Merah, segar, dan menggoda. Itulah 3 kata yang tepat untuk menggambarkan es lontrong, minuman legendaris asli Slawi, Kabupaten Tegal. Jadi, kalau selama ini kalian kenalnya minuman di Tegal itu teh doang, kalian salah. Minuman khas di kota maupun kabupaten Tegal itu nggak melulu teh, ya, Gaes. Esih akeh liyane. Kalau di Kabupaten Tegal, ya, contohnya es lontrong ini.
Konon, es lontrong nggak bisa dijumpai di daerah manapun kecuali di Slawi. Beda dengan es dawet yang bisa dengan mudah kita temui di mana saja. Oleh sebab itu, kalau kalian mampir ke Slawi, jangan sampai melewatkan minuman legendaris yang satu ini, ya. Nggak usah khawatir soal harga. Satu plastik es ini cukup dibanderol dengan harga 5 ribu rupiah saja. Lebih murah dari secangkir kopi kekinian yang bikin diabetes itu, kan?
Sebagai nama sebuah minuman, “lontrong” ini memang nggak keren blas. Kesannya udik dan nggak kekinian banget. Tapi ada sejarahnya, lho, kenapa es ini diberi nama es lontrong. Biar saya ceritakan. Jadi, nama lontrong ini berasal dari lokasi dijualnya es tersebut, yaitu di dalam lontrong. Dalam bahasa Indonesia, lontrong artinya gang. Maka, es lontrong ini berarti es yang dijual di dalam gang.
Meskipun namanya nggak kekinian, tapi soal rasa, es satu ini bolehlah diadu dengan minuman hits lainnya. Perpaduan es serut, agar-agar atau hung kueh, kacang hijau, sirup merah, dan santan membuat minuman ini nggak melulu didominasi oleh rasa manis, tapi juga ada gurih-gurihnya. Nah, biar makin afdal, es ini bisa dinikmati dengan roti tawar. Kalian bisa mencelupkan roti tawar lalu menyesap kuah es yang telah terabsorbsi ke dalam roti, atau langsung mencabik dan menenggelamkan roti tersebut ke dalam kuah untuk dimakan bersama dengan printilan yang lain. Bebas. Keduanya sama-sama enak.
Hampir setiap waktu, es ini nggak pernah sepi. Di hari biasa, kalau matahari lagi ngamuk, yang jual es lontrong bisa sampai nggak kelihatan batang hidungnya karena tertutup oleh antrean pembeli. Termasuk di bulan puasa. Banyak warga Slawi yang menjadikan es ini sebagai salah satu menu untuk berbuka. Sabar saja kalau beli es ini, sih.
Nah, berikutnya, yang menjadikan es lontrong makin menarik adalah bagaimana es ini mematahkan anggapan-anggapan kita tentang membuka usaha, yaitu anggapan bahwa buka usaha itu butuh tempat yang strategis.
Begini. Biasanya, faktor lokasi menjadi pertimbangan kita saat akan membuka usaha. Sebisa mungkin, lokasi yang diharapkan adalah yang strategis. Strategis di sini berarti di pinggir jalan raya, dekat dengan sekolah, permukiman atau perkantoran, dsb. Tujuannya biar produk makin terlihat, sehingga bisa lebih banyak menggaet konsumen.
Ndilalah, lokasi yang seperti itu, ya, pasti bakal berat di ongkos. Bikin modal usaha jadi nggak murah dan akhirnya malah mundur alon-alon. Ra sida jadi pengusaha, tapi balik maneh jadi karyawan. Lha, modale nggak cukup, jeh. Tapi, lihatlah es lontrong. Tempatnya ndlengsep, jauh dari kata strategis dan representatif, tapi nyatanya laris manis.
Dari es lontrong juga kita belajar tentang kesederhanaan. Kalau kalian lihat, penampakan es ini… biasa banget! Nggak estetis blas. Nggak pakai topping-toppingan, kemasannya pun dibungkus plastik biasa. Nggak ada tuh sablonan quotes bucin yang ndakik-ndakik di kemasannya. Tapi buktinya, es lontrong selalu dicari.
See? Fakta membuktikan bahwa kita nggak perlu lebay untuk bisa menarik perhatian. Yang kita butuhkan adalah ciri khas.
Gimana? Penasaran mau coba es lontrong? Mainlah ke Slawi. Nanti saya traktir~
Sumber Gambar: YouTube Masak TV
BACA JUGA Tipe-tipe Orang Tegal Saat Makan Tahu Aci dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.