Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Gotong Royong yang Masih Lestari di Desa

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
24 Juli 2019
A A
gotong royong

gotong royong

Share on FacebookShare on Twitter

Liburan baru-baru ini, saya sempat untuk pulang ke kampung halaman seperti sebelum-sebelumnya. Liburan ke kampung sendiri selalu menjadi hal yang menyenangkan. Anak rantau pasti paham betul tentang hal ini. Bisa melampiaskan sejuta kerinduan yang sudah lama tertahan.

Hal yang cukup menjadi ciri khas dari hidup di kampung adalah gotong royong. Gotong royong sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Hampir segala sesuatunya dikerjakan secara bersama-sama. Tapi mungkin, budaya gotong royong sudah mulai hilang di kota-kota besar. Di desa-desa, hal ini masih bisa dilihat dengan nyata.

Tahun ini sewaktu saya menghabiskan liburan di kampung halaman, saya merasakan lagi suasana gotong royong yang masih begitu kental di masyarakat. Di kampungku saat ini sedang musim tanam. Masyarakat yang bertani menanami ladang yang sudah digarap setelah menunggu cuaca musim atau cuaca yang mendukung. Komoditas pertanian yang utama di kampungku adalah jagung kuning. Sudah sejak dulu. Hal itu dikarenakan permintaan yang banyak dari pembeli. Biasanya sih dari peternak ayam yang menjadikan jagung kuning sebagai pakan ternak.

Saya pernah ikut ke kebun untuk membantu paman yang akan menanami ladang. Di kampungku, masyarakat saling membantu untuk menanami maupun membersihkan kebun. Sekarang di kebunku, besok kita ke kebunmu. Begitu seterusnya. Tidak ada sistem pemberian upah.

Saat-saat seperti ini, tidak sedikit orang-orang yang datang untuk membantu. Dari anak kecil sampai orang tua. Kita semua membagi tugas. Ada yang menugal, ada yang bertugas menanam jagung. Saya biasanya kebagian tugas yang menanam jagung.

Kami bekerja dengan senang hati. Di bawah terik matahari. Tidak ada paksaan. Santai, diselingi senda gurau. Kalau capek, kami istirahat. Bukan update status.

Biasanya kami akan istirahat secara bersamaan. Saat istirahat, ada kopi dan teh yang akan menemani. Juga beberapa potong roti. Diselingi perbincangan hangat. Membicarakan semua hal. Mulai harga jual jagung, keadaan masyarakat, pendidikan, sampai kepada pembicaraan politik.

Soal urusan politik, sepertinya kita perlu belajar banyak dari masyarakat di desa. Belajar bagaimana seharusnya politik itu disikapi. Berbeda pendapat, tetapi tetap berjabat erat. Berdebat, tapi tak saling hujat. Semuanya tetap bersahabat. Tak ada dendam kesumat.

Baca Juga:

Budaya Indonesia yang “Diklaim” oleh Malaysia dengan Bantuan Upin dan Ipin

Dear Trans7, Budaya Indonesia Nggak Melulu Soal Makanan

Sebenarnya, gotong royong tidak hanya dilakukan saat menanam saja. Tapi sudah dilakukan sejak pertama kali akan membersihkan perkebunan. Pada musim panen, lagi-lagi kami hanya mengharapkan bantuan dari warga kampung. Teman sesama petani. Saat akan memisahkan biji jagung dari tongkolnya pun, kami melakukannya beramai-ramai. Tidak seperti di perkotaan yang apa-apa kebanyakan harus bayar, kami melakukannya dengan ikhlas. Karena seperti itulah esensi dari gotong royong.

Setelah selesai, kami tidak langsung pulang. Ada makan siang yang disiapkan tuan rumah. Menunya tidak muluk-muluk, sederhana saja. Lauknya kadang cuma ikan pindang dan sayur bening. Paling ditambah sambal sebagai pelengkap. Sangat sederhana, tapi kalau soal kenikmatan, jangan ditanya. Tidak ada lawan.

Jika sudah membantu, jangan coba-coba pulang sebelum makan. Pulang tanpa mencicipi makanan walau hanya sesendok bisa dianggap tidak sopan.

Bukan hanya dalam bercocok tanam, hampir semua kegiatan di kampung pasti dilakukan bersama-sama. Kalian pernah tidak melihat orang ramai-ramai mengangkat rumah—betul-betul mengangkat rumah secara harfiah. Di kampungku, hal yang seperti ini sudah biasa.

Misalnya ada yang mau pindah tempat tinggal, dipindahin sekalian dengan rumah-rumahnya. Tentu saja yang dipindahkan itu rumah panggung. Kan tidak mungkin kalau rumah batu yang diangkat. Sepuluh pemuda yang katanya bisa mengguncangan dunia pun saya yakin tidak akan sanggup mengangkat rumah batu.

Di acara nikahan juga gotong royong itu sangat kental terlihat. Semua warga desa saling membantu menyukseskan acara. Bukan hanya membantu secara fisik, secara materil juga ada. Ada yang bawa uang tunai sampai ayam kampung untuk disumbangkan. Yang penting bisa membantu.

Soal perkara ditinggal nikah, kita bisa belajar dari pemuda desa. Bukan hanya datang pas saat acara nikahan. Bahkan membantu agar pernikahan mantan pujaan hatinya berjalan dengan lancar. Dari situ kita belajar, tingkat tertinggi dari mengikhlaskan. Cie, pesan moral.

Soal kemajuan, pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan yang canggih, kampung mungkin tidak akan pernah mampu mengejar. Tapi soal saling menolong dan menghargai, anak kota harus belajar banyak dari anak pedesaan.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Budaya Indonesiabudaya masyarakatgotong royongkearifan lokal indonesiamakhluk sosial
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

Pengalaman Berurusan dengan Pak RT Overproud Jabatan dan Multipresence terminal mojok.co

Pengalaman Berurusan dengan Pak RT Overproud Jabatan dan Multipresence

20 September 2020
Kawula Milenial: Menggugat Sistem Kerja Bakti Tanpa Wedang terminal mojok.co

Kawula Milenial: Menggugat Sistem Kerja Bakti Tanpa Wedang

1 Februari 2021
kemeja batik

Pemakaian Batik yang Selalu Dihubungkan dengan Pergi Kondangan Itu Menyebalkan

29 Agustus 2019
gendurenan

Gendurenan: Tradisi Thanksgiving Ala Desa Temulawak

11 September 2019
Macam-macam Pribadi Manusia Saat Tradisi Gugur Gunung atau Kerja Bakti di Desa terminal mojok.co

Macam-macam Pribadi Manusia Saat Tradisi Gugur Gunung atau Kerja Bakti di Desa

6 Desember 2020
4 Episode Paling Sedih dalam Serial Kartun Upin dan Ipin

Budaya Indonesia yang “Diklaim” oleh Malaysia dengan Bantuan Upin dan Ipin

2 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.