Nge-judge Eren dalam Attack on Titan (AOT) dengan sebutan jahat dan abuse of power sebenarnya sama saja sebagai tindakan sembrono seperti yang kerap dilakukan oleh tokoh Eren sendiri pada separuh awal plot manga dan tiga season animenya. Mas Nasrullah sebagai penulis sepertinya kurang peka terhadap fakta bahwa Eren adalah karakter yang dinubuatkan oleh Pak Haji alias Hajime Isayama.
Saya bisa memaklumi ketidakparipurnaan asumsi blio tentang tokoh Eren, barangkali Mas Nasrullah memang sengaja tidak membaca manga AOT karena tidak ingin kehilangan sensasi multiklimaks ketika menonton musim akhir animenya bulan Desember ini. Akan tetapi, mestinya blio juga bisa dong menahan diri dari menghukumi sesuatu yang belum lengkap ia ketahui kebenarannya.
Masa Eren dikatakan korup atas otoritas kekuatannya sendiri, mana nyinggung-nyinggung Lord Acton pula dengan quote mainstreamnya. Padahal semisal ditarik lebih relate dengan kehidupan demokrasi sekarang, absolute power itu seperti kutukan lho. Bukan lagi corrupt absolutely, para elit politik Indonesia yang usianya mayoritas di atas tujuh puluh tahun itu, saya yakin kok hakikatnya tersiksa.
Bayangkan saja, usia segitu, bukannya beristirahat di rumah menemani cucu cicit berlarian di halaman, eh malah merangkap jabatan beberapa kementerian, atau jadi ketua umum partai dengan tingkat keterpilihan tertinggi, lalu menyaksikan anaknya di-bully cuma karena mematikan mikrofon saat rapat. Kayaknya kok dalam benak dan alam bawah sadar mereka, semestinya ingin segera duduk santai di teras rumah, tetapi justru dikutuk untuk terus mengurus intrik dan konflik politik.
Jadi, ungkapan absolute power, corrupt absolutely itu sama sekali nggak nyambung blas dengan kenyataan hidup riil maupun dalam kaitannya dengan plot anime AOT. Kalaupun nggak baca manganya, dengan menonton episode terakhir anime season tiga saja sudah bisa menduga-duga dong, bahwa Pak Haji memutuskan membuat satu plot besar tentang kekuatan titan: bisa melihat masa depan.
Sejak lama, Isayama Sensei memang telah mengungkap tipis-tipis sampai menyingkap habis bahwa pemilik kekuatan sembilan titan saat ini memang bisa melihat masa lalu pemilik titan sebelumnya. Konsep ini ditiru oleh Kōhei Horikoshi dalam merangkai ide quirk One For All dan All For One pada My Hero Academia. Satu keputusan radikal justru diperkenalkan Pak Haji ketika Eren mencium tangan penguasa dalam dinding yang baru, Historia Reiss.
Kontak dengan jalur nasab terpilih dari kalangan bangsawan yang menyambung langsung dengan raja Fritz dan Ymir sang titan pertama, dapat membuka tabir ingatan nggak jelas di masa depan. Sama seperti kacaunya ucapan Kruger ketika menyebut nama Mikasa dan Armin sebelum menyerahkan kekuatan Attack Titan pada Grisha Jaeger.
Perbedaan karakter Eren sebelum dan sesudah mencium tangan Historia sangat mencolok. Eren yang dalam tiga per empat season anime seringkali bertindak bodoh dan ceroboh. Pada akhir episode 63 anime AOT season empat justru tampil dengan siasat perang dan kegilaan twist yang lebih mindblowing. Rencananya tersusun dengan rapi, terukur sesuai potensi, dan terlaksana seperti strategi tingkat tinggi.
Semua itu adalah keniscayaan karena Isayama Sensei memberikan peran nubuat yang tak terbantahkan pada Eren, fakta bahwa tokoh utama bisa melihat masa lalu sekaligus masa depan punya implikasi yang mengerikan. Seakan-akan mengiyakan mukjizat Rasulullah dalam sabda yang tidak akan pernah dipahami oleh para pengikutnya di masa awal perkembangan islam, tentang peristiwa direngkuhnya Persia dan Konstantinopel dalam pelukan islam.
Eren dengan kekuatan visi masa depan itu agaknya tahu bahwa langkah penuh darah yang akan ia ambil selanjutnya tidak memedulikan apa pun lagi kemudian. Baik keputusan itu demi kepentingan Eldian, atau malahan kehancuran bangsanya sendiri, tidaklah bisa dielakkan lagi. Seolah meminjam ungkapan klise Thanos untuk menyelamatkan alam semesta, I am inevitable.
Meskipun demikian, logika terbalik juga tetap bisa jadi bahan bakar optimisme AOT universe. Dalam chapter 135 manganya, Pak Haji masih berbaik hati untuk tidak membunuh Mikasa, Armin, Levi, dan Reiner. Barangkali di pundak keempat kawan seperjuangan itulah Eren melihat masa depan bahwa salah satu dari merekalah yang akan membunuh Eren dan menyelamatkan dunia.
Satu lagi teori yang sayang sekali tidak dapat terwujud adalah langkah revolusioner Eren dalam menjunjung kapitalisme di atas perang. Setelah mendapatkan founding titan, kan semestinya Eren bisa memaksimalkan potensi titan sejak dulu, sebagai budak industri manufaktur.
Produksi ap apun saja dong, mulai dari senjata, teknologi pertanian, kebutuhan domestik, sampai pada akhirnya apapun saja punya embel-embel made in Eldia. Eren nggak belajar banyak dari Amerika dan China sih, kurang jauh pikniknya.
BACA JUGA Orang yang Chat WhatsApp Duluan tapi Nggak Balik Balas Saat Kita Sudah Balas Chatnya Itu Kenapa, sih dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.