Jakarta Selatan menyimpan sebuah khazanah kuliner yang menurut saya sudah menjadi legenda. Namanya Gulai Tikungan dan saya yakin kamu sudah mengenalnya dengan nama Gultik. Lokasinya ada di Blok M. Jadi, kuliner ini menjadi terkenal dengan nama Gultik Blok M.
Eksistensi Gultik Blok M sudah sangat kuat. Teman-teman saya dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi sudah mengenalnya.
Nama Gultik (Gulai Tikungan) mungkin sudah tidak asing bagi anda warga Jakarta maupun luar Jakarta a.k.a Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Karena eksistensi Gultik ini sudah meluas kemana-mana. Berbagai kalangan rela jauh-jauh menghampiri kuliner ini hanya untuk sekedar mencicipi sepiring kecil Gultik.
Daftar Isi
Titik lokasi Gultik Blok M di Jakarta Selatan
Sebetulnya, Gultik Blok M itu makanan yang sederhana. Enak, tapi ya nggak istimewa banget. Kalau menurut saya pribadi, masih lebih enak gulai Pak Bari Jogja. Sebuah tujuan kuliner kambing di mana Rangga dan Cinta pernah singgah di sini dalam film “Ada Apa Dengan Cinta 2”.
Kalau gulai Pak Bari pakai kambing, Gultik Blok M pakai daging sapi. Potongan daging, urat, jeroan disajikan di atas piring dengan porsi sedikit, lalu disiram kuah santan yang gurih. Terakhir, bawang goreng di taburkan di atasnya. Harganya memang murah. Terakhir, pada 2021, harganya cuma Rp15 ribu.
Nah, Gultik Blok M sendiri sudah lama ada, kalau tidak salah sejak 1980. Lokasi mereka ada di Jalan Mahakam. Kalau sempat main ke Mall Blok M Plaza, nah Gultik Blok M tepat berada di belakangnya. Menjalar, memanjang memenuhi trotoar sepanjang Jalan Mahakam. Ia juga mengelilingi tugu/bundaran Mahakam yang terletak di antara SMA N 6, Gor Bulungan, dan Blok M Plaza Jakarta Selatan.
Tepat di sekitar kawasan tersebut, ada kafe Wapress Bulungan atau Warung Apresiasi yang terkenal. Banyak musisi tumbuh di sini. Mulai dari Nidji, D.Massiv, sampai sang legenda, Iwan Fals.
Gultik Blok M: saksi bisu pertumbuhan musisi ternama
Gultik Blok M dan Warung Wapress Bulungan itu sejatinya tak terpisahkan. Kedua tempat ini sama-sama sederhana, tetap menjadi saksi pertumbuhan musisi ternama.
Wapress sendiri hadir berawal dari kegelisahan para seniman akan sebuah tempat untuk berkarya dan masyarakat Jakarta Selatan bisa menonton secara bebas. Oleh sebab itu, menu di Wapress sangat sederhana. Tujuan membangun warung ini memang untuk apresiasi, bukan cuan semata.
Inilah yang menjadi alasan Iwan Fals, Rieke Diah Pitaloka, dan Rendra mau datang dan “manggung”. Fenomena ini yang akhirnya berkembang menjadi semacam mitos. Bahwa mereka yang sudah manggung di Wapress pasti akan menjadi bintang masa depan.
Nah, para musisi yang belum terkenal tapi sudah manggung di Wapress, pasti akan lanjut makan di Gultik Blok M. Secara hanya Jalan Bulungan yang memisahkan dua tempat ini. Malah bisa dibilang kalau Gultik Blok M sebagai “makanan sehari-hari” para musisi di era Wapress sedang ramai-ramainya.
Harganya yang murah, jam buka fleksibel, dan tempatnya yang asyik menjadi perpaduan yang pas bagi musisi yang belum “punya nama”. Makanya, dari dulu hingga sekarang, Gultik Blok M di Jakarta Selatan nggak pernah sepi. Pelanggannya bervariasi, dari orang biasa, artis yang tengah merintis, sampai yang sudah punya nama di panggung kesenian Indonesia.
Menjamur di Jakarta Selatan
Saat ini, Gultik Blok M sudah “menjamur”. Maksudnya, sudah semakin banyak yang jualan di Jalan Mahakam. Padahal, yang mereka sajikan itu ya sama: gulai. Seperti nggak punya rasa takut saja mereka menggelar lapak yang sama. Kebanyakan dari mereka percaya kalau rezeki itu sudah ada yang mengatur.
Dulu, paling cuma ada 5 sampai 8 gerobak panggul. Sekarang, penjual gulai di Mahakam sudah lebih dari 15 gerobak panggul. Bahkan sekarang ini sudah ada yang menyediakan meja dan terpal ala-ala demi memberi kesan “atap” yang meneduhkan. Kalau dulu, ya cuma kursi plastik dan tidak ada meja. Kita makan sambil memegangi piring sendiri.
Makan gultik sehabis party
Jam buka Gultik Blok M itu bisa sampai subuh. Oleh sebab itu, tempat ini menjadi pilihan anak muda party people Jakarta Selatan untuk memuaskan hasrat laparnya setelah menikmati gemerlap dunia malam. Memang, makan gultik setelah clubbing sangat membantu memulihkan diri dari kondisi “tersesat” di alam bawah sadar. Setelah makan gultik, tidur jadi semakin pulas.
Porsinya yang tidak terlalu banyak membuat lambung tidak tersiksa lalu “gumoh”. Maklum, lambung sudah penuh alkohol. Namun tidak jarang ada saja yang “jackpot” atau muntah. Mungkin perut mereka kaget karena tiba-tiba datang makanan bersantan.
Salah satu titik favorit pacaran
Lokasinya yang berdekatan dengan Taman Barito, menjadikan Gultik Blok M menjadi salah satu tujuan kencan anak-anak muda Jakarta Selatan.
Taman Barito sendiri merupakan taman pada umumnya. Semacam Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan danau kecil serta air mancur di tengahnya. Lokasi ini menjadi favorit karena memang enak buat santai. Suasananya itu enak buat ngobrol dari hati ke hati.
Selain anak muda pacaran, ada saja pengamen berbakat mencoba peruntungan di sini. Keramaian inilah yang membuat gultik menjadi semacam melting pot anak muda Jakarta Selatan.
Gultik Blok M beserta kenangan di dalamnya
Usia Gultik Blok M yang sudah terbilang sepuh membuatnya seakan-akan seperti saksi hidup kehidupan orang. Ada yang menemukan jodohnya di sini, ada yang menjadikannya tempat singgah sejenak sebelum pulang. Juga ada seniman yang menemukan momennya untuk bersinar. Gulai tikungan ini merekam laju kehidupan.
Memang, Gultik Blok M sangat menggambarkan kehidupan Jakarta Selatan yang penuh ingar-bingar. Makan di sini membuat bisa bisa merekam Jakarta dari berbagai sisi. Misalnya, tidak jauh dari sini, ada titik prostitusi. Di sini kita juga bisa melihat secara langsung tawuran pelajar SMA 6 vs SMA 70. Dua sekolah yang sejak dulu sudah menjadi musuh bebuyutan. Unik sekali.
Agak melankolis memang makan di sana itu. Tempat ini seperti mempunyai nilai lebih tersendiri ketika orang datang dan makan di tempat ini. Meskipun makanannya sederhana, tapi perasaan dan suasananya sangat istimewa. Makanya, tidak jarang orang rela datang kembali untuk bernostalgia.
Gultik Blok M itu memang memenuhi slogan harga kaki 5, rasa bintang 5. Nah, “rasa” yang saya maksud bukan rasa makanan. Namun, perasaan manusia yang tergambar dari sebuah tempat yang merekam laju zaman di Jakarta Selatan.
Penulis: Saar Abdullah Ailarang
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 5 Tempat Makan Paling Oke di Blok M