Situbondo Punya Tokoh Besar dan Hebat, tapi Kenapa Harus Nama Bupati Aktif yang Dijadikan Nama GOR? Sejarahnya di Mana?

Situbondo Punya Tokoh Besar dan Hebat, tapi Kenapa Harus Nama Bupati Aktif yang Dijadikan Nama GOR? Sejarahnya di Mana?

Situbondo Punya Tokoh Besar dan Hebat, tapi Kenapa Harus Nama Bupati Aktif yang Dijadikan Nama GOR? Sejarahnya di Mana? (unsplash.com)

Sungguh senang rasanya mengetahui bahwa kota kecil kelahiran saya akhirnya memiliki sebuah Gedung Olahraga atau GOR yang layak. GOR yang pantas menjadi host dari berbagai event, baik regional bahkan nasional bakal dibangun di Situbondo. Sungguh bangga sekali rasanya. 

Saya pun berandai-andai, nama apa yang hendak disematkan kepada ikon Situbondo itu nantinya. Apakah menggunakan nama-nama tokoh besar dan hebat asal Situbondo seperti KH As’ad Syamsul Arifin, atau minimal pakai nama umum seperti Situbondo Sport Garden. Nanti disingkat SSG kan keren, toh.

Tentu saya akhirnya bingung ketika nama yang dipilih bukannya nama-nama tokoh besar dan hebat asal Kota Santri Pancasila. Atau setidaknya nama-nama yang menggambarkan Situbondo secara umum, deh. GOR tersebut nantinya malah pakai nama pribadi. Namanya GOR Bung Karna, diambil dari nama Bupati aktif Situbondo, Karna Suswandi. Nama itu juga sudah diresmikan pada groundbreaking pembangunan pada Rabu kemarin (19/6/24). Lho, kok ya bisa, sejarah dan nilainya dimana?

Tidak ada makna dan muatan sejarah

Jika bicara nama, tentu masih lebih banyak tokoh yang lebih layak untuk digunakan namanya sebagai ikon wilayah seperti GOR Situbondo. Ada KH As’ad Syamsul Arifin, seorang ulama masyhur yang jasa dan sumbangsihnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Beliau adalah penyampai pesan Kiai Cholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Pesan yang disampaikan KH As’ad juga menjadi salah satu jejak sejarah dari lahirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama yang kita ketahui hari ini.

Selain itu, KH As’ad melalui pesantrennya, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo juga telah berdedikasi besar terhadap perkembangan bangsa. Jutaan santri dan alumni Sukorejo juga telah banyak berdedikasi dan bersumbangsih untuk bangsa. Maka tidak heran dalam peringatan 1 abad NU, Sukorejo mendapat penghargaan Pondok Pesantren Berusia Lebih 1 Abad.

Atas dasar itu, tentu lebih bijaksana dan relevan jikalau nama KH As’ad Syamsul Arifin dijadikan sebagai wajah dari ikon Situbondo, alih-alih menggunakan nama bupati aktif saat ini. Ndak masuk. Makna dan sejarahnya tidak ada.

Baca halaman selanjutnya: Bandingkan diri dengan Soekarno…

Bandingkan diri dengan Soekarno

Ada sebuah catatan menarik di balik penamaan GOR Bung Karna di Situbondo. Dalam sesi doorstop dengan media usai groundbreaking, Bupati Situbondo memberikan tanggapan soal kontroversi penamaan ikon daerah itu. Dalam sesi tersebut, Bupati membandingkan pembangunan GOR itu dengan Gelora Bung Karno yang dibangun oleh Presiden Soekarno. Begini kurang lebih ungkapannya seperti dikutip dari Kompas.

“Tidak ada pelarangan nama itu, Gelora Bung Karno dibangun oleh Pak Karno, pakai dana APBN dan tidak ada yang protes, yang protes itu sebenarnya bangga juga, cuma karena iri dengki hasut akhirnya seperti itu,” jelasnya.

Bagi saya, membandingkan diri dengan Ir. Soekarno itu sungguh perbandingan yang sangat tidak apple to apple. Gelora Bung Karno dibangun atas dedikasi besar seorang tokoh Proklamator bangsa. Bung Karno juga telah memberikan sumbangsih besar sehingga bangsa Indonesia diakui kemerdekaannya.  Tidak hanya diakui oleh bangsa sendiri, banyak tokoh dari luar negeri bahkan mengakui kepiawaian dan dedikasi Soekarno untuk Indonesia. 

Lantas, prestasi dan dedikasi Bupati untuk Situbondo apa saja hingga namanya dipakai untuk ikon daerah seperti GOR Situbondo? UMK terendah se-Jawa Timur? Entah itu prestasi atau apalah namanya. Chuaksss.

Kalau begini sih bukan lagi apple to apple, ya. Sudah terlalu jauh perbandingannya. Maunya sih bilang Baina Sama… Wa Sumur… Tapi takut kena gugat pakai UU ITE. Hehehe.

Pemilihan nama GOR Situbondo sebagai ikon daerah cacat secara hukum

Selanjutnya, pemilihan nama GOR Bung Karna di Situbondo ini sebenarnya cacat secara hukum. Jikalau kita merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi, BAB II, Pasal 3, Poin (g) yang berbunyi “Menghindari penggunaan nama orang yang masih hidup dan dapat menggunakan nama orang yang sudah meninggal dunia paling singkat 5 (lima) tahun terhitung sejak yang bersangkutan meninggal dunia” jadi tidak pas.

Ini orangnya masih hidup, masih aktif menjabat sebagai Bupati Situbondo juga. Kalau pembangunan GOR menggunakan dana pribadi ya ndak masalah. Duek dewe, yakan. Masalahnya ini pakai APBD, ketentuannya juga sudah jelas, kok ya bisa pakai nama sendiri. Substansinya itu, lho. Ndak masuk blas.

Saya pun mengecek nama calon ikon daerah Situbondo itu di Sistem Informasi Nama Rupabumi Kementerian Hukum dan HAM. Beruntung, nama tersebut belum terdaftar secara resmi.

Oleh karena itu, sesuai dengan PP Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi, Paragraf 3, Pasal 12, Ayat (3) yang berbunyi “Pihak lain dapat mengusulkan pemberian Nama Rupabumi melalui Badan, kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota”, saya hendak mengusulkan perubahan atas nama ikon daerah tersebut. Situbondo punya banyak tokoh hebat yang dedikasinya sudah terbukti dan tidak perlu dipertanyakan lagi, sungguh bijaksana dan bangga rasanya jika tokoh-tokoh tersebut diabadikan sebagai ikon daerah Situbondo.

Tokoh seperti KH As’ad Syamsul Arifin tentu bisa dijadikan sebagai opsi nama GOR yang menjadi ikon daerah Situbondo itu. Nama tersebut juga bisa mengingatkan warga Situbondo terhadap perjuangan, semangat, dan dedikasi yang sudah beliau tunjukkan sepanjang perjalanan hidupnya. 

Penulis: Agus Miftahorrahman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jangan Berhenti di Situbondo, Jalan Tol Probowangi Harus Beneran Lanjut Sampai Banyuwangi!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version