Mengenal Gunungkidul, Kabupaten (yang Dianggap) Gersang yang Ternyata Dulunya Dasar Laut

Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi

Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi (Abid99 via Shutterstock.com)

Banyak sekali pertanyaan yang ada di benak saya, terutama tentang daerah yang terletak paling timur di Provinsi DIY, yaitu Gunungkidul. Saya orang asli Gunungkidul, saya lahir dan dibesarkan oleh bapak dan ibuk saya di daerah perbukitan karst ini sampai saya sempat kuliah di salah satu universitas di Jogja dengan mengambil jurusan Pendidikan Geografi.

Gunungkidul merupakan daerah yang cukup unik, seperti mengapa Gunungkidul tidak seperti gunung-gunung yang lain contohnya Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan gunung-gunung yang lain. Mengingat dari bentuknya juga merupakan daerah yang tinggi dengan berbagai kenampakan jalan yang berkelok-kelok setiap menaikinya.

Akhirnya saya (baru) tahu, ternyata memang Gunungkidul bukanlah gunung, melainkan perbukitan. Gunungkidul hanya melambangkan banyaknya gunung-gunung di daerah selatan (kidulan). Saya pun mulai bertanya-tanya, “Kok banyak gunung-gunung kecil ya, kok bentuknya nggak datar kayak jogja ya, kok nggak ada puncaknya ya”. Ternyata banyak sekali fakta yang tersimpan di Gunungkidul.

Gunungkidul dulunya adalah dasar laut

“Lohh.. kok bisa?”

“Lha, Gunungkidul kan daerah yang tinggi, mana mungkin dulunya dasar laut?”

“Daerahnya kan kering dan gersang, dasar laut dari mane?”

Hal-hal itu sempat saya tanyakan pada diri saya ketika pertama kali mendengar pernyataan bahwa “Gunungkidul dulunya adalah dasar laut” yang diucapkan oleh salah satu dosen saya. Dan ternyata pernyataan itu benar adanya.

Dalam sejarahnya (berdasar sepemahaman pengetahuan otak saya yang cetek ini), daerah Gunungkidul dulunya sejajar dengan Bantul ke utara hingga Sleman yang juga merupakan daerah laut dangkal. Gunungkidul terpisah karena adanya aktivitas tektonik bumi yang mengakibatkan adanya patahan di perbatasan antara Bantul dengan Gunungkidul yang biasa dikenal dengan “Sesar Opak”. Di situ terdapat patahan memanjang hingga ke utara. Alhasil karena struktur batuan gampingan (banyak terdapat pada dasar laut) yang ringan, daerah Gunungkidul ke timur kemudian keangkat naik ke atas hingga menjulang tinggi. Aktivitas itu berlangsung hingga puluhan, ratusan, ribuan, jutaan tahun secara perlahan-lahan. Makanya banyak ditemukan kenampakan koral di beberapa tempat.

Tidak hanya sampai di situ, pembentukan karakteristik seperti Gunungkidul masih banyak proses yang terjadi. Selama proses terangkatnya, juga terdapat proses karstifikasi, karena karakteristik batuannya yang gampingan. Batuan gampingan lama-kelamaan akan terlarut oleh tenaga eksogen bumi seperti angin, hujan, suhu, dsb. Makanya banyak membentuk gunung-gunung kecil yang awalnya datar kemudian terlarut-larut membentuk lembah atau bisa disebut doline.

Kemudian juga banyak terbentuk goa-goa bawah tanah yang sebenarnya merupakan aliran air tanah yang kemudian habis sehingga meninggalkan bekas seperti goa. Pada intinya, Gunungkidul merupakan daerah yang datar menjulang ke atas. Kemudian karena strukturnya batuan gamping mudah terlarut sehingga ketika terkena angin, suhu, udara lama-kelamaan akan terkikis dan membentuk seperti gunung-gunung kecil dan goa-goa.

Baca halaman selanjutnya: Tidak semua daerah di Gunungkidul menderita karena kekurangan air.

Gersang, tapi mempunyai cadangan air cukup banyak

Dari dulu sejak saya masih kecil hingga terlihat tua ini, Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang kering dan gersang. Tak jarang banyak yang mem-bully karena hidup di daerah ini. Tapi ya, saya tetap bangga jadi warga Gunungkidul, seperti saya ingin mengenalkan keunikan daerah ini contohnya ya sedang kalian baca ini.

Oke back to topic. Gunungkidul memang daerah yang kering, karena keterbatasannya untuk menampung air di permukaan yang disebabkan karakteristik batuan gamping yang cepat meresap air ke dalam. Perlu diingatkan, bahwa tidak semua daerah Gunungkidul seperti itu, terutama daerah Gunungkidul bagian tengah hingga utara. Namun telah banyak yang mengenal bahwa Gunungkidul adalah daerah yang susah air. Padahal tidak semua, kebanyakan terdapat di daerah bagian selatan.

Mengapa demikian? Berbeda dengan kabupaten lain di DIY yang banyak mempunyai struktur lapisan tanahnya lempung yang dapat menyimpan banyaknya cadangan air di dekat permukaan. Karakteristik batuan gamping di Gunungkidul menyebabkan air cepat meresap ke bawah. Aliran air tanahnya pun sangat dalam, sehingga sangat susah untuk diambil menggunakan sumur bor saja.

Meskipun begitu, cadangan air yang terkandung di dalam perbukitan Gunungkidul sangat melimpah. Hanya saja sangat susah dijangkau oleh masyarakat. Ketika musim kemarau tiba, permukaan Gunungkidul memang terlihat sangat kering. Tanahnya pun juga ikut kering sehingga bisa dibilang gersang. Tak jarang masyarakat kidulan (daerah-daerah bagian selatan di Gunungkidul) untuk memenuhi kebutuhan air perlu membeli air yang diantarkan menggunakan truk tangki. Seperti contoh kebutuhan air di desa saya di Girisubo. Selain itu juga banyak yang membuat tampungan air dan memanfaatkan telaga dan sumur gali untuk menyimpan cadangan air ketika hujan tiba.

Gunungkidul terbagi menjadi 3 zona

Sebelum saya kuliah saya sempat berpikir, mengapa di daerah seperti Wonosari bisa mengambil air dengan sumur bor. Terus, mengapa daerah Ponjong terdapat banyak sumber mata air, mengapa di daerah Nglipar ada sungai yang cukup besar, mengapa di daerah saya tak bisa mengambil air dengan sumur bor, tidak ada sumber mata air, dan tidak ada sungai? Katanya Gunungkidul hanyalah daerah gersang, kering, kurang subur, kurang air?!

Ternyata Gunungkidul terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona utara, tengah, dan selatan. Zona utara atau bisa disebut wilayah “Batur Agung” merupakan daerah yang berbukit tinggi, yang diakibatkan oleh berbagai proses seperti aktivitas vulkanik Nglanggeran dan aktivitas tektonik yang membuat lipatan batuan. Sehingga membentuk karakteristik sedemikian rupa. Di zona ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara.

Kemudian di zona tengah atau bisa disebut “Ledok Wonosari” merupakan daerah basin atau ledok dengan bahan induk batu kapur. Sehingga mengapa daerah Wonosari air tanahnya bisa dijangkau karena dekat dengan aliran air tanah dengan kondisi yang ledok (cekungan). Selain itu juga terdapat air yang mengalir di atas permukaan tanah seperti sungai. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.

Gunung sewu, bagian paling gersang

Yang terakhir zona selatan atau bisa disebut gunung sewu yang merupakan kawasan karst dan paling gersang. Di wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah yang susah dijangkau oleh masyarakat. Wilayah ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan.

Dengan demikian saya paham bahwa Gunungkidul mempunyai cerita cukup panjang dan unik jika kita amati. Jadi, ketimbang bingung, gas main saja biar bisa mengamati sendiri.

Penulis: Adinta Darmawan
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Gunungkidul, Daerah Penuh Kejadian Aneh yang Bikin Keanehan Bantul Terlihat Normal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version