#5 Barang yang tak pernah kembali
Selain urusan makan dan dapur, drama lain muncul dari kebiasaan meminjam barang. Teman saya tipe orang yang cukup mudah meminjamkan barang. Mulai dari charger, setrika, hingga payung. Namun sering kali barang yang ia pinjamkan tidak kunjung kembali. Ada yang lupa, ada juga yang seolah sengaja tidak mengembalikan.
Ia pernah kehilangan gunting kuku yang baru saja dibelinya. Setelah dipinjam salah satu penghuni, gunting itu tak pernah kembali. Ketika ditanyakan, jawabannya mengambang. Akhirnya ia ikhlas, meski di dalam hati kesal. Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa kebaikan hati sangat mungkin berujung pada kehilangan.
#6 Gibah sampai malam di kos putri
Hal terakhir yang ia ceritakan lebih kocak sekaligus melelahkan. Kos putri sering kali jadi tempat pertukaran cerita. Tidak jarang, cerita itu berubah menjadi ghibah. Ada kelompok penghuni yang hobi berkumpul di kamar tertentu. Mereka bisa berbincang keras hingga larut malam, membahas orang ini dan itu. Suara mereka terdengar sampai ke kamar teman saya yang sedang berusaha tidur.
Awalnya ia mencoba memahami, mungkin hanya obrolan ringan untuk melepas penat. Tapi lama-lama ia merasa gondok. Tidurnya sering terganggu, sementara keesokan harinya ia harus bangun pagi untuk kuliah. Pernah sekali ia mencoba menegur dengan halus, tetapi hasilnya tidak bertahan lama. Drama ghibah ini terus berlanjut, seakan sudah jadi tradisi.
Pelajaran dari kos putri
Meski banyak drama, teman saya mengaku tetap bersyukur dengan pengalamannya. Dari sana, ia belajar banyak hal tentang hidup bersama. Ia belajar untuk bersabar, untuk menjaga barang pribadinya, dan untuk lebih selektif dalam mempercayai orang lain. Ia juga belajar bahwa kebiasaan kecil bisa sangat berpengaruh pada kenyamanan hidup orang lain.
Lagi-lagi, ia tidak pernah berniat menjelekkan siapa pun. Baginya, semua cerita itu hanyalah bagian dari perjalanan hidup yang lucu jika diingat sekarang. Yang perlu digarisbawahi, pelaku drama hanyalah oknum, bukan seluruh penghuni kos. Masih banyak teman baik yang ia temui di sana, yang justru menolong dan menjadi sahabat dekat hingga kini.
Pada akhirnya, kos putri tidak jauh berbeda dengan kos lainnya. Di sana ada kebaikan, ada kekonyolan, ada juga kesalahpahaman. Semua bercampur menjadi pengalaman yang berharga. Teman saya sering berkata bahwa kos itu adalah sekolah kehidupan. Kita belajar bukan hanya dari buku, tetapi juga dari interaksi sehari-hari dengan orang lain. Dan kadang, drama kecil seperti pembalut di WC atau ayam hilang di kulkas, justru yang membuat cerita masa muda jadi berwarna.
Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Kelemahan Tinggal di Kos Putri yang Jarang Disadari Banyak Orang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.



















