Akhir-akhir ini Indonesia memang jadi sasaran empuk untuk mendatangkan berbagai artis internasional untuk event maupun festival. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, khususnya Gen Z, untuk hiburan semacam ini menjadikan Indonesia target pasar internasional. Terlihat sekali setelah pandemi berakhir, jejeran artis beken mancanegara mengadakan konser di Indonesia dan tiket dengan harga selangit itu ludes. Hal ini membuktikan juga loyalitas orang Indonesia pada sang idola.
Akan tetapi lama kelamaan situasi ini dimanfaatkan penyelenggara untuk menghasilkan lebih banyak cuan. Ada 2 konser di pembuka tahun 2024 mendatang yang sudah mematok harga fantastis. Bahkan harga tiket konser termahalnya mengalahkan UMR Jakarta!
Daftar Isi
Loyalitas yang bikin promotor nggak kapok
Salah satu alasan kenapa promotor berani-berani saja kasih harga tiket konser tinggi ya karena ada demand. Selama ini, beberapa penggemar juga menunjukkan kecintaan dan kesetiaan mereka pada sang idola dengan selalu datang di tiap konser. Atau, membeli berbagai merchandise meski harganya cukup mencekik.
Fenomena ini yang dimanfaatkan promotor untuk memberi harga gila-gilaan pada tiket konser. “Ah elah, nanti juga tetap ada yang beli!” Mungkin begitu yang ada di pikiran mereka. Segala bentuk protes di awal karena harga tiket konser yang mencekik adalah angin. Sebab nyatanya pada hari H, tiket tetap terjual habis.
Ada 1 konser di bulan Januari yang mematok harga tiket sampai 7 juta rupiah awalnya belum sold. Ketika promotor mulai mengumumkan line-up artist yang dibawa, seketika itu juga penggemar mulai goyah. Salah satu bukti bahwa kecintaan penggemar pada idola memang melemahkan tekat untuk tak membeli sesuatu dengan harga tak masuk akal.
Kasih harga elite, kualitas konser yang baik tetap sulit
Sayangnya, promotor boleh dibilang hanya memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan untung dari konser. Karena sejauh ini, tiap ada konser di Indonesia masih ada saja kendalanya. Terutama pada artis-artis besar yang problem tersebut langsung menjadi highlight di media sosial.
Dua kali saya ikut konser, dan dua-duanya bermasalah. Sesederhana nomor kursi yang double sampai bikin rancu bahkan tak terdaftar padahal itu tiket resmi. Holding area yang nggak proper, bahkan hanya diisi kedai super mahal dan itu pun jumlahnya nggak banyak. Scan barcode tiket yang double dan banyak lainnya sampai bikin penonton pun emosi.
Contoh lainnya lagi pada bubarnya konser BMTH dan prahara konser Coldplay November kemarin, juga bukti betapa promotor Indonesia masih kurang persiapan tiap menjalankan hajat. Padahal harga tiket konser yang dipatok cukup tinggi dan pembeli sudah membayar full. Tapi, tetap saja kita jadi korban dari situasi yang kurang memuaskan. Entah sistem atau birokrasi seperti apa yang membuat promotor sulit sekali memberikan sajian yang worth it dengan harga tiket konser yang mereka pasang.
Stop normalisasi tiket konser harga fantastis
Satu-satunya yang bikin promotor bisa kapok adalah penonton tak perlu menormalisasi harga tiket di luar nalar itu. Jangan cuma dengan berkoar di media sosial dan marah-marah, tapi memang nggak usah beli lagi. Karena hal yang bikin promotor menyepelekan adalah karena ujung-ujungnya kita pasti beli tiket dan meramaikan juga.
Sepertinya promotor ini juga paham alurnya. Rasa-rasanya nggak ada penggemar yang sukarela serempak nggak membeli tiket sama sekali. Itu pula yang saya rasakan saat tiket konser NCT 127 kemarin dirilis dengan harga yang fantastis juga.
Pembuktiannya memang hanya bisa dilakukan kalau kita enggan membeli. Kita harus membuktikan bahwa loyalitas kita sebagai penggemar nggak semudah itu dibeli promotor. Sebenarnya yang jadi protes banyak penggemar bukan perkara ada uang atau nggak, tapi promotor seolah-olah terus memanfaatkan situasi ini untuk memeras penggemar.
Harga tiket konser yang mulai mencekik dan bahkan kisarannya sudah di atas UMR Jakarta ini saja sudah nggak normal. Tiket konser artis yang sama di negara lain saja nggak ada yang semahal di Indonesia. Kalau memang lebih mahal pun, upah minimum di sana juga sudah tinggi. Lha, di Indonesia?
Promotor harus meningkatkan kualitas
Protes lain akan tetap saya layangkan di luar harga tiket konser yang mahal. Sebelum naik dengan harga fantastis pun harga tiket konser di Indonesia juga dibilang cukup mahal. Sebagai penggemar, kita bisa menghabiskan uang hingga jutaan hanya untuk menonton idola tampil di depan mata.
Saran saya, kepada para promotor di Indonesia, tolonglah kerja yang benar. Kalian kan penyelenggaranya, sudah sewajibnya memberikan sajian acara yang benar-benar baik dan memuaskan walau harus sampai jumpalitan.
Toh, para penggemar bayar tiket konser nggak ngutang ke kalian, jadi kami juga berhak menikmati acara konser dengan tenang dan lancar. Sudah harga tiket konser di Indonesia mahal, nggak ada tambahan benefit, teknisnya suka rancu, masih berpotensi dibubarin karena kesalahan teknis pula. Kalau kata saya sih nggak usah jadi promotor deh kalau keseringan nggak bener kayak gini.
Penulis: Arsyanisa Zelina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Harga Tiket Konser di Jogja Terlalu Mahal, Mencekik Fans yang Cuma Ingin Melihat Pujaannya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.