Persaingan di dunia kampus (antar kampus atau perguruan tinggi) semakin variatif dan semakin tidak disangka-sangka dewasa ini. Kalau beberapa tahun atau beberapa dekade lalu persaingannya hanya bergelut di ranah akademis, akhir-akhir ini persaingannya mulai masuk ke ranah yang lain. Gengsi, nama besar kampus (dari dulu juga sebenarnya), gaya hidup mahasiswa, dan fasilitas juga memiliki posisi tawar tersendiri dalam persaingan antar kampus ini. Hal terakhir yang saya sebutkan tidak disangka menjadi sangat ramai akhir-akhir ini.
Iya, pamer fasilitas kampus yang mahal dengan kedok “University Check”. Seperti yang saya bilang, fasilitas kampus memiliki posisi tawar tersendiri. Dan hal ini menjadi senjata ampuh untuk ajang pamer. Saya sempat melihat beberapa video yang menunjukkan beberapa fasilitas “mahal” di beberapa kampus negeri dan swasta di Indonesia. Dalam video tersebut, ditunjukkanlah beberapa fasilitas salah satunya toilet yang bagus (tapi toilet duduk, norak! Masa kampus mahal toiletnya pakai toilet duduk?), beberapa gaya mahasiswanya, ornamen-ornamen bangunannya, kantin mewah, dan hal-hal lain yang mempunyai kesan mahal.
Ajang pamer semacam “University Check” ini sudah pernah ada sebelumnya. Kalau ingat, ada salah satu sekolah “mewah” yang juga sempat jadi perbincangan karena bangunan dan fasilitasnya yang bisa dibilang wah. Setelah itu, muncul lah ini: pamer fasilitas kampus mahal, kampus-kampus yang biaya per semesternya bisa seharga sepeda motor.
Mau tidak mau, hal-hal semacam ini yang malah membuat pertarungan. Persaingan antar kampus tidak lagi soal akademis saja. Pasalnya, hal-hal seperti fasilitas kampus bisa jadi ajang pamer, ajang persaingan yang cukup menarik. Ehm, bagi mereka, kalau bagi saya, sih, tidak.
Sebenarnya, sah-sah saja kalau ada mahasiswa yang pengin pamer fasilitas kampus mereka yang kebetulan mahal dan mewah. Silakan saja. Lha wong, mereka yang bayar, kok, ya bebas. Mau pamer ini, pamer itu, ya tidak ada yang keliru. Saya pun kalau jadi mereka, mungkin akan melakukan hal yang sama. Tapi, berhubung saya kuliahnya di kampus negeri yang sudah cukup bagus, tidak mahal dan tidak mewah, jadi saya tidak perlu norak untuk pamer-pamer seperti yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa penghamba gengsi itu.
Seperti inilah potret persaingan antar kampus yang baru. Lagi-lagi, sudah tidak melulu soal akademik saja. Namun, mungkin ini adalah kondisi yang manusiawi kali, ya. Kalau sudah tidak ada yang bisa dibanggakan atau dipamerkan dari dirinya dan lingkungannya, mereka akan memilih memamerkan suatu hal yang sebenarnya tidak perlu dan tidak penting-penting amat untuk dipamerkan.
Padahal, soal fasilitas kampus, mah, tidak perlu mewah. Bukankah yang terpenting memadai dan bisa digunakan oleh berbagai pihak di lingkungan kampus? Tapi, mungkin mahasiswa yang punya kampus dengan fasilitas mewah punya pikiran lain. Lha wong, mereka ini sudah bayar mahal-mahal, harusnya wajar dong kalau dapat fasilitas yang mahal dan mewah juga. Ya memang begitu seharusnya. Tapi kok, sudah bayar mahal-mahal, eh malah kelakuannya norak. Ups.
Mungkin Anda berpikir bahwa tulisan saya ini bentuk kecemburuan dari orang-orang yang fasilitas kampusnya biasa-biasa saja. Ya, silakan saja berpikir seperti itu, saya sih tidak ambil pusing.
Oh ya, kalau memang masih pengin pamer-pamer pakai university check, ya silakan saja. Tapi yakin mau kelihatan norak terus kayak gitu?
BACA JUGA Konten University Check yang Dianggap Ajang Pamer dan Bikin Mangkel Netizen atau tulisan Iqbal AR lainnya.