AI mungkin adalah salah satu ciptaan manusia yang kini sedang sering dibicarakan. Tak berbeda di awal kemunculan media sosial, keberhasilan pesawat luar angkasa yang membawa manusia ke bulan, dan terciptanya bohlam lampu, semua itu dianggap sebagai puncak pencapaian umat manusia di eranya masing-masing. Tak semua punya efek positif, bahkan banyak yang memberikan efek buruk. Nuklir dan food vlogger mungkin beberapa contoh konkretnya.
Tak seperti lambang Pramuka yang dicintai karena punya beragam manfaat, food vlogger kini sedang kena pandangan miring karena ulah beberapa oknum yang sepertinya punya jumlah lumayan banyak. Ada oknum yang merasa profesinya teramat besar dan penting bagi umat manusia. Ada yang minta dipuja, dijamu, dan merasa punya jasa kelewat sangar bagi UMKM. Sampai-sampai ada yang mengancam akan berhenti bikin konten dan menganggap bahwa UMKM akan mati tanpa dirinya.
Apakah mereka salah? Saya rasa tidak. Hal itu justru menunjukkan bahwa mereka memang benar.
Nuklir yang bermanfaat, nuklir yang membawa mudarat
Seperti nuklir, ia berbahaya jika digunakan untuk berperang dan menyakiti orang lain. Namun, ia bisa menjadi sumber energi yang sangat baik jika bisa dikendalikan. Saya kira sama halnya dengan food vlogger, mereka juga punya banyak manfaat bagi dunia ini. Pelan namun pasti, kita harus menerima kehadiran mereka yang begitu mulia.
Tanpa oknum food vlogger seperti mereka, kita tak akan punya rekomendasi kuliner yang ajib, meski banyak dari mereka yang menggunakan kalimat-kalimat monoton saat me-review makanan. Kalau nggak “dagingnya kerasa”, biasanya ngomongin tekstur. Namun, mereka tetap menjadi kaum yang sangat dibutuhkan oleh dunia ini. Karena itu wajar mereka gila hormat dan haus validasi. Mereka memang pantas mendapatkan semua perhatian itu.
Tanpa mereka, dunia tak mungkin berputar, hewan mati, hutan terbakar, gunung kempes, lautan kering kerontang, UMKM hancur, pasar modal sepi, dan Godzilla datang menghancurkan semua yang ada di dunia. Tentu saja bukan dunia yang kita tinggali. Karena dunia yang mereka tinggali adalah dunia kecil milik mereka sendiri. Secara mereka menjadi pusat dan poros dari dunia kecil tersebut, mereka harus selalu ada dan terus beraksi.
Hikmah yang bisa diambil dari tingkah ajaib food vlogger
Saya kira ini hanya masalah selera dan sifat manusia yang tak bisa seragam. Karena jika mau cermat dan ikhlas menggunakan akal sehat, saya yakin kita bisa dengan mudah menemukan banyak food vlogger lain yang sejati dan baik budinya. Banyak food vlogger yang antimubazir, mereka tak buang-buang makanan. Ada juga yang suka menggunakan cara yang sopan saat menunjukkan ketidaksukaannya pada sebuah makanan atau tempat yang dikunjungi. Intinya tak semua food vlogger menyebalkan dan hidup dalam sempitnya tempurung kelapa yang dianggapnya sebagai dunia luas milik sendiri.
Meski begitu, sebagai orang saleh dan beriman, saya percaya semua yang ada di alam semesta ini tak mungkin terjadi tanpa campur tangan Tuhan. Dengan kata lain, semua yang manusia bikin, tak mungkin terjadi jika ia bukan makhluk Tuhan (tentu tak ada maksud menyalahkan Tuhan atas kebodohan dan perilaku busuk manusianya), dan kita selalu diminta untuk mengambil hikmahnya. Tak ada yang diciptakan dengan percuma oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hanya kadang sulit dan butuh waktu lama bagi kita untuk mengerti, karena kita yang harus pintar mencari fungsi dan manfaatnya secara mandiri sebagai bekal hidup.
Mungkin penciptaan manusia adalah salah satunya, dan oknum food vlogger sok penting serta wakil presiden adalah contoh yang sulit dicari hikmah serta manfaatnya.
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Kebiasaan Food Vlogger yang Sebenarnya Menyebalkan