Sudah sepuluh tahun saya nengetahui di dunia ini ada yang namanya krim pemutih wajah abal-abal. Abal-abal di sini maksudnya krim itu tidak terdaftar di BPOM sehingga belum teruji keamanan, kemanjuran, dan mutunya. Sewaktu masih SD, saya tahu ada seorang tetangga memakai krim ini. Hingga sekarang, meski kita sering mendapat berita penggerebekan produsen krim abal-abal, sidak di toko kosmetik, pasar, sampai warung kelontong, krim abal-abal masih saja beredar di pasaran.
Mungkin orang mudah lupa, atau terlalu penasaran dengan kemanjuran krim pemutih wajah abal-abal ini, sehingga tidak takut mengonsumsinya. Jujur, saya sendiri pernah bersikap demikian. Lewat tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman merasakan efek berbahaya krim pemutih wajah abal-abal.
Saat itu saya masih mahasiswa baru. Sesudah ospek, wajah saya jadi belang, kusam, berjerawat, bermasalah deh pokoknya. Muka seperti itu bikin saya resah. Karena tak punya banyak uang dan ingin masalah wajah ini segera menyingkir, saya nekat membeli krim abal-abal di toko swalayan dekat rumah.
Waktu itu saya beli krimnya ngasal saja, sembarang memilih yang kemasannya berwarna merah. Harganya Rp12 ribu.
Sebenarnya saya sudah tahu krim pemutih wajah beginian berbahaya, biasanya mengandung merkuri dan hidrokuinon. Tapi rasa takut kalah sama hasrat pengin wajah bersih secara cepat, instan, dan murah, ya sudah saya pakai saja. Dan jeng jeng… orang ngeh wajah saya terlihat lebih putih dari biasanya.
Karena ada hasilnya, saya teruskan pakai sampai habis dua kemasan. Saya merasa lebih percaya diri untuk berfoto dan bertemu dengan orang banyak. Namun, di saat yang sama saya merasakan ada yang berbeda dengan tubuh saya semenjak memakai krim tersebut. Saya jadi sering pusing, mual tanpa sebab yang jelas, pandangan kabur, sering tidak fokus ketika melakukan sesuatu.
Entah mendapat wahyu dari mana, tiba-tiba saya ingin searching tentang efek samping menggunakan krim berbahaya. Dan efek samping yang saya baca dari artikel di internet sama dengan yang saya rasakan saat itu. Saat itu langsung saya putuskan berhenti memakai krim pemutih wajah tersebut. Yang terjadi? wajah saya langsung hancur. Jerawatan parah. Tapi sekaligus sensasi seperti orang sakit-sakitan tadi juga langsung berhenti.
Percaya atau tidak, kejadian itu tidak membuat saya kapok, hahaha.
Setelah itu saya tergoda menggunakan krim pemutih wajah abal-abal merek lain. Saat itu saya terpengaruh oleh saudara saya yang menggunakan krim tersebut karena jerawatnya sembuh dan wajahnya bersih putih. Saya memberanikan diri mencoba dan berusaha menipu diri sendiri bahwa krim tersebut tidak berbahaya meskipun tidak punya izin edar BPOM. Kalau dipikir sekarang, harganya juga tidak masuk akal karena krim pagi dan krim malam hanya dibanderol Rp20 ribu.
Krim kedua ini krim paginya berbentuk seperti alas bedak dan ketika digunakan seperti memakai dempul. Untuk krim malam, bertekstur lengket dan warnanya agak bening. Saya juga memakai sabun, toner, dan serum dari merek yang sama. Krim ini tidak memberikan efek seperti ketika krim pertama yang bawaannya kayak orang sakit-sakitan. Krim ini lebih kalem, namun karena saya parnoan setelah membaca berita dan video-video di YouTube tentang krim berbahaya. Akhirnya saya putuskan berhenti pakai dan… yah, jerawat breakout lagi.
Pengalaman terakhir menggunakan krim abal-abal terjadi ketika saya semester 4-5. Saat itu saya sedang mengantar keponakan membeli kosmetik di salah satu penjual kosmetik rumahan. Di sana skincare dan makeup-nya murah-murah, semua dihargai di bawah Rp60 ribu. Bahkan lip liner cuma Rp5 ribu. Gila.
Saya jadi lihat-lihat hingga mata saya mengarah ke krim pemutih wajah abal-abal yang cukup hits saat itu. Akhirnya saya beli dong. Sungguh kebodohan yang hakiki.
Ini krim lebih parah lagi murahnya. Sepaket berisi krim pagi, krim malam, sabun, dan toner hanya dijual Rp25 ribu. Krim ini krim paginya berwarna putih dan krim malamnya warna kuning neon. Lalu sabun dan toner berwarna kayak warna teh. Paket skincare ini sempat saya pakai selama sebulan dan wajah saya bukannya putih, pemirsa, tapi malah makin hancur, hahaha.
Setelah kasus ketiga itu, saya bertobat jadi pemakai krim pemutih wajah abal-abal. Saya nggak mau kulit saya rusak. Apalagi sekarang sudah banyak merek drugstore yang aman untuk digunakan, terutama sejak merek lokal yang bagus-bagus bermunculan.
Buat kalian yang sekarang sedang naksir krim abal-abal, izinkan saya ngasih nasihat. Jangan tergiur dengan harga murah dan hasil cepat. Selalu hati-hati memilih produk, selemah-lemahnya iman ya dengan ngecek dulu apakah produk tersebut sudah diuji BPOM. Kamu bisa mengeceknya di web BPOM ini.
BACA JUGA Krim Abal-abal: Murah, Beda, dan Berbahaya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.