FIB UNAIR Surabaya Dianaktirikan Kampus, Mahasiswa Menderita seperti Kuliah di Universitas Pinggiran

FIB UNAIR Surabaya Dianaktirikan Kampus, Mahasiswa Menderita seperti Kuliah di Universitas Pinggiran Mojok.co

FIB UNAIR Surabaya Dianaktirikan Kampus, Mahasiswa Menderita seperti Kuliah di Universitas Pinggiran (unsplash.com)

FIB UNAIR Surabaya ternyata nggak sespesial dalam bayangan banyak orang. 

Universitas Airlangga (UNAIR) merupakan salah satu kampus kebanggaan warga Surabaya. Universitas yang berdiri sejak 1954 itu menduduki peringkat 4 PTN terbaik di Indonesia dan peringkat 345 dunia versi QS World University Ranking 2024. Itu mengapa, siapa saja yang kuliah di sini bakal disanjung oleh keluarga, teman, hingga tetangga. Banyak orang menganggap, mahasiswa UNAIR adalah orang-orang pintar. Mereka juga iri karena fasilitas di UNAIR memang lebih oke daripada universitas lain. 

Sebagai alumni UNAIR Surabaya, saya mengakui fasilitas universitas ini memang lengkap banget. Benar-benar memudahkan mahasiswa. Intinya sih ada ranking (ada duit juga) pasti ada kualitas. Tapi ya sebagus-bagusnya suatu kampus pasti selalu saja ada sisi gelapnya. Contohnya, FIB UNAIR yang ternyata nggak spesial-spesial amat. Sebagai seseorang yang mengenyam pendidikan di fakultas tersebut sepanjang 2019 hingga 2023, saya jelaskan beberapa alasannya:  

#1 Fakultas “terbelakang”

Hal pertama yang saya notice ketika pertama kali jadi mahasiswa FIB UNAIR Surabaya pada 2019 adalah letaknya yang ternyata nggak banget, yaitu di belakang dan bersebelahan dengan fakultas Vokasi. Ketika mengetahui fakta ini, saya cuma bisa tersenyum kecut.

Iya sih UNAIR, tapi kalau kebagian UNAIR yang seperti ini rasanya agak gimana gitu. Sudah di belakang, ketutupan pula dengan fakultas-fakultas ajib dengan gedung-gedungnya yang oke punya seperti Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) dan Fakultas Hukum (FH). Rasanya tuh seolah-olah FIB ini adalah lingkungan kumuhnya Kampus B yang ditutupi dengan gemerlapnya FEB. Ya gimana, FEB adalah salah satu fakultas kebanggaannya Unair jadi ya pasti dibagus-bagusin. 

Terus, ketika saya bilang “terbelakang”, saya juga merujuk pada prestasinya yang nggak seheboh dan sebanyak fakultas lain di Kampus B. Salah satu contohnya seperti FH yang punya alumni jadi Puteri Indonesia.

#2 Fasilitas FIB UNAIR paling ketinggalan

Selain letaknya yang terbelakang, fasilitasnya FIB juga nggak kalah terbelakang. Dulu waktu saya jadi maba, keterbelakangannya FIB ini masih bisa dimaafkan berkat kehadiran kantinnya yang terkenal lengkap dan murah. Tapi karena sekarang sudah nggak ada, fasilitasnya FIB yang pas-pasan ini semakin terpampang jelas. Mulai dari fasilitas yang simpel dulu deh seperti toilet.

Dulu sih saya mengira toilet FIB itu sudah bersih banget dan proper. Pokoknya kalau buat foto-foto di kamar mandi itu nggak malu-maluin deh. Lha kok pas saya visit FISIP sekitar 2022, saya kaget banget karena toilet mereka sudah kayak hotel berbintang. Dari situ, sekali lagi, saya hanya bisa tersenyum kecut. Nggak cuma itu, sebenarnya hampir semua fakultas di Kampus B itu punya lift. Sayangnya, FIB UNAIR ini nggak punya, Gaes. Terus, musala FIB menurut saya juga nggak proper. Masak ya toilet perempuannya itu sering mampet dan tempat wudhu laki-laki juga malah terletak di sebelah shaf perempuan. Aneh deh pokoknya.

#3 Gedung kecil tapi menerima banyak mahasiswa

Nggak enaknya kuliah di FIB UNAIR itu juga rasanya seperti jadi anak UNAIR yang nggak UNAIR, apalagi di jurusan saya yaitu Bahasa dan Sastra Inggris. Oke, saya paham kalau masuk kampus ini memang sangat susah. Namun, percayalah, kalau kalian kuliah di UNAIR dengan jurusan yang b aja, rasanya tuh nggak spesial-spesial banget. 

Sialnya FIB UNAIR ini kebetulan dijadikan ladang uang dengan menjadi sangat murah hati dalam memberikan pagu kepada para camaba. Dia menerima banyak mahasiswa dari jalur mandiri dan reguler yang tentu menurut saya membuat pamor jurusan di sini terkesan murahan. Siapa saja yang punya duit, camaba yang sudah hopeless dan skill nya pas-pasan ya bisa saja masuk sini, terutama di jurusan saya. 

Hasilnya? Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di angkatan saya jumlahnya hampir 200 orang. Iya, 200 orang, Gaes, belum lagi ditambah jurusan sebelah. Sementara itu, kapasitas mahasiswa yang membludak ini tidak sebanding dengan gedung FIB yang tidak semegah FEB UNAIR. Sampai-sampai waktu saya maba dulu, lobby bisa jadi tempat mahasiswa mengerjakan tugas, rapat, sampai ospek.

#4 Desain FIB UNAIR paling jamet

Terakhir, nggak enaknya jadi mahasiswa FIB UNAIR Surabaya adalah hiasan fakultasnya yang bikin mengelus dada. Benerah deh, kalau kalian ingin merasakan hidup yang betulan nggak adil, coba deh jajal kuliah di FIB UNAIR. Jadi begini, sekitar tahun 2020 atau 2021 UNAIR sebenarnya mulai berbenah diri dengan melakukan renovasi dan membangun gedung-gedung baru. Pembangunan ini, setahu saya, banyak dicanangkan di wilayah Kampus B. Semua fakultas diperbaiki, termasuk adanya penambahan huruf timbul di depan setiap gedung fakultas sebagai penanda nama.

Berbekal rasa penasaran ingin membandingkan dengan kampus lain, akhirnya saya cek Fakultas Psikologi terpasang tulisan Psikologi lalu ada FISIP terpasang nama FISIP dengan warna khasnya yaitu oranye. Sementara FIB? Tulisannya tuh “I love FIB” dengan love-nya itu simbol hati. Warnanya juga pelangi pula! Kalau kata teman saya, huruf timbul ini malah bikin FIB mirip taman tempat kumpulnya anak-anak jamet. Ditambah lagi, di fakultas ini juga banyak sekali gazebo yang berjejer. Benar-benar terasa seperti tempat wisata gratisan.

Kuliah di UNAIR memang membanggakan, tapi tentu ada hal-hal lain yang bikin kuliah di UNAIR terasa biasa aja. Saya contohnya, kuliah di FIB UNAIR tapi rasanya nggak ada hal-hal yang bisa bikin bangga. Berdasarkan pengalaman saya selama kuliah, FIB itu selalu jadi anak tiri kampus B. Mulai dari letaknya yang terbelakang hingga fasilitasnya yang nggak pernah disamakan dengan fakultas lain, bahkan sesimpel toilet dan mushola. Saya jadi curiga, jangan-jangan duit UKT saya alih-alih buat renovasi FIB malah dialokasikan buat mempercantik gedung FEB lagi. Semoga FIB bisa lebih baik deh ke depan. 

Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Menyesal Nggak Jadi Mahasiswa Ambisius Selama Kuliah, Sekarang Jadi Susah Dapat Kerja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version