Eden Hazard masuk menggantikan Vinicius Junior di minti 70-an, saat Real Madrid tertinggal dua gol melawan tuan rumah, Borussia Monchengladbach. Pertamanya nih, ni anak cedera lama banget dan tiba-tiba dimainkan sebagai pengganti, jadi saya sama sekali nggak berharap. But, Boy, I was wrong. Hazard membuat permainan Real Madrid di sisi kiri benar-benar hidup.
Selain penampilan Hazard yang mengagetkan, malam itu menunjukkan bahwa permainan Hazard selama 20 menit jauh lebih baik daripada Vinicius dari awal musim 2020/2021.
Vinicius Junior itu, kalau saya boleh mengibaratkan, itu kayak teman main bola kalian yang bisa menggocek lawan—bahkan kadang temen sendiri—dengan mudah. Vinicius itu kayak keren banget perkara nggoblokin orang-orang. Masalahnya, ya cuma itu yang dia bisa. Begitu ketemu bek bagusan dikit atau sampai kotak penalti, dia bingung mau ngapain. Umpannya ampas, tendangannya apalagi.
Sa kok curiga, kalau gawang lebarnya 12 meter sekalipun, tendangannya Vinicius tetap melebar. Terus temen-temennya milih bikin grup WhatsApp yang nggak ada dianya sebagai ((hukuman sosial)).
Vinicius emang flashy, dribble dan larinya yahud, tapi ya itu doang. Kek temen ane, namanya Nafis. Orangnya gede, keturunan Arab tulen, kalau main kek Messi. Tapi, bagusan Nafis ah daripada Vinicius. Nafis bisa ngegolin, kadang traktir makan, plus rokoknya nggak terbatas. Vinicius mah saha?
Sa mau cerita sedikit. Vinicius itu katanya diminati Barcelona. Tapi, dia pilih Madrid karena The Whites punya rencana yang jelas buat dia dan pemain muda yang lain. Ya iya sih, ngeliat Barcelona yang sampai hari ini masih ngomongin diving-nya Ramos, ya jelas lah milih Madrid. Mas Agus Mulyadi, andai dia nggak mendukung MU dan punya skill sepak bola yang yahud, pasti milih Madrid. Kayaknya, tapi anggap aja iya.
Nah, dengan klub yang mendukung perkembangan dia, Vinicius itu nggak bisa dibilang berkembang. Iya, dia ngegolin di El Clasico musim kemarin. Iya, dia mencetak rekor sebagai pemain pengganti yang mencetak gol tercepat di Liga Champions. Tapi, bukan berarti dua hal itu bisa dijadikan patokan perkembangannya. Di luar dua kejadian itu, ya… sebenarnya nggak ada yang menarik banget sih.
Sa yakin, kalau Eden Hazard nggak nguntal kue terlalu banyak dan punya passion cedera, kayaknya Vinicius udah dipinjemin ke klub lain. Lumrah sih, soalnya Hazard pemain yang lebih lengkap dibanding Vinicius. Wajar lah ya, banderolnya aja gedean Hazard. Tapi, Vinicius itu sudah tiga musim di Madrid. Dia punya waktu adaptasi yang jauh lebih banyak. Plus, pemain Madrid nggak berubah begitu banyak. Tapi, ya gitu-gitu doang.
Cederanya Eden Hazard itu harusnya dimanfaatin banget sama dia. Tapi, lihat permainan dia waktu melawan Barcelona dan Gladbach. Waktu lawan Barca, dia dikarungin Dest. Lawan Gladbach, dia kayak pemain sayap kiri tarkam yang dipasang gara-gara dia anak tokoh kampung setempat.
Begitu Hazard masuk, yang notabene udah cedera selama berbulan-bulan plus badannya melar gegara makan Biskuat berkarung-karung, Madrid mainnya jauh lebih bagus. Udah gitu hampir ngegolin lagi. Lha Vinicius? Ngumpan melenceng, nendang melenceng. Melenceng adoh, tenan. Kalau sa jadi ballboy, dah sa ikhlasin itu bola.
Nggak mengagetkan kalau datangnya Rodrygo musim lalu bikin Vini jadi bulan-bulanan fans. Rodrygo memang jauh lebih sering duduk di bangku cadangan, tapi semata karena Real Madrid punya stok pemain sayap kanan yang banyak. Musim lalu ada Bale, Lucas Vazquez, dan Brahim Diaz. Bale pergi, tapi Asensio kembali dari cedera, menjadikan Rodrygo makin terbenam. Tapi, sebenarnya posisi Rodrygo itu sayap kiri. Praktis, Vini hanya punya Eden Hazard sebagai pesaing, itu pun Hazard sering absen. Makanya saya bilang, Vinicius benar-benar mengecewakan. Bahkan, makin ke sini, dia makin nggak layak masuk starting line up. Asli, mending pake formasi 4-4-2 diamond dah.
Bagi pemain yang nggak punya pesaing, langganan masuk starting line up, tapi hampir nggak menawarkan apa-apa ya harus dikasih treatment yang mayan keras. Saya tahu Vinicius Junior emang masih muda. Tapi, ini kita ngomongin pemain Real Madrid. Real Madrid menuntut pemainnya bermain dengan level yang tinggi. Nggak hanya bagus, tapi harus menghibur. Nggak hanya bagus dan menghibur, tapi juga menang. Selain itu? Ngapunten.
Kembalinya Eden Hazard si anak gemes ini menurut saya bakal bikin Vinicius duduk manis di bangku cadangan yang lumayan lama. Apalagi, musim depan Real Madrid berusaha mendatangkan Mbappe, pemain yang jauh levelnya di atas dia. Kalau cuma menawarkan step over, tapi finishing dan passing ampas, ya maaf aja nih, situ mending ngimpi aja untuk sekadar jadi starter.
Saran sa sih, Vini mending latihan keras perkara passing dan finishing. Opsi loan pun harusnya diambil biar dia berkembang. Sa yakin kok, Vini ini bisa jadi sebagus Neymar, hanya butuh ((aktualisasi diri)). Ya intinya lakuin cara apa pun biar jadi jago lah. Pemain Brasil terkenal suka party dan itu yang bikin mereka ampas. Lha Vinicius party aja nggak, ampas iya. Gimana sih?
By the way, di pertandingan melawan Borussia Monchengladbach, Sergio Ramos sempat jadi striker dan kerap melebar ke kiri. Blio main jauh lebih bagus dan memberi tekanan yang mendingan dibanding Vinicius. Sumpah, Cok, wis angel iki.
BACA JUGA Kalau Negara Bilang Kantor Kejaksaan Agung Terbakar karena Rokok, Ya Itu Pasti karena Rokok dan artikel Rizky Prasetya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.