Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Entah Plonco atau Lucu-Lucuan, Ospek Mahasiswa Itu Tidak Dibutuhkan!

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
29 Agustus 2021
A A
Entah Plonco atau Lucu-Lucuan, Ospek Mahasiswa Itu Tidak Dibutuhkan! terminal mojok.co

Entah Plonco atau Lucu-Lucuan, Ospek Mahasiswa Itu Tidak Dibutuhkan! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Jangan lelet, Dek!”

“Bisa hormatin kakak tingkat, nggak?!”

Teriakan 10 tahun lalu itu masih terngiang di telinga saya. Dengan jas almamater, dihias papan nama berbentuk Angry Bird, dan tas dari karton tempat telur ayam. Penampilan lucu tapi memuakkan ini memang menjadi memori tersendiri di hidup saya. Kenangan ketika ospek mahasiswa yang disebut PPSMB di kampus saya.

Beberapa tahun kemudian, saya menjadi pengurus kegiatan ospek mahasiswa. Dan kembali perilaku serupa diberikan rekan-rekan saya ke adik angkatan. Saya sih jaga gawang sebagai tim P3K yang bersenjata kotak obat dan teh hangat. Namun, konsep ospek pada saat saya menjadi mahasiswa baru masih sama saja.

Beberapa tahun kemudian, konsep ospek berubah. Kini lebih ditekankan pada perkenalan dan “seru-seruan” melalui media sosial. Akan tetapi, konsep kakak tingkat membimbing adik tingkat masih serupa seperti sebelumnya. Ada hierarki yang tetap terjaga dan nuansa senior junior yang tetap kental.

Mungkin saya sudah telat 5 tahun untuk bicara masalah ospek. Pasalnya, pria seumuran saya sudah mulai membahas pernikahan sampai uang kripto. Tapi dengan tidak ada perubahan dalam konsep ospek, bahkan setelah pandemi, saya pikir perlu untuk ada suara alternatif lain.

Menurut saya, konsep ospek tidak pernah dibutuhkan oleh mahasiswa baru. Dan segala struktur hierarki senioritas bukanlah untuk akademisi. Konsep ospek memelihara mental senior-junior yang berpotensi destruktif dalam dunia pendidikan.

Mungkin Anda akan berpikir, “Ah, mental lembek kalau nggak mau ospek.” Jika itu yang Anda pikirkan, selamat Anda telah terjebak konsep ospek yang memang menggerus mental akademis.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Saya melihat bahwa ospek itu menormalisasi karakter otoritarian. Bukan saya mempermasalahkan adanya otoritas dalam kampus. Meskipun konsep otoritas dalam ruang kajian ilmu juga ra mashok, sih. Namun, apalah yang bisa dilahirkan dari akademisi yang terjebak konsep-konsep kekuasaan? Ya ilmu yang disetir kekuasaan. Ilmu yang harus melewati birokrasi demi kepentingan otoritas.

Apakah ini bermasalah? Mungkin ketika kita telah menjalani pendidikan selama ini akan memandang senioritas dan normalisasi kekuasaan dalam lingkup kampus sebagai hal lumrah, bahkan bagus. Bukankah pola senioritas dan otoritarian itu menjaga kedisiplinan dalam dunia pendidikan?

Tidak! Saya tidak melihat perkara kedisiplinan otoritarian seperti pola ospek itu penting bagi akademisi. Pasalnya, ketika seseorang menjadi mahasiswa, dia dipersiapkan sebagai individu yang mengkaji segala sesuatu dari kaca mata ilmiah. Dan ketika kita mengkaji sesuatu, bagaimana mungkin kita biarkan pemikiran ini dibatasi oleh senioritas?

Posisi senior dalam dunia akademis bukanlah otoritarian yang berhak mengendalikan aspirasi dan opini junior. Namun, ia melakukan transfer ilmu yang nantinya akan dikaji pula oleh junior. Toh, katanya ilmu tidak ada yang abadi, selalu ada perubahan dan perkembangan. Namun, kok, senioritas otoritarian malah diabadikan dari generasi ke generasi?

Kedisiplinan seorang akademisi berbeda dengan tentara. Jadi pola relasi antar akademisi juga berbeda, dong.

Dampak hal ini akan terbawa sampai ke kehidupan sosial dan profesional kerja. Sistem senioritas dan jiwa korsa akan terbawa sampai dunia luar. Jadi munculah karakter akademisi yang merasa superior di masyarakat. Merasa menjadi golongan ubermench di tengah masyarakat yang dipandang pandir.

Dan akhirnya, akademisi teralienasi dari masyarakat karena merasa paling istimewa seperti martabak telor. Ilmu mereka tersekat dari masyarakat yang tidak masuk dalam lingkungan akademisi. Respons mereka terhadap isu di masyarakat terhalang oleh ijazah dan gelar. 

Ngomong-ngomong soal jiwa korsa, ini juga menyebalkan. Seolah-olah kehormatan mereka berasal dari almamater. Padahal kehormatan almamater yang berasal dari kajian para civitas akademika. Mental demikian malah menjerat akademisi dalam tempurung almamater, dan memisahkan antar universitas seperti padepokan yang bersaing.

Padahal ilmu itu selalu bersinergi. Tidak bisa semua ilmu bersumber dari satu kajian universitas tertentu. Ada tesis, antitesis, dan sistesis yang selalu dalam pola dialektis. Lha, kok, masyarakat akademisnya malah sibuk mempertahankan senioritas dan jiwa korsa? Itu nggak ilmiah, Masbro.

Namun, saya tidak berniat untuk membandingkan pola pendidikan negara kita dan negara lain. Tidak pula berniat untuk meromantisasi model “ospek” ala Harvard atau Yale. Karena selama nilai senioritas dipelihara bukan sebagai cara transfer ilmu, semua universitas akan sama saja: agen alien masyarakat.

Maklum jika ada orang seperti Ted Kaczynski alias Unabomber. Rasa muak pada konsep kekuasaan dan senioritas kampus telah membuat dia menjadi objek riset yang mencederai psikologisnya.

Jika konsep ospek masih dinormalisasi, ya sampai besok ada mobil terbang tidak ada yang berubah. Selalu ada mental-mental senioritas yang menghalangi akademisi menjadi agen perubahan. Dan selamanya dunia akademis dijalani layaknya barak militer.

BACA JUGA 5 Rekomendasi Tugas Ospek yang Nggak Ribet, Bermanfaat, dan Relevan dengan Zaman dan tulisan Prabu Yudianto lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2021 oleh

Tags: Mahasiswaospeksenioritas
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

5 Cara Mahasiswa Berhemat di Jogja, Kota Pelajar yang Katanya Serba Terjangkau, padahal Tidak Mojok.co

5 Cara Mahasiswa Berhemat di Jogja, Kota Pelajar yang Katanya Serba Terjangkau, padahal Tidak

20 Juni 2024
5 Siasat dari Mantan Barista untuk Menghadapi Mahasiswa yang Nongkrong di Kafe Berjam-jam, Rombongan, dan Nggak Jajan Mojok.co

5 Siasat dari Mantan Barista untuk Menghadapi Mahasiswa yang Nongkrong di Kafe Berjam-jam, Rombongan, dan Nggak Jajan

17 Juni 2024
KKN di Kota Jogja Ternyata Nggak Mudah, Nggak Semua Mahasiswa Mampu. Mending Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Sana  Mojok.co

KKN di Kota Jogja Nggak Mudah, Nggak Semua Mahasiswa Mampu. Mending Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Sana 

23 Mei 2024
Mahasiswa Sok Jagoan yang Bikin Onar Saat Ospek, Borok Paling Menyedihkan yang Melekat pada Universitas Trunojoyo Madura

Mahasiswa Sok Jagoan yang Bikin Onar Saat Ospek, Borok Paling Menyedihkan yang Melekat pada Universitas Trunojoyo Madura

12 Agustus 2024

Rambut Rontok hingga Jemuran Hilang, Tinggal di Kos Putri Nyatanya Tidak Seindah Kata Orang-orang

14 September 2025
Saya Sakit Hati Mahasiswa Universitas Terbuka Dituduh Cuma Kejar Gelar, Nyatanya Kami Sungguh-sungguh Belajar Mojok.co

Saya Sakit Hati Mahasiswa Universitas Terbuka Dituduh Cuma Kejar Gelar, Nyatanya Kami Sungguh-sungguh Belajar

24 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.