Tiap tahun, ribuan calon mahasiswa baru berbondong-bondong mendaftar di jurusan terfavorit di Indonesia, apalagi kalau bukan FK alias Fakultas Kedokteran. Sayangnya daya tampung mahasiswa di FK tidak sebanding. Alhasil, lebih banyak mahasiswa yang harus terlempar ke jurusan-jurusan lain karena gagal masuk FK. Salah satunya adalah biologi.
Selama berkuliah di Jurusan Biologi, tidak sedikit saya menemui teman-teman yang merupakan “buangan” dari Jurusan Kedokteran dan memilih biologi sebagai pilihan kedua atau bahkan ketiganya. Lantas, ketika ditanya kenapa menjadikan biologi sebagai plan B, rata-rata pasti akan menjawab, ”Biologi kan nggak jauh beda dari kedokteran.” Tapi, apakah benar? Saya akan sedikit menjelaskan perbedaannya, agar kalian tidak menyamakan dua cabang ilmu tersebut.
Biologi punya cakupan yang cukup luas
Di Jurusan Kedokteran, kalian akan mempelajari ilmu medis yang menuntut kalian memahami biokimia, anatomi, fisiologi, dan histologi pada manusia. Selanjutnya kalian juga akan belajar tentang penyakit dan obat-obatan. Selain itu kalian harus belajar tata cara pemeriksaan pasien dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Kurang lebihnya seperti itu.
Sedangkan di Jurusan Biologi, kalian akan mempelajari banyak sekali cabang, ada zoologi, botani, ekologi, mikrobiologi, dan bioteknologi. Dari lima cabang itu bisa beranak pinak lagi menjadi “logi-logi” yang lain, tidak mungkin bisa saya sebutkan semuanya. Dari kelima cabang tersebut, mungkin hanya zoologi yang bisa dibilang tidak jauh-jauh dengan apa yang dipelajari di Jurusan Kedokteran. Sebab, cabang tersebut mempelajari hewan dan manusia, mulai dari struktur, fungsi, metabolisme, taksonomi, perilaku, dan terkadang disisipi materi gangguan penyakit pada manusia.
Untuk cabang botani kalian akan mempelajari tumbuhan, mulai dari struktur, fisiologi, taksonomi, kadang ada juga fitofarmaka, orchidologi, tumbuhan ornamental, kultur jaringan tumbuhan, dan lain-lain.
Sampai sini pun kita tak lagi menemui sisi kedokterannya. Sebab, di botani kita akan berkutat sama yang namanya pohon-pohonan, lumut-lumutan, dan paku-pakuan. Bahkan kita tidak diajari gimana merawat pohon yang baik dan benar. Apalagi membahas penyakit-penyakit pada tumbuhan, itu bukan ranah kami.
Untung cabang mikrobiologi kita akan berkutat pada hal-hal yang mungil bahkan tak kasat mata. Biasanya mengenai bakteri, virus, maupun kapang, bagaimana cara mengidentifikasinya, cara sampling, cara handling di laboratorium, cara membiakkan, mempelajari fisiologinya, hingga penerapannya pada kehidupan manusia. Di cabang ini juga ada mata kuliah mikrobiologi kesehatan, meskipun begitu, biasanya hanya ditempuh dalam satu semester sebagai mata kuliah peminatan, bukan wajib.
Begitupun juga dengan cabang ekologi maupun bioteknologi. Cabang ekologi akan mengulas tentang interaksi organisme dengan lingkungan biotik maupun abiotik, seperti ekologi terestrial, ekologi akuatik, ilmu lingkungan, ekologi hutan tropis, konservasi, dan lain sebagainya.
Sepengalaman saya pun di cabang ini juga tidak mengulas tentang kesehatan manusia, kalaupun ada biasanya mengenai pengaruh lingkungan pada kesehatan manusia, itu saja.
Di cabang bioteknologi kita berkutat pada pemanfaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia, disini kalian juga akan belajar mengenai genetika, biomolekuler, rekayasa genetika, biologi forensik, bioteknologi industri, dan bioteknologi kesehatan. Meskipun ada embel-embel kesehatan tidak serta merta belajar mengenai patologi pada manusia. Justru di sini kita belajar tentang pengembangan vaksin, obat, pengembangan terapi gen, stem cell, imunologi molekuler, dan pemanfaatan hewan coba.
Bisa dibilang di Jurusan Biologi kita masih banyak mempelajari teori yang seperempatnya adalah praktik. Sedangkan kedokteran sungguh jauh berbeda, ilmu kedokteran adalah ilmu terapan seperti layaknya kedokteran hewan, pertanian,dan farmasi.
Alih-alih berniat banting setir ke biologi karena gagal masuk kedokteran, lebih baik kalian pikirkan kembali kemungkinan perbedaan keilmuan ini. Jangan sampai menyesal karena prinsip yang dipelajari kedua jurusan ini saja sudah sangat berbeda.
Jadi anak biologi harus fleksibel
Kata siapa kalau anak biologi kerjanya di laboratorium? Menjadi mahasiswa biologi dituntut untuk survive di segala medan perang, entah di laboratorium, sampling di sungai yang kotor, mencari spesimen di laut, nyari planaria di kali, naik turun bukit, keluar masuk hutan, berjalan di estuari, menangkap katak hidup-hidup, berjalan di akar bakau, bedah mencit, mencari jentik nyamuk di bak mandi, mencari cacing di usus ayam (tepok jidat), menangkap nyamuk di pantat sapi (hiks), menunggu penyu bertelur, dan kalau kalian danus, pasti harus bisa jualan risoles.
“Risolesnya kakak, masih hangat.”
Saya pernah menjadi supervisor anak kedokteran yang kebetulan penelitian di lab yang sama dengan saya. Saya sedikit bercerita dengannya (baca:mengeluh) tentang tugas dan praktikum kuliah yang seolah tidak pernah berakhir. Yang tidak saya sangka, dia malah mengasihani saya dan bercerita bahwa kuliah di FK tidak se-hectic itu. Anak FK kalau praktikum paling banyak juga di laboratorium, tidak seperti anak biologi yang harus terjun ke alam.
Dan dari situ saya mulai paham kenapa banyak teman-teman biologi saya yang banting setir karena gagal masuk FK rata-rata tidak betah dan memilih resign dari biologi. Mereka sudah salah kaprah menilai bahwa biologi dan kedokteran itu ilmunya nggak beda jauh.
Benar sih, tidak jauh, mereka berdua sama-sama ilmu alam, tapi jika mau menilik lebih mendalam, jangkauan dua ilmu itu sungguh jauh berbeda. Jangan sampai kalian salah satu dari sekian korbannya.
Jika kalian gagal masuk FK dan telanjur memilih biologi sebagai pilihan kedua, setidaknya persiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan ini. Jika kalian nggak kuat, sayang juga waktu yang telah dihabiskan di Jurusan Biologi. Mencintai apa yang kita pelajari adalah kunci utama. Tapi, kalau kalian sudah mentok dan rela masuk Jurusan Biologi, kuatkan hati saja dan nikmati prosesnya. Siapa tahu ke depannya kalian menemukan seuatu yang kalian senangi saat belajar biologi. Intinya jangan menganggap jurusan atau fakultas lain sebagai pelarian. Ujungnya bisa bikin nggak betah.
BACA JUGA Teman Saya Mengira Oxygen Absorber Adalah Topping Bakpia Kukus dan artikel Elisa Erni lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.