Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Stigma “Hanya Anak Orang Kaya Jambi yang Bisa Kuliah di Jogja” Itu Sangat Menyakitkan dan Terkesan Fitnah yang Dilestarikan

Janu Wisnanto oleh Janu Wisnanto
30 Mei 2025
A A
Fitnah Keji Hanya Orang Kaya Jambi yang Mampu Kuliah di Jogja (Unsplash)

Fitnah Keji Hanya Orang Kaya Jambi yang Mampu Kuliah di Jogja (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau bicara soal anak Jambi yang bisa kuliah di luar daerah, terutama Jogja, sering banget dengar stigma, “Ah, pasti anak orang kaya, makanya bisa.” 

Nah, kalau kamu cuma ngikut arus omongan begitu, saya punya cerita yang mungkin bakal bikin kamu mikir ulang dan, yah, mungkin sedikit “ketok palu” di kepala soal stereotip itu.

Sebelum saya lanjut, saya enggak mau menjatuhkan tulisan Mbak Intan Eka Pratiwi di Terminal Mojok soal “Kerasnya Kehidupan Anak-anak di Jambi Dibanding Jogja.” 

Tulisan itu jujur dan memang nyata. Banyak anak Jambi yang akhirnya nggak lanjut kuliah karena memilih bantu ekonomi keluarga, kerja di kebun sawit, atau jadi buruh harian demi menghidupi orang tua. 

Nah, cerita saya ini bukan untuk membantah, melainkan pelengkap. Sebuah pelengkap yang kadang lupa dipandang banyak orang.

Kerasnya pilihan orang tua di Jambi

Kekasih saya, orang Jambi asli, pernah cerita banyak hal yang bikin saya tercengang. Dia bilang bahwa banyak anak Jambi yang kuliah di Jogja bukan karena “anak orang kaya” yang gampang duitnya. 

Jadi, mereka bisa kuliah di Jogja karena orang tua mereka menggadaikan SK PNS atau menjual beberapa petak lahan sawit. Ya, SK PNS yang sudah bertahun-tahun jadi simbol penghidupan dan pengamanan masa tua, rela digadaikan supaya anaknya bisa sekolah jauh dari kampung halaman.

Nggak cuma itu, ada juga yang harus menjual kebun sawit. Kalau tahu berapa besar hasil kebun sawit itu, pasti kamu paham betapa berat keputusan itu. Dan ini bukan cuma soal duit, tapi soal nyawa dan harapan keluarga. 

Baca Juga:

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Jadi, kalau ada yang bilang anak Jambi yang kuliah di luar daerah kayak Jogja itu cuma “anak orang kaya”, ya mohon maaf. Utu terlalu simplistik dan malah menutup fakta betapa besar perjuangan orang tua mereka.

Beasiswa untuk anak Jambi? Ya, ada, tapi cuma bagian kecil

Memang, ada anak Jambi yang dapat beasiswa. Tapi biar saya kasih tahu, beasiswa itu nggak selalu datang begitu saja dan cukup untuk semua kebutuhan hidup selama kuliah di Jogja. 

Seringnya, beasiswa hanya sebagian dari biaya yang harus ditanggung. Belum lagi biaya hidup, kos, makan, transportasi, dan keperluan lain yang nggak murah. Jadi, beasiswa adalah penolong, bukan tiket emas yang bikin hidup gampang.

Banyak cerita dari kekasih saya dan teman-temannya dari Jambi. Mereka harus banting tulang part-time kerja, atau orang tua tetap harus memberikan sokongan, meskipun dengan segala pengorbanan yang sudah saya sebut tadi.

Kenapa orang tua Jambi begitu keras mau anaknya kuliah?

Saya jadi mikir. Kenapa sih orang tua Jambi begitu gigih sampai harus “menggadaikan” apa saja demi kuliah anaknya? Jawabannya simpel tapi dalam. Mereka pengin anaknya punya masa depan lebih baik, bisa keluar dari siklus kemiskinan atau keterbatasan ekonomi.

Kalau kamu tinggal di daerah yang banyak lahan sawit, ya sadar aja, kerja di kebun sawit itu capek. Sudah begitu, pendapatan terbatas dan risiko kerjanya juga tinggi. 

Kalau bisa kuliah, anak mereka punya kesempatan kerja yang lebih luas. Mungkin jadi PNS, pengusaha, atau profesional lain yang stabil dan bisa mengangkat keluarga mereka ke level lebih tinggi.

Jadi, ini bukan soal gengsi atau gaya-gayaan, tapi soal harapan dan pengorbanan yang dalam. Kalau kamu cuma lihat anak Jambi bawa duit ke Jogja dan bilang “anak orang kaya,” itu sama seperti menutup mata dan hati terhadap perjuangan yang terjadi di balik layar.

Jangan sekadar menilai dari permukaan

Kalau saya bilang, stigma “anak orang kaya Jambi” itu tidak sepenuhnya tepat, itu bukan karena saya mau membela siapa-siapa. Ini tapi karena saya ingin kita semua belajar untuk lebih reflektif. 

Kadang, hal yang tampak di permukaan, seperti status ekonomi anak yang bisa kuliah di Jogja, sebenarnya adalah hasil perjuangan orang tua yang tak terlihat. Mereka rela menjual aset keluarga dan menggadaikan masa depan mereka demi anaknya.

Maka, daripada buru-buru menempelkan label, coba deh lihat lebih dalam. Tanyakan cerita di balik itu semua. Karena setiap anak Jambi yang kuliah di luar daerah membawa kisah pengorbanan yang mungkin lebih berat daripada yang kita kira.

Jadi, jangan cuma melihat hasil akhirnya. Hargai proses dan perjuangan di baliknya. Karena hidup ini bukan cuma soal modal duit di depan mata, tapi juga soal modal perjuangan dan cinta yang kadang disembunyikan rapat-rapat.

Penulis: Janu Wisnanto

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Berada di Jambi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Mei 2025 oleh

Tags: JambiJogjakuliah di jogjalahan sawitmahasiswa jambi
Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

Mahasiswa semester akhir Universitas Ahmad Dahlan, jurusan Sastra Indonesia. Pemuda asli Sleman. Penulis masalah sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

ArtikelTerkait

Menanti Jogja Tanpa Knalpot Brong, Sampah yang Bikin Telinga Tersiksa bukit bintang jogja

Menanti Jogja Tanpa Knalpot Brong, Sampah yang Bikin Telinga Tersiksa

2 Januari 2024
memborong rumah perumahan banguntapan mojok

Seperti Angkringan di Jogja, Mari Romantisasi Perumahan di Banguntapan

19 Agustus 2020
4 Oleh-oleh Khas Solo yang Sebaiknya Jangan Dibeli revitalisasi Solo kaesang pangarep

3 Hal Baik di Solo yang Wajib Ditiru Jogja

25 Mei 2023
Jogja atau Solo: Mana yang Lebih Nyaman untuk Ditinggali?

Meninggalkan Jogja Itu Tak Mudah dan Memang Tak Akan Pernah Mudah

14 Desember 2022
Prambanan Jazz Café: Manifestasi Festival Musik atau Sebatas Jual Nama? terminal mojok.co

Prambanan Jazz Café: Manifestasi Festival Musik atau Sebatas Jual Nama?

14 November 2021
Nggak Semua Perantau di Jogja Doyan Gudeg hingga Sering ke Sarkem! Mojok.co

Nggak Semua Perantau di Jogja Doyan Gudeg dan Sering ke Sarkem!

9 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.