Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Generasi Baby Boomer Punya Lini Masa Medsos yang Lebih Damai ketimbang Milenial

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
21 September 2020
A A
Belakangan Ini Semua Media Sosial Terasa Toksik Kecuali Quora terminal mojok.co

Belakangan Ini Semua Media Sosial Terasa Toksik Kecuali Quora terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap membuka Facebook, saya seolah diguyur dengan siraman rohani yang menyentuh kalbu. Pasalnya, lini masa saya bukan cuma diisi orang-orang yang cerdas, para pedagang, dan komplotan orang-orang alay yang selalu tebar pesona. Tapi juga pakde-bude dan paklik-bulik saya selaku generasi baby boomer yang status Facebooknya menyadarkan bahwa saya termasuk golongan pendosa sehingga harus cepat-cepat bertobat.

Saya sengaja berteman dengan sanak keluarga di Facebook. Setidaknya lewat Facebook, saya dapat bersilaturahmi dengan mereka yang belum tentu punya kesempatan untuk bertemu. Selain itu saya juga bisa mengambil pelajaran dari dinding lini masa mereka.

Postingan-postingan positif seperti itu nyaris mustahil saya dapat kalau yang saya buka adalah Twitter. Bukannya quote-quote menyejukkan hati dengan bumbu religius yang saya dapatkan, melainkan sambatan dari generasi milenial yang justru cuma diulang-ulang. Misalnya, sambatan soal “insekyur”. Bosen banget.

Beruntung sekali saya masih aktif menggunakan Facebook. Di sana saya bisa belajar bagaimana seharusnya bermedia sosial. Terutama dari generasi baby boomer. Termasuk pakde-bude dan paklik-bulik saya.

Generasi baby boomer memang selalu dianggap ketinggalan zaman. Generasi ini konon nggak melek teknologi. Mereka sering dianggap kurang becus dalam menggunakan media sosial.

Dalam satu kondisi, itu benar. Berdasarkan pengalaman saya dengan mencermatinya di lingkungan keluarga, baby boomer ketika bermedia sosial paling cuma lihat-lihat lini masa atau sekadar memanfaatkannya buat cari barang di grup jual beli.

Namun, di satu titik, soal memanfaatkan media sosial dengan jalan yang diridai, saya rasa baby boomer lebih baik ketimbang milenial. Meskipun saya termasuk generasi milenial, saya nggak malu mengakui bahwa cara saya bermedia sosial masih kalah positif.

Generasi baby boomer sudah mulai masuk ke tahap memberi nasihat dan menebar manfaat di media sosial. Caranya beragam. Ada yang kampanye memakai masker di era pandemi. Ada pula yang mengajak pengguna Facebook lain untuk berdoa bersama.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Sedangkan generasi milenial masih sibuk mengeluh. Masih suka menyindir-nyindir orang dengan kalimat yang kasar. Masih nyaman berkomentar sembarangan. Masih mem-posting hal-hal yang nggak pantas.

Lihat saja di lini masa, bagaimana konten-konten bernuansa negatif bertebaran. Siapa pelakunya? Siapa lagi kalau bukan generasi milenial. Konten negatif itu bukan cuma pornografi dan ujaran kebencian, tapi sambatan-sambatan itulah yang justru lebih toksik ketimbang pornografi.

Setiap orang bakalan jengah dengan sambatan. Apalagi kalau setelah sambat muncul untaian motivasi yang pada akhirnya—kalau masalahnya masih belum kelar—bakal sambat lagi di media sosial. Alurnya itu sambat-motivasi-sambat lagi, begitu terus sampai Mail nikah sama Susanti (ya ampun Mei Mei patah hati).

Saya nggak pernah nemuin pola semacam itu di lini masa generasi baby boomer. Bahkan sekadar buat sambat pun, orang-orang senior ini punya cara sendiri supaya nggak kelihatan menonjol.

Misalnya, mengubah sambat dengan kalimat-kalimat yang memotivasi seperti, “Masih ada kesempatan lain.” Generasi baby boomer juga pandai meracik sambat dengan mengubahnya menjadi kalimat yang menunjukan bahwa dia tengah ikhlas menerima kenyataan seperti, “Mungkin belum rezekinya.”

Generasi baby boomer itu kalau bikin status di Facebook simpel banget. Nggak bertele-tele atau pakai kata-kata yang cuma dipahami netizen kalangan tertentu. Dari penggunaan kata saja, mereka mengajari milenial supaya bikin status atau ngetwit dengan kata-kata yang nggak njelimet.

Ini memudahkan orang lain yang minim kosakata untuk membaca dan memahami status. Saya curiga, jangan-jangan generasi baby boomer lebih menguasai media sosial daripada milenial. Lah untuk penggunaan bahasa pun mereka paham, itu artinya generasi senior tahu bahwa media sosial cakupannya luas walau mereka nggak selincah milenial dan gen Z.

Dalam urusan bercanda di media sosial, generasi baby boomer nggak butuh meme, apalagi dengan cara menjatuhkan orang lain. Cukup bikin plesetan, bapak-bapak di Facebook mampu menciptakan jokes. Jelas kalau ini dilemparkan ke generasi milenial, mereka nggak bakalan ketawa.

Namun, cobalah lihat bagaimana bapak-bapak di Facebook itu bercanda tanpa merusak harkat dan martabak, eh martabat orang lain. Kadang-kadang demi menciptakan sebuah lelucon, generasi baby boomer ini mengorbankan diri mereka sendiri sebagai sasaran untuk dijelek-jelekkan.

Bercandaan kayak gini justru menurut saya bercandaan yang berbobot. Bikin lelucon dengan menempatkan diri sendiri sebagai objek jokes-nya bukanlah perkara mudah. Setahu saya, cuma pelawak tunggal yang bisa melakukannya. Tapi, kenyataannya mereka juga berbakat melakukannya.

Sejauh saya bertamasya di media sosial dan ikut menceburkan diri di dalamnya, nggak ada yang sebijak generasi baby boomer. Mereka betul-betul bijak sekali, entah dalam menyampaikan argumen, bikin status, mem-posting foto, sampai bercanda di media sosial. Generasi milenial macam saya perlu belajar lagi.

Okelah, generasi milenial lebih mengerti, lebih menguasai media sosial dan teknologi secara keseluruhan, dan cakap bikin ini-itu. Namun, milenial masih ketinggalan perkara memanfaatkan media sosial ke hal-hal positif. Apalagi milenial yang hobinya hanya nyampah di media sosial.

BACA JUGA Begini Jadinya jika Serial Bad Genius Diadaptasi Menjadi Sinetron Indonesia dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2020 oleh

Tags: Media SosialSambat
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

akun gosip

Fenomena Akun Gosip di Media Sosial

18 Juni 2019
Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

22 Desember 2023
Pacaran kok Tuker-tukeran Media Sosial, Situ Waras?

Pacaran kok Tuker-tukeran Media Sosial, Situ Waras?

13 Mei 2022
Fix, Eksistensi Media Sosial Adalah Salah Satu Sumber Penghancur Kemesraan Kita dengan Buku Terminal Mojok

Eksistensi Media Sosial Adalah Sumber Penghancur Kemesraan Umat Manusia dengan Buku

6 Maret 2021

Biar Nggak Bikin Ulah Lagi, Akun Perencana Keuangan Baiknya Di-unfollow Aja!

21 Juni 2021
Grup Facebook Warga Demak Nggak Kalah Gayeng dari Info Cegatan Jogja terminal mojok.co

Menuai Banyak Likes, Tapi Mampus Dikoyak Sepi

5 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.