-ahli banget. Sebaliknya, master of one adalah seseorang yang hebat banget dalam satu bidang, tapi udah, itu doang. Kalau kita harus mengkategorikan Du Shik di salah satu istilah tersebut, kita nggak bisa melakukannya. Soalnya, Du Shik ini all-rounder tapi keahliannya pada tiap bidang itu sangat patut diacungi jempol.
Di awal-awal episode, kita menyaksikan bahwa Du Shik mengoleksi sertifikat keahlian yang dia pajang di dompet biar mudah untuk dibawa dan ditunjukkan bila sewaktu-waktu ada yang membutuhkan jasanya. Sertifikat yang bejibun ini bukan hanya sebagai formalitas atau flexing belaka.
Perlu diketahui bahwa di beberapa negara, ada ketentuan khusus bagi seorang pekerja profesional, salah satunya adalah memiliki sertifikat keahlian. Untuk kasus Du Shik, dia ini memang belajar dengan tekun dan mengambil tes untuk bisa menguasai suatu keahlian sehingga sertifikat itu bukan sekadar pembeda antara dirinya dengan pekerja ilegal.
Belajar yang saya maksud ini bukan hanya belajar secara formal di suatu lembaga. Hong Du Shik dan masyarakat Gongjin memiliki modal sosial yang cukup kuat sehingga dengan menggunakan kekuatan hubungan antartetangga, Du Shik bisa belajar banyak hal. Du Shik juga dapat mengandalkan panca indranya untuk menguasai hal baru, misalnya saja kenampakan alam, medan, dan keunikan Gongjin yang pas untuk dipasarkan di sektor pariwisata. Du Shik bisa menjadi seorang pemandu wisata dan peselancar kemungkinan besar karena dia memang secinta itu sama Gongjin sehingga nggak ada satu pun sudut desa yang nggak diketahui olehnya.
Kemampuan yang Du Shik miliki pun senantiasa dia asah. Practice makes perfect kalau orang. Setelah belajar, Du Shik langsung mempraktikkan ilmu yang sudah didapat sehingga teori nggak hanya mengendap di kepalanya. Penerapan ilmu ini nggak cuma Du Shik laksanakan sekali atau dua kali saja.
Tinggal di desa yang jauh dari pusat kota membuat para warga cukup kesulitan untuk mengakses beberapa fasilitas dan bantuan. Satu-satunya orang yang mampu menyelesaikan masalah teknis di Gongjin adalah Hong Du Shik. Karena dia one and only penyelamat di Gongjin, maka dari itu Du Shik menggunakan kemampuannya secara terus menerus.
Perlu kita ingat juga bahwa ada beberapa pelanggan jasa Du Shik yang memang memerlukan dirinya agar bisnis mereka tetap berjalan. Mari kita lihat. Pertama, ada Choi Geum Cheol, bapaknya Choi Bo Ra yang punya toko elektronik, tapi nggak mudeng sama jasa servis barang dagangannya sendiri. Memperbaiki konsol gim saja beliau nggak bisa. Kemudian ada Oh Yoon, pemilik kafe Coffee by Day, Bar at Night yang masih dalam tahap belajar bikin kopi yang enak. Bayangkan, tanpa Du Shik, sudah pasti mereka gulung tikar karena nggak menguasai bidang pekerjaannya sendiri. Kesimpulannya, Du Shik adalah koentji.
Selain keahliannya yang terus diberdayakan oleh para tetangga, Du Shik ini nggak serakah. Meski menjadi master atas segala macam kompetensi, Du Shik tetap meminta bayaran sesuai UMR. Dia nggak lantas menetapkan harga di atas kemampuan finansial para warga Gongjin dengan menggembor-gemborkan keahliannya yang meruah dan bisa dipamerkan di LinkedIn itu. Berkat itulah nggak ada warga yang kapok setelah menggunakan jasanya.
Kompetensi Hong Du Shik yang memenuhi ekspektasi pelanggan ini dia dapatkan berkat kerja keras dan pengabdian tiada batas bagi Desa Gongjin. Ilmu yang dimiliki, ambisi untuk menguasainya, dan kemauan untuk bergiat nggak akan berhasil kalau nggak ada orang lain yang memerlukan jasa kita. Jadi, selain faktor internal dari dalam diri Du Shik sendiri, pasar juga berperan penting dalam terbentuknya kemampuan baru.
Sumber Gambar: Akun Instagram Kim Seon Ho