Gua Grubug Gunungkidul, Lokasi Pembuangan Orang-orang PKI yang Cocok buat Melarikan Diri dan Menepi dari Ruwetnya Kota Jogja

Gua Grubug Gunungkidul, Lokasi Pembuangan Orang-orang PKI yang Cocok buat Melarikan Diri dan Menepi dari Ruwetnya Kota Jogja

Gua Grubug Gunungkidul, Lokasi Pembuangan Orang-orang PKI yang Cocok buat Melarikan Diri dan Menepi dari Ruwetnya Kota Jogja (unsplash.com)

Gunungkidul adalah sebaik-baiknya tempat untuk “melarikan diri” dari Kota Jogja yang ruwet dan bising. Banyak sekali lokasi hidden gem di Bumi Handayani yang masih asri dan jarang terjamah wisatawan luar daerah. Salah satunya adalah Gua Grubug Gunungkidul.

Jangan bayangkan kalau gua ini seperti Gua Pindul yang bisa buat cave tubing, rafting, dan lain-lain. Gua vertikal atau lebih tepatnya luweng Grubug ini bentuknya menyerupai sumur yang punya aliran sungai bawah tanah. Nggak hanya dijadikan habitat beragam jenis makhluk hidup, Gua Grubug di Gunungkidul ini juga menyimpan banyak misteri.

Gua Grubug Gunungkidul yang sunyi dan “senyap”

Gua Grubug Gunungkidul sendiri terletak di Padukuhan Jetis Wetan, Kelurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu. Lokasinya beberapa meter di sebelah barat daya Gua Jomblang. Percayalah, kalau cuma mengandalkan Google Maps saja, saya rasa sulit menemukan tempat ini. Sebab, lokasinya berada di area perladangan milik warga yang banyak ditumbuhi pohon jati.

Akses jalan menuju ke Gua Grubug Gunungkidul pun juga tak ada rute yang benar-benar membentuk jalan stapak. Salah satunya yang bisa dijadikan petunjuk hanya jalan kecil ke arah barat yang menghubungkan area ladang. Kalau sudah masuk ke wilayah perladangan, perhatikan pohon yang paling beda, tampak lebih hijau, rimbun, dan ada pagar besi yang mengelilingi luweng.

Kalau takut kesasar, cara paling tepat adalah bertanya kepada warga lokal. Di sanalah lokasi Gua Grubug berada. Tempat yang menjadi saksi bisu eksekusi orang-orang PKI pada tahun 1965-1967 silam. Sebuah kawasan yang jauh dari keramaian, tampak sunyi, dan senyap.

Menjadi saksi bisu pembuangan orang-orang PKI

Ya, sewaktu masih kecil, saya mendengar cerita ini dari salah seorang saudara yang tinggal di dekat lokasi. Menurut penuturan saudara saya, para tapol PKI itu diangkut menggunakan truk dan dijaga oleh orang-orang bersenjata.

Setiap kali mendengar deru mesin truk, warga di sekitar kejadian bersembunyi di bawah kolong meja atau ambhen (dipan). Mereka takut keluar rumah. Suasana semakin mencekam ketika orang-orang (yang dituduh) PKI itu berteriak minta ampun kepada penjaga di atas mobil angkutan.

Setelah diturunkan di bahu jalan, orang-orang PKI diarak menuju Gua Grubug dengan cara berjalan jongkok. Kemudian satu per satu didorong/dibuang hingga ke dasar gua sedalam sekitar 90 meter itu.

Baca halaman selanjutnya: Penemuan tengkorak manusia di dasar luweng…

Penemuan tengkorak manusia di dasar luweng/gua

Ada banyak bukti dan saksi mata kalau Gua Grubug di Gunungkidul dulunya menjadi tempat eksekusi orang-orang PKI. Pada tahun 1970-an lalu, ada salah seorang warga Gunungkidul, Margo Utomo, yang masuk ke dalam luweng tersebut atas permintaan Polisi. Di dalam luweng itu, Mbah Margo melihat air sungai bawah tanah yang mengalir deras. Yang mana aliran air ini menjadi tempat bertemunya sungai bawah tanah di sekitar Gua Grubug.

Mbah Margo juga bersaksi bahwa ada batu besar di tengah-tengah sumur vertikal itu. Di atas batu itulah beliau menemukan tengkorak manusia yang diduga jasad orang-orang PKI. Setelah itu, dia membawa tulang-belulang itu hingga ke atas, lalu menyerahkan ke pihak kepolisian.

Gua Grubug Gunungkidul jadi tempat terbaik melarikan diri dari Jogja yang ruwet

Sampai saat ini, Gua Grubug barangkali menjadi salah satu tempat paling traumatis yang ada di Gunungkidul. Terutama mereka yang tinggal di sekitar lokasi kejadian. Namun, di balik cerita kelam seputar Gua Grubug, tempat ini cocok dikunjungi mereka yang ingin melepas gundah, “melarikan diri”, dan menepi dari bisingnya Kota Jogja.

Kita semua tahu, semakin hari Kota Pelajar itu tampak semakin sumpek, suram, dan karut-marut. Bukan hanya soal UMR yang nggak ngotak, tapi juga perkara sampah dan padatnya kendaraan di jalan. Intinya, bikin pusing dan menyebalkan.

Solusi dari saya agar kesehatan mental para penguninya tetap terjaga, sesekali harus menepi dan mencari ketenangan. Dan, Gua Grubug menjadi pilihan paling tepat untuk mengusir segala penat. Sebab, tempat ini cukup jauh dari pemukiman warga dan dikelilingi pohon-pohon rindang yang menawarkan ketenangan. Selain itu, suara aliran air sungai bawah tanah yang terdengar hingga ke permukaan, saya rasa sanggup membawa kedamaian.

Hidden gem yang masih sangat alami dan asri

Gua Grubug memang nggak menyediakan alat caving, tak ada pemandu, atau suvenir seperti di Gua Jomblang. Tapi, saya jamin ketika mengunjungi tempat ini perasaan Anda akan jauh lebih tenang. Pikiran Anda akan jauh lebih segar. Semua itu bisa terjadi lantaran lingkungan dan suasananya masih amat sangat asri nan alami.

Gua Grubug Gunungkidul juga cocok dikunjungi buat kalian yang punya jiwa petualang dan suka berziarah. Sembari menikmati keindahan alam dan duduk bersila di dekat gua, Anda bisa mengirim doa untuk mereka yang sudah menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Itulah sekilas tentang Gua Grubug. Sebuah luweng di tanah kelahiran saya, yang punya sejarah kelam di masa lalu. Semoga kejadian serupa tak terulang di masa depan. Semoga gua atau luweng di Semanu ini tetap lestari dan nggak terjamah tangan-tangan serakah. Rahayu gua-gua di Gunungkidul!

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sisi Gelap Bundaran Planjan JJLS Gunungkidul, Simbol Keindahan Semu di Bukit Seribu.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version