Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

‘Guru-guru Gokil’ yang Nggak Tahu Gokilnya di Mana

Sirojul Khafid oleh Sirojul Khafid
25 Agustus 2020
A A
resensi review guru-guru gokil netflix gading marten dian sastrowardoyo mojok.co

resensi review guru-guru gokil netflix gading marten dian sastrowardoyo mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ibarat mampir minum es dawet saat perjalanan Jogja-Solo yang bikin seger, film Guru-guru Gokil juga seperti pelepas dahaga menonton film Indonesia di masa pandemi. Maklumlah, sejak bioskop tutup, jarang atau bahkan tidak ada film Indonesia baru yang rilis.

Film hasil kerja sama dengan Netflix ini mulai tayang tanggal 17 Agustus 2020, bertepatan dengan peringatan Indonesia merdeka (katanya). Menariknya, selain menjadi salah satu pemain, Dian Sastrowardoyo juga debut sebagai produser. Sammaria Simanjuntak bertindak sebagai sutradara dengan Rahabi Mandra dan Tanya Yuson sebagai penulis naskah.

Guru-guru Gokil bercerita tentang Taat Pribadi (Gading Marten), pemuda bingung yang berusaha sukses. Dia sangat suka uang dan benci guru. Sayangnya, ayahnya merupakan seorang guru. Sejak kecil Taat sering mendapat marah dari ayahnya. Salah satu penyebabnya, Taat nilainya jelek terus di pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal ayah Taat adalah guru Bahasa Indonesia.

Sempat Taat pergi dari kampung untuk mengadu nasib. Taat ingin buktikan bahwa dia bisa lebih sukses dari seorang guru. Taat pergi tanpa restu ayahnya. Di kota, Taat sempat bekerja di banyak tempat. Nahas, tidak ada pekerjaan yang berhasil.

Setelah melewatkan sepuluh Idul Fitri tanpa pulang, Taat menyerah. Dia pulang. Taat kemudian mendapat kesempatan untuk bekerja. Sialnya lagi, dia mendapat pekerjaan sementara sebagai guru, hal yang sangat dia benci. Tapi mau gimana lagi, adanya itu. Jadilah Taat sebagai guru Sejarah, pelajaran yang dia tidak tahu-tahu banget. Ke depannya, Taat akan berurusan dengan perampokan uang gaji guru. Aktor di balik perampokan merupakan seorang penjahat besar yang berbahaya.

Terburu-buru dan minim pengembangan karakter

Dalam menonton film ini, jarang ada pengalaman lonjakan emosi. Pembangunan dan pengembangan karakter terkesan buru-buru dan tidak mendalam. Hal ini membuat penonton berjarak dengan para karakter.

Mulai dari awal film misalnya, tidak terlihat kegentingan bahwa Taat harus keluar dari kampung. Alasan ayahnya yang sering memarahi karena nilai jelek sangat tidak kuat. Tidak ada simpati pada karakter Taat yang notabene karakter utama.

Tidak hanya pada awal Guru-guru Gokil, klimaksnya juga sama. Pada salah satu adegan klimaks, sepertinya sutradara dan penulis naskah ingin memperlihatkan bahwa Taat merasa terbebani oleh sosok ayahnya yang “sempurna”. Ayah Taat merupakan guru yang sangat disayangi murid dan rekan kerja. Sayangnya, saat Taat sedang meluapkan beban emosi itu, tiba-tiba dia meminta maaf pada ayahnya. Dia mengatakan telah sadar akan kesalahan masa lalu sejak menjadi guru. Padahal pengalaman Taat sebagai guru tidak berkesan-berkesan amat. Dia hanya mendapat bantuan dari murid dalam mengamati gambar tato si perampok.

Baca Juga:

Alasan Kecewa Nonton Film Abadi Nan Jaya Netflix, Ekspektasi Saya Ketinggian

Jangan Nonton Squid Game Season 3 kalau Tidak Mau Kecewa seperti Saya

Tidak hanya hubungan Taat dan ayahnya yang berubah instan, hubungan Taat dengan Rahayu (Faradina Mufti) juga sama. Rahayu merupakan kepala tata usaha sekolah yang kemudian menjadi love interest Taat. Awal Taat mendaftar, Rahayu sangat galak. Tidak berselang lama, dia berbalik sangat ramah pada Taat hanya karena Taat membantu mengejar perampok dan mereka makan bersama sekali.

Hal ini juga terlihat pada hubungan Taat dengan murid-muridnya. Layaknya guru baru yang akan mendapat banyak tantangan, awalnya murid-murid tidak menerima Taat. Baru masuk kelas, dia sudah dikerjai. Adegan yang menampilkan interaksi antara Taat dengan murid-murid bisa dihitung jari. Bahkan tidak terlihat ada pergolakan emosi Taat dengan murid-muridnya. Namun ternyata para murid menjadi salah satu kunci dalam menyelesaikan masalah di akhir film. Pembangunan hubungan kurang matang.

Peran perempuan

Salah satu ekspektasi menonton film ini adalah sosok Dian Sastrowardoyo. Saya menanti gebrakannya dalam dunia film, khususnya penggambaran sosok perempuan. Dian merupakan representasi perempuan hebat dan mandiri di Indonesia, setidaknya menurut saya. Jadi saat dia menjadi produser, ada semacam ekspektasi itu.

Sepanjang cerita bergulir, ternyata ekspektasi hanyalah ekspektasi. Tidak ada kekhususan tentang isu perempuan yang tampak. Justru ada kecenderungan karakter perempuan sebagai pelengkap cerita.

Pertama, karakter utamanya jelas Gading, yang kita tahu bersama adalah laki-laki. Kedua, dalam penyelesaian masalah, karakter perempuan juga tidak banyak andil. Lagi-lagi Gading yang menyelesaikan. Walaupun karakter utama, kayaknya nggak harus selalu punya andil besar.

Ketiga, dalam puncak masalah, saat bos perampok menyandera rekan Taat, karakter perempuan menjadi orang yang tersekap. Mereka perlu pertolongan, bukan yang justru membalikkan keadaan. Satu lagi, saat menyusup ke gudang, Rahayu masih harus didampingi oleh Gading, penggambaran bahwa karakter perempuan tidak dibiarkan berdiri sendiri.

Secara garis besar, cerita mengikuti kisah uang yang diperebutkan. Sampai-sampai saya tidak tahu, bagian mana yang gokil. Melihat karakter para guru seperti Manggar yang harus jualan di sekolah untuk biaya hidup, Nirmala (Dian Sastrowardoyo) yang bingung dengan biaya lahiran, serta Manul (Boris Bokir) yang harus nyambi jadi pencuci kendaraan, yang gokil sebenarnya pemerintah. Atau mungkin film ini sebagai satire kondisi ekonomi guru. Kehidupan ngenes para karakter guru adalah akibat kegokilan pemerintah yang tidak mendukung profesi ini, terutama yang honorer. Gokil emang.

BACA JUGA Rekomendasi Film dengan Plot Twist Terbaik Part 1 dan tulisan Sirojul Khafid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Agustus 2020 oleh

Tags: guru-guru gokilnetflixresensi film
Sirojul Khafid

Sirojul Khafid

Suka makan kepala ikan.

ArtikelTerkait

5 Drama Korea Terburuk Sepanjang Tahun 2023

5 Drama Korea Terburuk Sepanjang Tahun 2023

23 Desember 2023
Untold The Girlfriend Who Didn't Exist, Kisah Catfishing Berkedok Cinta yang Menggemparkan Terminal Mojok

Untold: The Girlfriend Who Didn’t Exist, Kisah Catfishing Berkedok Cinta yang Menggemparkan

21 Agustus 2022
Rekomendasi Drama Korea Netflix Terbaik Bulan November 2023

20 Rekomendasi Drama Korea Netflix Terbaik Bulan November 2023

14 November 2023
The Tinder Swindler: Film Dokumenter yang Beri Pemahaman Soal Dating Apps terminal mojok.co

The Tinder Swindler: Film Dokumenter yang Beri Pemahaman Soal Dating Apps

8 Februari 2022
7 Drama Korea Seru yang Tayang Perdana Desember, Ada Alchemy of Souls 2 Terminal Mojok

7 Drama Korea Seru yang Tayang Perdana Desember, Ada Alchemy of Souls 2!

29 November 2022
ultraman netflix review mojok

Review Ultraman Netflix: Lebih Futuristik dan Realistis

27 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.