Drama Korea Law School makin ke sini makin impresif. Plotnya yang semakin menegangkan dan membagongkan berhasil menarik minat banyak audiens buat ikutan nonton drakor yang tayang di saluran TV JTBC dan Netflix ini. Hal ini bisa dibuktikan dari rating Law School di Korea Selatan yang selalu mendapatkan persentase cukup tinggi untuk ukuran acara TV kabel. Begitu pula dengan peringkatnya di platform streaming Netflix yang sukses menggeser Vincenzo dan menjadikan Law School sebagai drama yang memuncaki ranking drama terpopuler Netflix Korea.
Law School ini secara umum menceritakan mahasiswa dan dosen Fakultas Hukum Universitas Hankuk yang lagi digemparkan oleh kematian mendadak salah satu profesornya. Di tengah investigasi, masalah kematian yang diduga sebagai pembunuhan ini bergulir sampai ke mana-mana. Meskipun fokus utama dari drakor ini adalah mencari pembunuh, tapi kita bisa melihat kehidupan kampus yang menurut saya nggak jauh beda dari real life, terutama sifat dosennya.
Menjelang waktu KRS-an sebagian besar mahasiswa pasti bakal mempertimbangkan mata kuliah dan dosen yang akan mereka pilih. Saya dan temen-temen saya juga punya agenda seperti ini tiap semester baru. Cara yang kami lakukan buat memilah matkul dan dosen ini adalah dengan tanya pengalaman kakak tingkat atau membandingkan gaya mengajar dosen di semester sebelumnya. Dan menurut pengalaman saya dengan melihat tipe dosen favorit teman-teman waktu KRS-an, sifat beberapa dosen yang mirip dengan dosen-dosen dalam Law School berikut pasti bakal dihindari.
#1 Profesor Yang Jong-hoon
Profesor Yang Jong-hoon adalah nama dosen yang ada di peringkat pertama Daftar Dosen Pemicu Senam Jantung. Bahkan menurut Profesor Kim Eun-suk, ia bisa bikin mahasiswanya kayak mayat hidup. Dari episode pertama saja sudah kelihatan banget betapa horornya kelas dosen yang dipanggil Yangcrates ini. Yangcrates bagaikan singa yang nggak akan melepaskan hasil buruannya. Ketika beliau memberikan pertanyaan, kalian nggak akan bisa menghindar. Sekali tertangkap, beliau bakal terus mencecar kalian dengan pertanyaan sampai beliau puas dengan jawaban kalian. Yangcrates juga salah satu dosen yang mengharuskan mahasiswanya buat belajar sebelum hadir di kelas. Nggak belajar? Silakan tutup pintu dari luar.
Yangcrates juga sangat disiplin. Saya yakin beliau nggak akan pernah membiarkan kuliahnya kosong. Lha wong sesibuk apa pun, sibuk di penjara maksudnya, beliau tetep mengoreksi lembar jawab ujian mahasiswa, lho. Ujian dari beliau pun mengandalkan ketelitian banget sampai harus memerhatikan setiap tanda baca karena unsur sekecil apa pun bisa menjadi jebakan. Namun, kalau sama Yangcrates, asal nggak celelekan waktu kuliah dan jawab soal, nilai A pasti bisa lah.
#2 Profesor Kang Ju-man
Ada juga Sang Wakil Dekan, Profesor Kang Ju-man, yaitu dosen yang paling pelit nilai. Waktu nilai ujian mata kuliah yang diampu oleh beliau dirilis, mayoritas mahasiswa dapet nilai yang besarannya kayak ukuran sepatu. Bahkan mahasiswa seambis Seo Ji-ho pun cuma dapet nilai 45. Cuma satu mahasiswa aja yang bisa dapet nilai sangat memuaskan. Parahnya lagi, tidak hadir kelas = nilai auto dipangkas.
Bagian paling ngeselinnya adalah Prof. Kang nggak menerima keluhan terkait nilai. Beliau nggak mau dimintai keterangan atau transparansi nilai. Prof. Kang juga nggak mengizinkan mahasiswa buat buka laptop sewaktu kuliah. Semua laptop dikumpulkan di depan atau luar kelas sebelum kuliah dimulai.
Enaknya, dari ambil kelas Prof. Kang adalah ada asisten dosen atau asdos yang lumayan cakep. Tapi kalau dipikir-pikir, apa gunanya asdos ganteng kalau nggak membantu mendongkrak IPK, ya, kan?
#3 Profesor Jung Dae-hyeon
Dosen lainnya yang umumnya bakal dihindari oleh mahasiswa adalah dosen yang satu tipe dengan Profesor Jung Dae-hyeon. Dosen ini mungkin paling sering mengalami kedutan di mata atau lidahnya tergigit waktu lagi makan karena banyak mahasiswa yang ngomongin beliau. Prof. Jung ini kuliahnya nggak asyik babar blas. Kuliahnya nggak jauh beda dengan lagu pengantar tidur dan bikin mahasiswanya sambat terus sepanjang waktu perkuliahan.
Sudah gitu Prof. Jung juga menggunakan kuasanya sebagai dosen untuk membantu melariskan buku yang ditulis oleh istrinya dengan mewajibkan para mahasiswanya buat memiliki buku tersebut. Ancamannya, sih, pakai nilai karena bukunya bakal dijadiin buku acuan kuliah.
Untuk masalah ini sebenernya mahasiswa bisa lho pakai jiwa kreatif atau jaringan sosial yang dipunya seandainya uang sakunya mepet buat beli buku. Misalnya beli buku di depan SMA Negeri 6 Yogyakarta atau Shopping Book Center di dekat Taman Pintar. Atau bisa juga pinjem punya kakak tingkat. Sayangnya, mahasiswa Hankuk kayaknya nggak kenal cara-cara ini.
#4 Profesor Kim Eun-suk
Udah deh, memang paling enak itu ambil kelas yang diampu oleh dosen seperti Profesor Kim Eun-suk. Dekat dengan mahasiswa, suka bagi-bagi materi dan buku kuliah gratis, kelas interaktif dan seru, serta pembawaan beliau yang enerjik. Prof. Kim memang melampaui ekspektasi, apalagi kalau ditambah dengan nggak banyak memberikan tugas, wah pasti langsung jadi kecintaan mahasiswa tuh. Alhamdulillah di prodi saya lumayan banyak dosen yang serupa dengan Prof. Kim dan biasanya kuota kursi kelas dosen-dosen tersebut paling cepet penuhnya waktu KRS-an. Kalau kalian gimana, Mylov?
BACA JUGA Drakor ‘Law School’ dan Realita Mahasiswa Korea yang Ambis Pol dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.