Perawat merupakan salah satu profesi yang mengemban tugas selama 24 jam, bahkan ketika besok hari Lebaran tiba, perawat yang tidak mendapatkan jatah cuti tetap diwajibkan berangkat dinas, meski banyak saudara yang telah berdatangan di rumahnya.
Keberadaan perawat di rumah sakit ataupun di klinik rawat inap rupanya menjadikan keluarga pasien kerap menghubungi mereka ketika ada masalah tertentu, seperti infus macet sampai urusan lampu kamar mandi yang tidak menyala.
Selama berdinas, perawat juga bertugas menjembatani kebutuhan pasien kepada profesi penunjang medis lainnya, misalnya ketika ada pasien yang tidak doyan makan ikan, maka perawat akan menghubungi ahli gizi untuk mengkaji ulang makanan pasien selama masa perawatan
Berikut ini adalah beberapa frequently ask question (FAQ) yang sering ditanyakan oleh keluarga pasien kepada perawat yang sedang menjalankan tugas.
#1 Darahnya berapa?
Pertanyaan ini merupakan sesuatu yang multitafsir, bisa berarti tekanan darah atau hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, pertanyaan ini sering sekali ditanyakan baik oleh pasien atau keluarga pasien pada perawat yang sedang melakukan tugasnya. Tekanan darah sendiri akrab dengan istilah tensi, sedangkan pemeriksaan laboratorium kerap diistilahkan menjadi hasil lab.
#2 Kapan masuk ruangan?
Lamanya pasien di ruang IGD (Instalasi Galau Gawat Darurat) terkadang membuat keluarga pasien naik pitam. Hal ini wajar lantaran selama di IGD keluarga pasien tidak merasa nyaman dengan kondisi yang ada di sekitarnya. Sedangkan pasien sendiri masih bisa terbaring dengan punggung tangan terpasang selang infus.
Saya mengakui bahwa menunggui pasien di ruang IGD memang bikin galau dan tidak nyaman. Apalagi jika di dalam ruangan tersebut terdapat pasien yang tengah batuk-batuk, kondisi ini tentu akan membuat orang-orang sehat di sekitarnya mengernyitkan dahi sembari menutup hidung yang sudah bermasker.
Lamanya pasien di IGD tentu bukan tanpa alasan, karena sebelum pasien diperbolehkan masuk ruangan, dokter jaga akan meminta beberapa pemeriksaan penunjang seperti rekam jantung, laboratorium (cek darah dan cek urin) hingga foto rontgen untuk kemudian dikonsultasikan kepada dokter spesialis.
Nah, hal yang sulit diprediksi adalah kapan dokter spesialis akan membalas konsulan dari dokter jaga, karena terkadang blio sedang berada di rumah sakit lain sehingga belum sempat membalas pesan tersebut. Sering terjadi pesan WhatsApp yang diterima hanya dibaca dan dibalas 3 jam kemudian bahkan lebih.
#3 Darahnya kok naik ke selang infus?
Hal ini kerap terjadi jika tangan yang terpasang infus terlalu banyak bergerak, misalnya ketika ke kamar mandi atau ketika plabot infus kurang tinggi. Secara umum, kondisi ini tidak berbahaya, namun dapat berisiko, salah satunya adalah penyumbatan yang dapat memperlambat laju cairan infus menuju vena. Jika hal ini terjadi, hubungi perawat atau tim medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
#4 Kira-kira biayanya berapa?
Pertanyaan ini kerap ditanyakan jika pasien yang masuk ke ruang IGD tidak memerlukan perawatan konservatif di ruang rawat inap, misalnya seperti luka lecet atau luka robek pada pasien kecelakaan.
Kasus ini cukup ribet apabila hendak menggunakan BPJS, karena untuk kasus kecelakaan lalu lintas, maka keluarga pasien harus menghubungi pihak kepolisian terlebih dahulu. Akan tetapi, hal ini akan menjadi boomerang ketika korban kecelakaan tersebut tidak menggunakan helm atau belum memiliki SIM. Hingga akhirnya kedua belah pihak memilih untuk menggunakan cara kekeluargaan.
Dalam kasus ini, pembiayaan merupakan sesuatu yang cukup sensitif, sehingga umumnya perawat tidak akan memberi tahu secara pasti berapa biaya yang diperlukan untuk membayar jasa medis, seperti pemeriksaan dokter hingga tindakan bedah minor seperti jahit luka.
Biasanya perawat hanya mengetahui beberapa biaya obat, tetapi tentu saja tidak sempat menghitung jumlah keseluruhan biayanya. Sehingga dalam kasus ini, tugas perawat adalah mengarahkan keluarga pasien untuk menanyakan perihal biaya ke kasir.
Lantas bagaimana jika uangnya kurang? Biasanya rumah sakit akan meminta KTP sebagai jaminan.
#5 Kapan bisa pulang?
Pertanyaan ini sangat umum ditanyakan setelah pasien dirawat selama beberapa hari. Suasana rumah sakit memang cenderung membosankan bagi sebagian orang, sehingga tidak ada yang betah berlama-lama di dalam rumah sakit dengan punggung tangan terpasang infus.
Pasien dinyatakan “boleh pulang” bukan pada wewenang perawat, melainkan dokter spesialis sebagai dokter penanggungjawab, biasanya vonis boleh pulang tersebut dinyatakan saat blio visite ke pasien.
Lalu, bagaimana jika pada hari itu dokter jaga tidak visite? Jika hal itu terjadi, Maka perawat memiliki tugas untuk melaporkan kondisi pasien lengkap dengan hasil pemeriksaan penunjangnya kepada dokter spesialis melalui pesan WhatsApp. Dalam hal ini, perawat tidak akan menyatakan pasien boleh pulang kepada keluarga pasien sebelum dokter spesialis membalas konsulan dengan kalimat “boleh pulang”
Lantas, bagaimana jika keluarga pasien tetap keukeuh minta pulang? Tentu saja bisa dengan syarat keluarga pasien menandatangani pernyataan pulang atas permintaan sendiri. Jika hal ini terjadi pada pasien BPJS, maka kartu sakti tersebut tidak bisa digunakan sehingga keluarga pasien dinyatakan sebagai pasien umum yang wajib membayar seluruh biaya perawatan.
BACA JUGA Beragam Profesi di Rumah Sakit selain Dokter dan Perawat yang Perlu Diketahui atau tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.