Punya stadion
Berikutnya soal stadion. Kota Pekalongan memang sepak bolanya gitu-gitu saja. Persip Pekalongan jugalah tim medioker. Namun, kota ini punya stadion yang membanggakan, yaitu Stadion Hoegeng.
Keberadaan stadion menunjukkan gairah sepak bola kota ini masih tetap hidup. Masyarakat Kota Pekalongan, terutama penggemar Persip Pekalongan tidak perlu harus ke Bali hanya untuk menyaksikan laga kandang.
Uhuk.
Persip Pekalongan juga tidak perlu khawatir soal tempat latihan. Oh ya, hampir lupa. Stadion Hoegeng ini namanya diambil dari polisi paling jujur ketiga menurut Gus Dur. Yap, benar Jenderal Hoegeng Iman Santoso.
Jenderal Hoegeng yang kelak masyhur sebagai mantan Kapolri jujur itu adalah warga yang lahir di Pekalongan. Keren, kan?
Kuliner Kota Pekalongan beragam
Betul bahwa Kota Pekalongan sama sekali bukan tujuan wisata laiknya Yogyakarta, Surabaya, Solo, maupun Semarang. Kota Pekalongan hanya tempat singgah. Namun, kota ini (tampak) lebih beragam soal kulinernya.
Jujur saja, ketika saya berkunjung ke kota lain, saya hampir tidak menemukan kuliner yang benar-benar khas dari kota itu. Contohnya saja di Semarang dan Solo. Makanan-makanan yang saya temui di dua kota itu, toh di kota saya juga banyak.
Namun, beneran deh, kalau di Kota Pekalongan kalian bakal menemukan makanan yang (mungkin) tidak ada di daerah lain. Misalnya, soto tauto. Lho bukannya soto di semua daerah ada? Tentu. Soto memang menjadi salah satu kuliner di beberapa daerah.
Namun, soto dengan tauco, utamanya yang berwarna merah khas Pekalongan, barangkali hanya ada di Kota Pekalongan atau ya, eks Karesidenan Pekalongan. Teman-teman saya yang dari luar kota, yang kebetulan datang dan mencicipi soto tauto kaget. Kok soto pakai tauco?
Lalu, megono. Di kota lain mungkin ada. Tapi megono yang asli adalah yang dari Pekalongan. Dan yang paling istimewa adalah Mi So Dengkil. Ya, mi dengan ‘so’ atau kulit melinjo. Gimana sudah pernah nyicipi? Kalau belum mbok monggo dolan. Jangan klumbrak-klumbruk koyo kumbahan.
Gampang buat cari oleh-oleh
Terakhir adalah perkara oleh-oleh. Kalau boleh jujur, ketika ke Solo, Semarang, Yogyakarta, bahkan Bandung, saya acap kali bingung sekaligus kesulitan mau beli oleh-oleh apa yang betul-betul khasnya kota-kota tersebut.
Mungkin karena inilah teman saya yang pernah ke Bandung justru beli oleh-olehnya wingko babat dan carica. Kita tahu, carica lebih terkenal sebagai oleh-oleh khas dataran tinggi Dieng. Sementara wingko babat, semua orang tahu ini dari mana. Benar, dari daerah yang, disebut Babat. Letaknya dekat Kabupaten Lamongan.
Nah, kalau ke Kota Pekalongan sudah nggak perlu pusing mencari oleh-oleh. Kota ini punya oleh-oleh yang khas. Selain batik yang langsung dari produsennya, masih ada megono, kopi tahlil, limun Oriental, kue glundung, capret, dan masih banyak lagi.
Apa lagi ya… sejauh ini yang saya tahu baru itu. Tapi tentang kehidupan yang menyenangkan, kawan yang kadang lucu kadang nggatheli, saya kira tak perlu saya sebut. Yang jelas, Pekalongan punya sisi baik, yang mengisi hidup dan bikin saya bersyukur hidup di kota ini, meski ya ada hal yang bikin saya geleng-geleng.
Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Panduan Membedakan Kota dan Kabupaten Pekalongan biar Nggak Salah Lagi!