• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ewuh Pekewuh Hajatan, Tradisi Nyumbang, dan Ulih-ulih di Yogyakarta

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
3 November 2021
A A
Ewuh Pekewuh Hajatan, Tradisi Nyumbang, dan Ulih-ulih di Yogyakarta terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Tradisi hajatan tiap daerah memang berbeda. Salah satu contoh yang ada tradisi nyumbang dan ulih-ulihnya ya di Yogyakarta ini.

“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, “Desa mawa cara, negara mawa tata” adalah sebagian peribahasa yang mengatakan sebaiknya kita beradaptasi dan menjunjung tinggi adat budaya tempat tinggal kita saat ini. Kita tak bisa seenak perut semaunya sendiri berbuat sesuka hati. Kadang, banyak orang yang sangat gemilang prestasinya di luar lingkungannya, tetapi di lingkungan sendiri malah terlihat kaku dan dinilai “nggak umum”.

Di sebuah desa di Yogyakarta, mungkin di daerah lain pun sama, ada tradisi ewuh ketika punya hajat, nyumbang turut berbahagia, dan ulih-ulih sebagai ungkapan terima kasih. Punya hajat seperti pernikahan, kelahiran anak, sunatan adalah hal yang umum terjadi. Rasa syukur itu bisa ditunjukkan dengan berbagi kebahagiaan kepada orang lain.

Pernikahan

Pemangku hajat biasanya akan mengadakan pesta syukuran. Acara pernikahan misalnya, biasanya akan digelar selama 3 hingga 4 hari. Tiga hari sebelum hari-H akad dan resepsi pernikahan, biasanya pemangku hajat akan menyiapkan makan-makan di rumahnya. Meski tak berharap banyak, sebelum hari-H tersebut biasanya tetangga dan saudara akan datang untuk mengucapkan selamat dengan cara “nyumbang”.

Di desa saya, rombongan ibu-ibu akan datang nyumbang sebelum hari-H, dan bapak-bapak akan datang resepsi saat hari-H pernikahan. Pas nyumbang ini biasanya akan disuguhi makanan ringan (lemper, tape, emping, agar-agar, dll.) dan makan prasmanan (nasi, lauk, sayur, buah, dll.). Intinya, setelah nyumbang kita akan kenyang.

Tak berhenti di situ saja, ketika selesai nyumbang, pemangku hajat memberikan ulih-ulih sebagai ucapan terima kasih karena sudah mengucapkan selamat (baca: nyumbang). Tradisi sekarang sih biasanya langsung diberi ulih-ulih sekalian sepulang nyumbang. Biasanya ulih-ulih ini berupa makanan kering seperti roti, kue, bakpia, dll. Jadi, selesai nyumbang kita kenyang dan membawa pulang makanan.

Namun, ada juga ulih-ulih yang diantar. Biasanya ulih-ulih yang diantar ini berupa makanan basah (nasi beserta lauknya) dan disebut ater-ater. Petugas ater-ater ini biasanya ibu tetangga yang sudah dimintai tolong sebelumnya oleh pemangku hajat. Dua pilihan ini tentu saja terserah si pemangku hajat. Kalau mau hemat tenaga, ya pilihan pertama.

Namun, tak sedikit pula yang memilih pilihan kedua, ulih-ulih berupa nasi beserta lauknya. Risikonya ya mau nggak mau melibatkan banyak orang, definisi ewuh sebenarnya dalam tradisi Jawa. Di dapur umum si pemangku hajat, setidaknya ada 3 tugas utama, yakni tugas menanak nasi, tugas memasak (segala masakan yang dihidangkan), dan tugas cuci (yang sekalian merangkap tukang merebus air). Selain ketiga tugas tersebut, banyak orang yang akan membantunya, termasuk yang mengantar ater-ater. Ada juga sinoman yang bertugas membantu memberikan minuman ke tamu dan membawa mundur piring kotornya. Sinoman ini biasanya dari pemuda karang taruna.

Itu dari dapur umum saja, di depan ada juga orang yang dimintai tolong sebagai among tamu dan ibu-ibu yang bertugas menjamu tamu. Bapak-bapak juga mendapat tugas membuat minum dan parkir. Tak ada bayaran sedikit pun untuk ini. Prinsip gotong royong, tolong-menolong adalah yang mendasari mereka bekerja “sukarela”.

Yang jelas, saat pemangku hajat mengadakan ewuh seperti itu, prinsipnya adalah nggak berharap mendapat untung. Meski tamu yang datang banyak, makanan dan ulih-ulih yang keluar juga sama banyaknya. Prinsip di desa adalah “umum”, alias “sama seperti yang lain”. Mungkin karena “umum” ini dinilai ribet, ada orang yang lebih memilih tinggal di perumahan yang kanan kirinya pendatang baru daripada ribet hidup di desa, sedikit-sedikit jadi omongan tetangga.

Lahiran dan sunatan

Selain pernikahan, ada juga hajat lahiran dan sunatan. Biasanya orang yang punya hajatan kelahiran anaknya akan mengadakan syukuran. Ada yang menunggu seminggu, dua minggu, bahkan 35 hari untuk acara syukurannya. Ada juga yang menggabungkannya dengan acara aqiqah. Orang-orang, ibu-ibu tepatnya, setelah kelahiran akan datang menjenguk sang ibu dan bayi sembari nyumbang sebagai ucapan selamat dan ungkapan ikut berbahagia.

Pada hari yang dipilih, akan diadakan kenduri yang biasanya dihadiri oleh tetangga sekitar. Karena selama pandemi nggak diperkenankan berkumpul bersama, kenduri ini biasanya setelah didoakan Pak Kaum akan dibagikan ke tetangga sekitar. Acara selanjutnya adalah mengantar ulih-ulih ke orang yang sudah nyumbang. Bisa berupa makanan kering (kue, roti, dll. dan makanan basah (nasi beserta lauknya). Kalau ada yang malas ribet, biasanya dari kenduri sampai ulih-ulihnya dipesankan ke katering.

Sama seperti hajatan lahiran, sunatan pun demikian. Hanya saja, jarang orang yang mengadakan kenduri setelah sunatan. Sebelum sunatan, biasanya dibuatkan among-among memohon doa restu ke tetangga dekat sekitar saja, kemudian proses sunat. Setelah selesai, saudara dan tetangga akan mulai berdatangan “nyumbang”. Setelah memilih hari, acara selanjutnya adalah mengantar ulih-ulih kepada yang nyumbang.

Kedua hajatan ini sebenarnya bukan hajatan besar seperti pernikahan, makanya ada juga orang yang nggak mau repot dengan nggak menerima sumbangan, artinya ketika ada orang yang datang memberikan “amplop berisi uang”, nggak akan diterima. Dan si pemangku hajat nggak “berkewajiban” mengembalikan ulih-ulih.

Sebenarnya dari tradisi nyumbang dan ulih-ulih ini ada beberapa hal yang nggak mashoook akal. Semisal ada hajat lahiran/sunatan, biasanya orang yang nyumbang, akan dengan enteng bilang, “Ini buat beli bedak bayi” atau, “Ini buat beli mainan” ketika memberikan amplop sumbangannya. Akan tetapi, kenyataannya uang itu tak bisa digunakan bahkan hanya untuk membeli bedak bayi. Semisal orang nyumbang Rp50.000, tetapi harga ulih-ulih pesanan kateringnya seharga Rp48.000, berarti hanya sisa Rp2.000. Kan nggak cukup buat beli? Kadang malah kasihan sama anak yang disunat, sudah senang duluan menerima uang, eh diminta ibunya lagi karena untuk membeli ulih-ulih. Itu di desa saya, sih.

Dengar-dengar di desa lain, ulih-ulihnya hanya berupa telur 1 kilogram. Kalau telur murah nggak sampai Rp20.000, si anak yang disunat tadi bisa dapat uang bahagia Rp30.000. Hehehe. Selain telur, ada juga yang berupa roti, bakpia, dll. Memang tergantung daerahnya sih dan nggak jelas standarnya harus seperti apa. Biasanya ikut-ikutan tetangga yang duluan punya hajat, tetapi kalau yang duluan orang kaya ya kasihan kalau harus diikutin.

Padahal buat orang yang nyumbang, Rp50.000 itu bisa jadi sangatlah banyak. Kalau pernah nonton film pendek Nyumbang pasti bakal tahu rempongnya hidup di desa yang harus “umum” meski ia sendiri tak punya uang untuk itu.

Angel wes angel…

Sumber Gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 November 2021 oleh

Tags: Hajatanulih-ulihYogyakarta

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Tidak Ada Hajatan yang Menguntungkan Terminal Mojok

Membuka Rahasia Cara Pedagang Menemukan Tempat Hajatan untuk Berdagang

3 Februari 2023
Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan (Unsplash)

Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan

15 Januari 2023
Dear Bojonegoro, Kamu Nggak Harus Ikutan Bikin Malioboro Baru kok

Dear Bojonegoro, Kamu Nggak Harus Ikutan Bikin Malioboro Baru kok

14 Januari 2023
Kolombus, Kelompok yang Meresahkan Pemilik Hajatan di Makassar

Kolombus, Kelompok yang Meresahkan Pemilik Hajatan di Makassar

7 Januari 2023
Tidak Ada Hajatan yang Menguntungkan Terminal Mojok

Tidak Ada Hajatan yang Menguntungkan

5 Januari 2023
Peringatan untuk Tamu Undangan dan Penyelenggara Hajatan Plis, Jangan Buang-buang Makanan Terminal Mojok

Peringatan untuk Tamu Undangan dan Penyelenggara Hajatan: Plis, Jangan Buang-buang Makanan!

29 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Lightyear, Bukti Betapa Anak Emasnya Franchise Toy Story bagi Pixar terminal mojok.co

Lightyear, Bukti Betapa Anak Emasnya Franchise Toy Story bagi Pixar

Salam dari Binjai dan Gedebog Pisang yang Bikin Senang Terminal mojok.co

Salam dari Binjai dan Gedebog Pisang yang Bikin Senang

Seperti Inilah Gaji PNS: Yakin Kamu Masih Pengin Daftar? terminal mojok.co

Inilah Besaran Gaji PNS: Yakin Kamu Masih Pengin Daftar?

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia
Otomotif

Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

oleh Tiara Uci
19 Maret 2023

Saya merasa baik-baik aja naik AirAsia dan udah akrab dengan delay-nya. Tapi kok penerbangan kali ini rasanya berbeda.

Baca selengkapnya
7 Kelebihan dan Kekurangan yang Saya Rasakan Saat Naik Pelita Air, Maskapai “Baru” Pertamina

7 Kelebihan dan Kekurangan yang Saya Rasakan Saat Naik Pelita Air, Maskapai “Baru” Pertamina

16 Maret 2023
Suka Duka Tinggal di Pelosok Kabupaten Bangkalan Madura

Suka Duka Tinggal di Pelosok Kabupaten Bangkalan Madura

20 Maret 2023
KA Tawang Alun, Penghubung Malang dan Banyuwangi (Unsplash)

KA Tawang Alun, Penghubung Malang dan Banyuwangi yang Sayangnya Cuma 1 Armada

19 Maret 2023
6 Benefit Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Banyak Orang

6 Benefit Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Banyak Orang

17 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!