Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

5 Hal Normal di Lamongan tapi Susah Ditemukan di Jogja, Bikin Culture Shock Perantau

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
17 September 2024
A A
5 Hal Normal di Lamongan tapi Susah Ditemukan di Jogja, Bikin Culture Shock Perantau

5 Hal Normal di Lamongan tapi Susah Ditemukan di Jogja, Bikin Culture Shock Perantau (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai warga asli Lamongan, saya masih ingat, dulu ketika awal merantau ke Jogja, saya sempat mengalami culture shock. Sebab, kondisi Jogja dan Lamongan ternyata cukup berbeda.

Bukan cuma soal pemilihan kepala daerah yang tentu saja berbeda, atau soal alun-alunnya yang tidak dipagar itu. Tapi ada lho beberapa “normal day” di Lamongan yang sulit saya temui di jogja. Misalnya beberapa perbedaan berikut ini.

#1 Umpatan di Jogja yang nggak ada serem-seremnya, beda sama di Lamongan

Sebagai warga Lamongan Jawa Timur yang menggunakan umpatan sebagai bahasa keseharian, saya kaget, ternyata di Jogja nggak boleh sembarangan mengumpat. Di warung kopi atau rental PS misalnya, saya nggak mendengar umpatan apa pun.

Usut punya usut, ternyata umpatan default orang Jogja adalah “bajigur”. Iya, kalian nggak salah baca, bajigur adalah sebuah umpatan di daerah istimewa ini. Saya bahkan nggak perlu menyensor kata umpatan tersebut karena bagi saya itu bukan kata yang kotor.

Ketika mendengarnya di awal, saya bahkan membatin, “Lho, ini umpatan?” Gimana ya, umpatan ini cukvp hambar bagi saya. Sebab, umpatan adalah luapan emosi ketika sedang merasakan sesuatu. Jadi, kata umpatan seharusnya terlihat garang dan seram. Lha, kalau bajigur apanya yang serem?

#2 Pengendara yang adu mulut di jalan sampai misuh-misuh, di Jogja nggak ada

Memang sudah bukan rahasia lagi jika salah satu sisi istimewa Jogja adalah masyarakatnya yang ramah, bahkan ketika berkendara. Sedikit gambaran, pengendara motor di Jogja itu benar-benar jauh dari kata barbar.

Setidaknya ketika saya tinggal di Jogja, saya belum pernah adu mulut antarpengendara. Ketika ada pengendara yang dirasa ngawur, paling mentok ya diklakson. Nggak ada ceritanya sampai dipisuhi, atau sampai adu jotos.

Kalau menemui pengendara ugal-ugalan, mungkin itu special case. Itu pun biasanya plat B, ya. Biasanya, lho, ya, sebab orang Jogja memang adem ayem kalau berkendara. Agak berbeda dengan di Lamongan.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

#3 Panggilan sampean untuk orang yang nggak dikenal

Ketika menetap di Jogja, saya jadi merasa berdosa. Coba bayangkan, ketika ada di rumah, saya memanggil orang tua kandung menggunakan panggilan “sampean”, tapi pas di Jogja, saya memanggil orang yang nggak dikenal dengan sebutan “njenengan”.

Dalam strata gramatika bahasa Jawa, kasta “njenengan” lebih tinggi daripada “sampean”. Masyarakat Jogja memang sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang halus. Bahkan untuk orang yang nggak dikenal.

Hal ini agak berbeda dengan budaya di Jawa Timur, khususnya daerah Pantura. Di sana, kata ganti “njenengan” hanya digunakan untuk orang yang sangat dihormati. Misalnya guru, tokoh masyarakat, kakek, nenek, dll. Sementara untuk orang asing yang terlihat lebih tua, tetap manggilnya “sampean”.

Saya sendiri pun ketika memanggil orang tua kandung menggunakan kata ganti “sampean”, bukan “njenengan”. Ini bukan karena saya durhaka, lho, tapi penyebutan seperti itu memang normal saja di daerah asal saya, Lamongan.

#4 Kuliner yang berbumbu pekat dan nggak manis hal yang biasa di Lamongan

Ini salah satu yang bikin saya nggak betah di awal merantau ke Jogja. Kuliner di sini kebanyakan rasanya manis, sangat nggak cocok untuk lidah orang Jawa Timur. Begitu pula dengan makanan mainstream seperti pecel, soto, dan mie ayam rasanya sedikit berbeda di lidah saya.

Kuliner soto, misalnya. Di Jogja, kebanyakan soto kuahnya bening. Beda dengan di Lamongan yang memakai soya sehingga warnanya agak kekuningan. Mie ayam pun demikian. Bahkan saya menghindari rekomendasi mie ayam dari warga Jogja. Bukan gimana-gimana ya, tapi lidah orang Jawa Timur ini kurang cocok sama mie ayam yang agak ada rasa manisnya itu.

#5 Jalan berlubang, banjir, keterbatasan ruang terbuka hijau

Iya, banyak hal di Jogja yang sangat bisa diromantisasi. Bahkan kemacetan Gejayan yang bikin misuh itu pun bisa lho diromantisasi. Edyan memang. Hal ini berbeda dengan Lamongan yang nggak bisa diromantisasi sama sekali.

Ya gimana, nggak ada sisi romantisnya. Kondisi jalan Lamongan saja lebih banyak yang berlubang. Kemudian tiap musim hujan pasti ada wilayah yang selalu banjir. Ruang terbuka hijau juga nggak banyak.

Namun justru itulah yang membuat saya bangga terhadap Lamongan. Sebab, akhirnya Kabupaten Lamongan hanya bisa dicintai apa adanya. Pun dengan menghilangkan romantisasi, masalah yang ada di sebuah kota jadi terlihat, nggak ketutup romantisasi saja.

Ya masa ada masalah UMR dan kesenjangan sosial malah dikasih tagline kota istimewa, terus solusinya apa? Bersyukur? Atau naiknya exposure?

Duh, pokoknya gitu lah. Meski ada banyak penjual pecel lele Lamongan di Jogja, tapi kedua kota ini selalu punya perbedaan yang kentara. Namun bagi saya, pengalaman tinggal dua tahun di Jogja adalah hal yang menyenangkan. Full kenangan pokoke.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 September 2024 oleh

Tags: JogjaKabupaten Lamonganlamongan
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Seorang tenaga pendidik lulusan UIN Malang dan UIN Jogja. Saat ini tinggal di Lamongan. Mulai suka menulis sejak pandemi, dan entah kenapa lebih mudah menghapal kondisi suatu jalan ketimbang rute perjalanan.

ArtikelTerkait

Wisdom Park UGM, Oase di Tengah Minimnya Taman Kota di Jogja Mojok.co

Wisdom Park UGM, Oase di Tengah Minimnya Taman Kota di Jogja

31 Oktober 2023
Trans Jogja Perlu Banyak Belajar dari Batik Solo Trans agar Semakin Baik Mojok.co

Trans Jogja Perlu Banyak Belajar dari Batik Solo Trans Supaya Semakin Nyaman

4 Januari 2025
Wisata Palang Pintu Kereta Api, Bukti Warga Jogja Kekurangan Tempat Hiburan

Wisata Palang Pintu Kereta Api, Bukti Warga Jogja Kekurangan Tempat Hiburan

7 November 2023
Banyuwangi Seharusnya Masuk dalam Daftar Tempat Pensiun Paling Enak Mojok.co

Banyuwangi Seharusnya Masuk dalam Daftar Tempat Pensiun Paling Enak

19 Januari 2024
Berwisata ke Tumpeng Menoreh Kulon Progo yang Dikelola Swasta Lebih Murah daripada Malioboro Jogja yang Dikelola Pemerintah Mojok.co

Berwisata ke Tumpeng Menoreh Kulon Progo yang Dikelola Swasta Lebih Murah daripada Malioboro Jogja yang Dikelola Pemerintah

17 Juni 2024
Di mata orang Jember, Jogja Lebih Unggul daripada Bali sebagai Tempat Study Tour Mojok.co

Di Mata Orang Jember, Jogja Lebih Unggul daripada Bali sebagai Tempat Study Tour

11 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.