Drama Korea yang lagi hangat-hangatnya tayang dan disenangi oleh banyak orang, Hometown Cha-cha-cha, semakin lama semakin seru. Jujur saja, saya merasa drama ini mulai menunjukkan jalan cerita yang impresif dan menanjak. Konflik-konflik yang ada di tiap episodenya bikin saya nggak sabar menantikan penayangan episode selanjutnya. Salah satu konflik yang cukup tajam dan menarik menurut saya adalah “perang” antara Hye Jin dengan warga tempatnya tinggal saat ini, Desa Gongjin.
Menurut saya, salah satu konflik dari drama ini dimulai berkat ketidakmampuan Hye Jin beradaptasi dan mengesampingkan egonya dalam berinteraksi dengan masyarakat Gongjin. Kita semua tahu bahwa Hye Jin adalah seorang pendatang yang mencoba hidup di tengah kultur masyarakat desa pinggir laut yang tentunya beda banget dengan kebiasaan dan nilai-nilai masyarakat ibu kota. Para warga desa Gongjin dan Yoon Hye Jin sering kali berseteru gara-gara salah paham. Ini terjadi karena mereka masing-masing punya nilai dan perspektif yang berbeda, misalnya seperti beberapa situasi di bawah ini:
#1 Rasional vs Emosional
Di awal-awal penayangan Hometown Cha-cha-cha, kita mungkin berasumsi bahwa Yoon Hye Jin punya mulut yang nggak bisa dikontrol. Si dokter gigi ini cenderung gas pol tiap ngomong dan sering kali nyerempet hati. Salah satu adegan yang sukses bikin saya menghela napas adalah ketika Hye Jin mengusir Gamri-ssi, nenek yang dekat dengan Hong Du Shik, karena blio menolak pemasangan implan dan meminta Hye Jin buat mencabut semua giginya yang bermasalah. Hye Jin kesal karena Gamri-ssi nggak mau mendengarkan maupun mendapatkan perawatan karena merasa sayang dengan uang tabungannya.
Du Shik diam-diam pengin membiayai perawatan gigi Gamri-ssi. Dia meminta Hye Jin untuk merahasiakannya dan bilang ke pasiennya tersebut bahwa Gamri-ssi mendapat diskon. Namun, Hye Jin nggak paham alasan Du Shik terlalu peduli dan bersikeras agar Gamri-ssi mendapatkan perawatan sementara sang nenek sendiri nggak mau. Hye Jin berpendapat bahwa Du Shik nggak seharusnya begitu, mengingat Du Shik bukan keluarga Gamri-ssi. Hye Jin memiliki pemikiran bahwa keluarga hanyalah mereka yang disatukan lewat hubungan darah dan yang bukan keluarga nggak seharusnya memberikan kepedulian dalam jumlah banyak.
#2 Individualis vs Kekeluargaan
Yoon Hye Jin sudah lama tumbuh dan besar di Seoul, kota metropolitan sekaligus ibu kota Korea Selatan yang ritme hidupnya dinamis abis. Hye Jin terbiasa dengan pola hidup yang cak-cek-cak-cek, membuatnya terlalu fokus memikirkan diri sendiri tanpa sempat mengkhawatirkan hidup orang lain. Ini semua karena persaingan yang ketat membuatnya sibuk meningkatkan kualitas diri untuk bersaing secara akademis dan pekerjaan. Sewaktu Hye Jin datang ke reuni, kelihatan banget, kan, kalau dia dan teman-temannya berkompetisi untuk jadi seorang dokter gigi dengan gengsi paling tinggi.
Keadaan tersebut menciptakan rasa empati yang kurang dalam diri Hye Jin. Dia berulang kali menyuruh Du Shik untuk nggak mencampuri hidupnya dan dia sendiri pun nggak berminat untuk masuk ke dalam hidup orang lain. Hye Jin sering terlihat berusaha nggak memiliki ikatan apa pun dengan warga Gongjin. Hye Jin ikut rapat desa pun dilatarbelakangi oleh niat-niat tertentu, salah satunya pengin ketemu Du Shik.
Beda Hye Jin, beda Gongjin. Suasana kekeluargaan di Gongjin masih terasa hangat karena mereka didominasi oleh latar belakang masyarakatnya yang masih homogen. Mereka memiliki ikatan yang hubungan antarindividunya berdasarkan kesamaan lokasi tempat tinggal dan beberapa masih punya ikatan darah. Meski kadang rasanya kesal sama tetangga yang suka nyebar rumor nggak berdasar, seperti Nam Sook, dengan kedekatan rasa keluarga itulah warga Gongjin bisa saling mendukung satu sama lain.
#3 Tertutup vs Terbuka
Hye Jin nggak terbiasa menghabiskan waktu ngobrol bersama orang lain. Waktu 24 jam per hari baginya pasti dirasa nggak cukup. Hye Jin kelihatan banget merasa terganggu dan kesal sewaktu diajak ngobrol oleh Oh Yoon, pemilik kafe Coffee by Day, Bar at Night, ketika dia mau menjajal amerikano. Mereka kembali bersua di Pesta Warga Senior. Oh Yoon membagikan kisahnya ketika dulu menjadi seorang musisi, tapi Hye Jin merasa Oh Yoon cuma buang-buang waktu. Hari itu berakhir dengan Hye Jin yang bikin kesalahan karena mengumbar semua aib Oh Yoon sekaligus perasaan kesalnya lewat mikrofon balai desa.
Hal itu tentu saja berbeda dengan warga Gongjin yang selalu menyempatkan diri buat ngobrol ngalor-ngidul ngomongin tetangga, bahas masa lalu, arisan tapi isinya gosip, sampai sempet-sempetnya bikin grup KakaoTalk tanpa menyertakan satu orang. Orang urban pasti berpikir bahwa masyarakat Gongjin selo banget dan cenderung nggak ada kerjaan. Tapi, melalui interaksi semacam inilah mereka bisa dekat dan saling mengenal. Warga rural pun nggak sekadar kenal nama dan bercengkerama kalau ada maunya, mereka bener-bener kenal seluk beluk orang tersebut, seperti gimana masa kecilnya, siapa dan gimana reputasi orang tuanya, sampai cinta pertama tetangganya aja sampai tahu.
#4 Karier vs Membantu sesama
Siapa yang ikutan kaget sewaktu tahu kalau Hong Du Shik lulusan Seoul National University? Atau jangan-jangan, kalian ikutan kesel dan merasa sayang sama prestasi Hong Du Shik yang “cuma” dipakai buat kerja serabutan di desa?
Yoon Hye Jin merasa latar belakang pendidikan Hong Du Shik yang mumpuni tersebut disia-siakannya. Sudah alumnus SNU, jurusan teknik pula, mana ada perusahaan yang menolak buat mempekerjakan Du Shik seandainya dia daftar kerja di kota? Yoon Hye Jin berpendapat bahwa dengan pijakan yang kokoh berupa almamater dan otak yang cerdas, karier Du Shik bakal bersinar dan dia akan kaya raya.
Namun bagi Du Shik, sudut pandang Hye Jin ini terlalu sempit. Du Shik percaya ada banyak hal lain yang lebih penting ketimbang sukses dan berkantong tebal. Dia memiliki value bahwa ilmu yang dipelajari dan dimiliki seharusnya mampu membantu orang lain dan bukan hanya membawa kesuksesan duniawi buat dirinya sendiri.
Perbedaan nilai-nilai antara Yoon Hye Jin, seorang Seoul citizen, dengan warga Gongjin ini bikin mereka sering kali mengalami gesekan dan berakhir dengan konflik. Hye Jin pun kelihatan memerlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi karena dia nggak meletakkan sejenak nilai-nilai kekotaan yang dimilikinya maupun mencoba memahami pandangan hidup warga Gongjin. Pemikiran progresif khas anak muda dan warga urban ketemu dengan orang-orang sepuh di Gongjin yang cenderung masih konservatif, ya sudah deh, meletuslah “perang”.
Sumber Gambar: Instagram TvN Drama Official