Evolusi Kemacetan Jogja: Macetnya di Luar Nalar

Kiat Menghindari Macet di Jogja selain dengan Rebahan Terminal Mojok

Kiat Menghindari Macet di Jogja selain dengan Rebahan (Unsplash.com)

Saya rasa tak perlu lagi saya mendeskripsikan Jogja. Kota dengan magis yang tak bisa dijelaskan ini menarik seluruh mata manusia di Indonesia. Lagu puja-puji, hingga ungkapan romantis tak henti-hentinya dipanjatkan oleh orang yang ingin kembali ke tempat ini, apa pun alasannya.

Tidak heran jika Jogja sering dijadikan tujuan utama wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Tapi, tak ada hal yang tak menimbulkan konsekuensi, meski hal baik sekalipun.

Oleh karena (kerap jadi) tujuan utama wisata, ujungnya tingkat kemacetan di Jogja meningkat drastis, terlebih pada masa liburan. Membludaknya jumlah wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara membuat jumlah kendaraan yang memenuhi jalan juga semakin bertambah. Akhirnya justru kadang orang Jogja tidak bisa berlibur dan memilih untuk di rumah saja karena malas menghadapi kemacetan jalan raya.

Tidak heran juga jika akhirnya saat ini Jogja jadi semakin macet pada hari biasa. Bahkan macet tidak hanya di jalan utama saja, tetapi juga di beberapa jalan alternatif bisa ditemui kemacetan. Biasanya kemacetan ini akan berkurang drastis saat musim liburan telah berakhir, akan tetapi dalam beberapa tahun belakangan, hal ini berubah.

Jogja macet bahkan di hari biasa

Dalam beberapa tahun belakangan ini khususnya sejak 2022 awal, saya sebagai salah satu warga Jogja yang sering menempuh jalanan Kota Jogja juga sudah semakin sering mengeluhkan kemacetan Kota Jogja. Awalnya hal ini juga tidak saya sadari karena pada sekitar 2021 hingga 2022 awal saya masih bersyukur bisa keluar rumah setelah kebijakan mengenai pandemi dilonggarkan.

Baca halaman selanjutnya

Namun sejak sekitar pertengahan 2022…
Namun, sejak sekitar pertengahan 2022 saya mulai merasa bahwa Kota Jogja sudah sangat berubah. Kemacetan terjadi di hampir semua jalan yang saya lalui. Herannya lagi kemacetan ini tidak terjadi pada musim liburan saja, tetapi juga pada hari biasa.

Sebenarnya kemacetan pada pagi hari saya masih bisa memahami karena saat itu mungkin waktunya orang-orang berangkat kerja. Begitu juga dengan sore hari, yaitu waktunya orang-orang pulang kerja. Hal yang kadang tidak dapat saya pahami adalah mengapa bisa terjadi kemacetan di siang hari. Jika tidak macet ya setidaknya yang terjadi adalah jalanan sangat padat sehingga membuat kendaraan sulit bergerak.

Belum lama ini saya juga sempat menggerutu akibat kemacetan Jogja. Tepatnya pada sekitar pukul setengah 11 siang di mana saya sedang menuju kampus saya. Selama perjalanan saya menghadapi banyak kemacetan atau kepadatan jalan raya yang membuat saya geleng-geleng kepala. Selama di perjalanan saya berpikir, apa yang membuat Jogja sangat macet pada pukul setengah 11 siang. Pada jam ini seharusnya tidak ada yang berangkat kerja, berangkat sekolah, dan juga belum masuk waktu istirahat.

Meskipun macet, mau tidak mau memang saya harus menempuh jalanan Jogja yang sudah tidak lancar seperti dulu lagi. Saya berharap ke depannya kemacetan Jogja bisa terurai dan pengguna jalan raya baik pengendara motor maupun pengemudi mobil bisa berkendara dengan lebih tenang dan santai.

Apakah ini nyinyir? Oh tentu saja tidak. Ini cuman curahan hati warlok yang melihat Jogja makin macet. Memang, hal ini tak terhindarkan, tapi, setidaknya tarafnya tak pada titik yang menyebalkan. Itu doang kok, nggak nyinyir, hehehe.

Penulis: Aswin Akbar Siregar
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mati Tua di Jalanan Yogyakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version