Generasi 80-an dan 90-an yang katanya generasi paling sehat dan ceria itu rupanya juga generasi paling beruntung, setidaknya sih seperti itu sebagaimana anggapan beberapa orang yang kemudian ditulis dengan baik oleh seseorang lantas diamini jutaan orang dan viral di media sosial beberapa waktu yang lalu.
Saya termasuk salah satu dari jutaan orang yang mengamini hal tersebut, pasalnya saya pribadi masih belum menemukan sangkalan terhadap tulisan tersebut dari misalnya generasi sebelumnya ataupun generasi sesudahnya atau juga dari generasi yang disanjung yakni generasi 80-an dan 90-an.
Sebagai penikmat musik, saya memang merasa sangat beruntung tumbuh berkembang dan puber di tahun-tahun di mana band-band musik dalam negeri lagi di puncak kejayaanya. Bagian dari diri saya yakni emosional begitu dimanjakan dengan ratusan lagu yang enak-enak baik dari penyanyi solois, duet maupun grup band.
Lahir pada tahun 80-an, tentu saja saya juga masih bisa menikmati puluhan hits dari genre Melayu karena kejayaan para musisi dari negeri jiran Malaysia sedang meng-ekspansi belantika permusikan tanah air yang sedang vakum, dan bagi kami hal itu merupakan anugerah yang luar biasa juga, kami sangat dimanjakan dengan hiburan berupa audio visual tersebut.
Intinya, bagi saya pribadi yang memang penikmat musik dan nggak pake rewel artinya bisa menikmati segala jenis musik, baik karya anak negeri maupun musisi manca negara, baik musik-musik yang identik dengan perkotaan maupun yang identik dengan orang-orang udik, saya patut bangga dan membanggakan bahwa generasi kami adalah generasi bahagia dan sejahtera, industri musik di masa kami sedang dalam puncak kejayaan.
Bahkan sampai saya mengandaikan, berimajenasi, berfantasi, (semoga hal ini tidak terjadi) andai saja tragedi banjir besar sebagaimana yang terjadi pada zaman Nabi Nuh melanda lagi, dan kita sebagai manusia-manusia yang selamat dan hidup di dalam bahtera besar selama puluhan tahun. Dengan bekal makanan yang cukup, kami yang generasi 80-an dan 90-an agaknya juga punya bekal hiburan lagu-lagu enak yang melimpah dan akan cukup sampai kapan pun.
Pengandaian di atas hanya sekedar ilustrasi tentang apa yang kami rasakan kini, bahwa andai saja industry musik berhenti total karena para musisi mogok berkarya, penyebabnya tiada lain karena digitalisasi, para musisi tidak se-sejahtera seperti dulu lagi, mereka tidak lagi bisa menjual kaset atau cd untuk para penggemarnya, kami tidak akan kehilangan hiburan berupa musik, karena perbendaharaan musik kami sudah melimpah, stok lagu enak penuh kenangan cukup sampai akhir hayat kami.
Di segala waktu, pada segala suasana dan situasi kami ada lagunya, ibarat di film-film kami di setiap adegan ada sound tracknya, jika sedang sedih kami bisa putar dan mainkan puluhan lagu enak, jika sedang gembira pun tak kalah banyaknya, apalagi jika sedang kasmaran. Apa iya generasi tahun 80-an hari ini sedang kasmaran? Tentunya ada donk.
Lagi iseng ingin yang nakal-nakal, kami bisa putar lagu-lagunya Jamrud dan sebagainya, lagi bersemangat dengan nuansa kebangsaan kami bisa putar hits yang dipopulerkan band Cokelat berjudul Bendera dan lagu-lagu kebangsaan lainnya, lagi tobat dan ingat sama Pencipta kami bisa putar puluhan lagu religi dari Ungu, Opick dan musisi lain yang terkenal enak lagu-lagu religinya. Jika kurang puas kami bahkan bisa melompat ke dangdut dengan ratusan karya Bang Haji Rhoma Irama yang terkenal dengan nada dan dakwanya atau melompat lebih jauh lagi ke lantunan nasida ria biar sekalian mengenang masa kecil.
Lagi kangen belanja di mall-mall kami bisa putar lagu-lagu khas mall semisal lagunya Marcell, Ada Band, Dewa, Afghan, Rossa dan lainnya, lagi suka yang retro kami bisa mainkan lagu-lagunya band Naïf, ingin nostalgia masa sekolah, kita ada puluhan bahkan ratusan hits dari band sekelas Sheila on 7 dan konco-konconya. Lagi ingin menikmati suasana sore dengan musik dan lirik berkualitas kami ada Kla Project atau single dari vocalisnya Kla Project Mas Katon Bagaskara, lagi ingin mendayu-dayu monggo dimainkan lagu-lagunya sang legenda Nike Ardila, Popy Mercury atau juga Inka Christie.
Siang-siang ingin yang santai, kami ada lagu-lagu hits musisi asal negeri jiran, atau jika lagi ambyar hatinya, kita ada lagu-lagu bergenre campur sari, tinggal pilih Didi Kempot atau Soni Jos. Atau jika lagi panas beneran karena mikir politik dalam negeri bisa kami alihkan ke lagu-lagunya iwan fals. Pokoknya semua ada, ada semua!
Dan, pada akhirnya, kami bukan sedang ingin mengatakan bahwa musik atau lagu-lagu yang saat ini digemari oleh remaja masa kini tidak enak, sama sekali tidak. Karena kami sadar setiap generasi punya selera musik masing-masing tak terkecuali generasi kami. Perbedaan kami dengan generasi sesudah kami adalah (mungkin) jika kami punya banyak perbendaharaan lagu-lagu enak penuh kenangan. sehingga jika diibaratkan segala situasi dan suasana kami ada lagunya, maka pada generasi sesudah kami, segala situasi dan suasana kesempurnaan cinta lagunya. (*)