Tren berhijrah memang lagi hits beberapa tahun belakangan. Banyak bermunculan ukhti dan akhi baru dengan kehidupan yang sarat nuansa islami. Akan tetapi, bukan milenial namanya kalau nggak ada kontroversi pada setiap hal yang berhubungan dengan yang lagi “viral” begini.
Baru-baru ini ada beberapa artis yang awalnya berhijab, memutuskan banting setir dan melepas hijabnya. Ada alasan-alasan personal yang sebetulnya nggak perlu kita urus, tapi malah diurusin mati-matian sama warganet. Salah satunya dengan menceramahi si artis dengan ayat-ayat suci dan dalil-dalil yang bertentangan dengan keputusannya melalui kolom komentar. Apa sih faedahnya ikut campur? Padahal dia lebih tahu keputusannya daripada judgement netizen saleh-salihah seperti Anda.
Kadang saya berpikir: perlu nggak sih memberi petuah dengan embel-embel “hanya sekadar mengingatkan” apalagi di kolom komentar yang notabene bisa dilihat semua orang? Toh saya yakin, hal semacam itu nggak membuat hati si artis tersentuh dan memilih kembali ke jalan yang akhi-ukhti sarankan, tapi malah risih lantaran merasa digurui dan dihakimi.
Belum lagi jika kita hitung dengan gerakan Indonesia anti pacaran. “Halal dulu, baru pacaran.” begitu katanya. Dengan tambahan: “Nikah muda nggak masalah, rezeki sudah ada yang ngatur. Pacaran setelah menikah akan membuatmu bergelimang pahala.” dan kalimat-kalimat manis lainnya. Kemudian memandang buruk orang-orang yang berpacaran karena itu termasuk zina. Zina, tempatnya cuma di neraka jahanam. Mampus!
Daripada mengutuk dua sejoli yang lagi mabuk asmara karena nggak sesuai syariat agama, lebih baik kita introspeksi cara kita memandang isu-isu lingkungan. Bukankah dosa itu nggak cuma soal pacaran? Lagi pula hal itu terlalu personal dan kayaknya sedikit nggak sopan karena itu urusan seseorang dengan Tuhan dan keyakinannya.
Bukannya membela siapa-siapa, tapi bukankah lebih baik jika syiar agama berisi gerakan yang lebih berguna secara kolektif, misalnya mendakwahkan anti buang sampah sembarangan.
Apalagi akhir-akhir ini, sampah jadi persoalan yang sulit. Pemerintah dibuat pening bukan main untuk mencari solusinya. Kesadaran orang-orang terhadap dampak buruk buang sampah sembarangan pun masih sangat rendah.
Dilansir dari IDN Times, jumlah sampah nasional 2020 mencapai 67,8 juta ton. Bayangkan, betapa sampah telah menjelma menjadi monster-monster busuk yang siap menimbulkan penyakit, lalu menjangkiti masyarakat kan? Apakah menurutmu ini nggak mengerikan?
Wahai akhi dan ukhti, bukankah buang sampah sembarangan juga termasuk dosa besar? Kita tahu kan bahwa buang sampah sembarangan itu bisa merugikan orang lain. Mulai dari menyebabkan penyakit, bikin banjir, hingga menyebabkan ketidakseimbangan alam. Bayangkan, kamu nggak cuma zalim pada satu individu, tapi pada seluruh umat manusia!
Selain membuat Tuhan murka dengan kelakuan manusia yang jorok, buang sampah sembarangan juga merusak lingkungan. Air sungai jadi keruh, got tersumbat, laut jadi nggak indah karena dipenuhi oleh sampah. Banyak hewan mati karena nggak kuat melihat kelakuan manusia yang menjijikkan.
Bicara soal sampah, berhubung kehidupan kita sekarang ada dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya, maka sampah juga nggak cuma bertebaran di dunia nyata, di dunia maya juga demikian. Banyak sampah menumpuk. Sampah-sampah itu menjelma jadi komentar-komentar dengan ujaran kebencian atau penghakiman.
Sadar nggak sih kalau komentar pedas itu bak virus menular yang bisa memengaruhi orang untuk berkomentar hal yang sama? Lalu terjadilah bullying. Yang awalnya hanya satu komentar, akan jadi berbondong-bondong. Akibatnya, tentu membuat korban nggak nyaman, depresi, bahkan bunuh diri. Hanya dengan satu komentar pedas, kamu bisa jadi pembunuh. Mengerikan, bukan?
Nah gimana kalau kita bareng-bareng gencar berdakwah pada umat Islam khususnya, dan seluruh masyarakat umumnya, untuk buang sampah pada tempatnya, sekaligus nggak buang sampah di akun media sosial orang lain tanpa tanggung jawab. Pasti lebih bermanfaat.
Kita bakal jadi pahlawan dalam menyelamatkan planet kecil bernama bumi dan menghormati pilihan personal orang lain sambil nggak merasa benar sendiri. Saya yakin, Allah juga akan senang, tersenyum melihat manusia bisa menjaga kebersihan. Barangkali, Allah juga akan berbelas kasih dan berpikiran untuk nggak memberikan bencana besar karena melihat makhluk ciptaanNya dengan tulus merawat dan menjaga lingkungannya dari sampah. Sangat menyenangkan, bukan?
Lebih menantang mana, jadi hero nikah muda atau jadi hero untuk misi penyelamatan planet bumi? Hehehe…
BACA JUGA @NKR_Internet: Alternatif Negara Fiktif Buat Kita yang Lelah dengan Drama Capres di Indonesia dan tulisan lainnya dari Dwi Susilowati.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.