Saya pikir Jogja itu kota ramah mahasiswa. Biaya hidup murah, angkringan di mana-mana, dan kos-kosan terjangkau. Nyatanya, saya, wong Solo yang kuliah di Jogja ini justru sering menatap rekening dengan nanar setiap akhir bulan. Itu semua karena harga kos di Jogja yang menurut saya nggak masuk akal.
Saya tidak berlebihan perkara harga kos di kota ini yang tidak masuk akal. Serius, di Solo, saya bisa menemukan kos dengan 350-500 ribu per bulan, sudah dapat kamar mandi dalam, WiFi, listrik gratis, dan nggak pusing soal bayar air. Di Jogja, harga segitu mungkin hanya cukup buat bayar parkir bulanan kalau kosnya ada lahan parkir.
Salah satu realitas pahit kos di Jogja adalah harga tidak selalu berbanding lurus dengan fasilitas. Saya pernah lihat kos harga nyaris sejuta, tapi kamar mandinya masih harus rebutan. Mau buang air, harus antre. Mau mandi pagi, harus buru-buru sebelum air mati.
Di Solo, harga segitu sudah cukup buat kamar yang layak huni. Mau kamar mandi dalam? Bisa. Mau WiFi gratis yang benar-benar bisa dipakai? Ada. Listrik dan air? Sudah termasuk. Dan yang terpenting, harga segitu bisa dapat kamar yang cukup luas buat hidup, bukan cuma buat bernafas.
Kenapa kos di Jogja bisa semahal itu?
Pertama, Jogja adalah kota mahasiswa dengan jumlah pendatang yang luar biasa banyak. Kampus-kampus ternama seperti UGM, UNY, UII, UMY, dan berbagai universitas lainnya bikin permintaan kos melambung tinggi. Hukum ekonomi berlaku: makin banyak yang butuh, makin mahal harganya.
Kedua, tanah di Jogja itu mahal, apalagi di area sekitar kampus besar. Pemilik kos pun menyesuaikan harga sewa dengan biaya investasi mereka. Mereka tahu bahwa meskipun harganya mahal, kos-kosan akan tetap terisi karena mahasiswa tidak punya banyak pilihan.
Ketiga, mindset “Jogja itu murah” justru jadi jebakan. Banyak mahasiswa datang ke Jogja dengan ekspektasi biaya hidup rendah. Begitu sadar harga kos segila itu, mau pindah juga percuma, karena rata-rata harganya sama saja.
Jogja Kota Pelajar atau Kota Pemilik Kosan?
Sebagai kota yang katanya ramah mahasiswa, harga kos di Jogja ini lebih ramah ke kantong pemilik kos dibanding mahasiswa. Permintaan tinggi, suplai terbatas. Sederhana.
Pemilik kos tahu, meskipun harga mahal, tetap akan ada mahasiswa yang butuh tempat tinggal. Mereka tahu, sekalipun fasilitasnya seadanya, mahasiswa tetap akan ambil karena nggak ada pilihan lain. Ini bukan salah pemilik kos, inilah hukum ekonomi. Dan kita semua adalah korban.
Tiap kali ada orang bilang “Jogja itu murah”, saya pengen nunjukin daftar harga kos di sini. Biar mereka tahu betapa mahalnya hak dasar untuk tidur dengan tenang. Tapi ya, sebagai mahasiswa, kita memang harus kuat. Harus sabar. Harus menerima kenyataan bahwa di Jogja, murah itu relatif.
Pertanyaan yang tepat akhirnya jadi begini: Jogja itu murah, tapi buat siapa? Yang jelas sih, bukan buat anak kos.
Penulis: Intan Natria Aurumsari
Editor: Rizky Prasetya
