Dilema Surabaya Utara: Dijuluki Mexico-nya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif

Kawasan Surabaya Utara: Dijuluki Mexico-nya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif

Kawasan Surabaya Utara: Dijuluki Mexico-nya Surabaya dan Identik dengan Hal Negatif (Hartono Subagio/Pixabay)

Surabaya memang penuh dengan keberagaman, mulai dari kulinernya, bahasanya, bahkan budayanya. Pengalaman saya tinggal di Surabaya selama ini nyatanya menghasilkan banyak cerita, terutama dari orang Surabaya sendiri. Menurut mereka, Kota Surabaya punya macam-macam julukan. Misal, Surabaya Timur identik dengan kawasan pendidikan dan industri, Surabaya Barat dengan Crazy Rich, Surabaya Selatan dengan segala hiruk pikuknya, Surabaya Pusat dengan mal-mal megah dan tempat mewah, serta Surabaya Utara yang terkenal dengan kawasan orang Maduranya.

Akan tetapi, bagi saya, yang menarik dari semua wilayah di Kota Pahlawan ini adalah wilayah Surabaya Utara. Kawasan yang meliputi 7 kecamatan itu nyatanya memiliki dilema tersembunyi. Terutama bagi warganya yang sering dijuluki sebagai orang “Mexico” dan kawasan dengan konotasi negatif.

Surabaya Utara adalah bagian dari Madura

Bicara tentang Surabaya Utara, kita tidak bisa melewatkan fakta bahwa daerah ini menjadi tempat berdiam bagi banyak orang Madura. Pasalnya, lokasi yang memang berbatasan dengan Pulau Madura menjadi pintu gerbang bagi orang Surabaya yang mau ke Madura, maupun sebaliknya. Akan tetapi, setelah saya amati dengan serius, justru orang Madura yang paling mendominasi kawasan ini.

Maksud saya, orang Madura yang menjadi warga Surabaya telah banyak membawa kekayaan budaya dan tradisinya ke sini. Sebab, persebaran etnis Madura memang banyak ditemui di pesisir utara Surabaya. Melansir dari data Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor dan data BPS tahun 2022 menyatakan bahwa 7,5 persen dari 2,8 juta penduduk di Surabaya adalah etnis Madura.

Hal ini dapat kita lihat langsung di Kecamatan Kenjeran, tepatnya di Kampung Bulak Banteng. Masih banyak warga Surabaya yang beretnis Madura di sana. Bahkan menurut laporan warga, etnis Madura sudah tinggal di sana sejak masa kemerdekaan. Kita bisa melihat karakter warga Madura di kampung ini mulai dari cara berpakaian, logat bahasa, kuliner, pekerjaan, dsb.

Mexico-nya Surabaya

Uniknya lagi, sebuah julukan aneh dan misterius melayang di udara Surabaya Utara. Kata “Mexico” mungkin terdengar lebih sering daripada merujuk ke salah satu kecamatan di Surabaya Utara secara spesifik. Mungkin bagi beberapa orang, julukan ini terdengar keren dan eksotis, tetapi bagi warga Surabaya Utara, ini adalah dilema.

Pengamatan saya mengatakan bahwa ada beberapa orang yang berpendapat bahwa julukan “Mexico” muncul karena semakin banyaknya orang Madura di daerah tersebut. Sebab, Madura dan Mexico keduanya sama-sama memiliki awalan “M”, maka sebagai pelesetan penyebutan Madura, orang-orang pada umumnya memakai nama Mexico.

Namun, ada juga versi lain yang mengatakan bahwa julukan ini berasal dari kekacauan lalu lintas dan keadaan jalanan yang ada di Surabaya Utara. Mulai dari truk-truk besar yang hendak ke pelabuhan Tanjung Perak, pengendara yang tidak taat lalu lintas, dsb. Hal ini sepintas memang membuat orang teringat pada kekacauan lalu lintas di Mexico.

Wajar saja, per tahun 2023, Mexico City di Mexico, meraih peringkat 5 dari 10 negara paling macet di dunia, bahkan empat tingkat di atas Kota Jakarta. Selain itu, keberadaan Jembatan Suramadu yang konon mirip dengan Jembatan Golden Gate di Mexico. Bukan main!

Hal-hal negatif sering disematkan pada Surabaya Utara

Selain itu, dalam dunia yang serba dinamis ini, image daerah kadang-kadang terbawa oleh berbagai isu. Surabaya Utara bukanlah pengecualian. Sering kali, berita tentang kriminalitas disematkan ke warga Surabaya Utara, sehingga menciptakan stigma negatif bagi seluruh masyarakat umum.

Tentu saja, hal-hal seperti ini saya yakin hanya sekelompok kecil yang melakukan tindak kriminal di sana, tetapi imbasnya malah dirasakan oleh semua warga. Bagi saya, dilema terbesar bagi orang Surabaya Utara adalah bagaimana mereka harus membuktikan bahwa tidak semua konotasi negatif yang disematkan ke daerah mereka itu benar.

Malahan kalau saya amati, Surabaya Utara justru terkenal dengan kultur religiusnya. Sebab, banyak ditemukan masjid, orang-orang berdarah Arab, serta orang-orang Madura yang selalu identik dengan sarung dan kopiahnya.

Menurut saya, Surabaya Utara bisa menjadi tempat yang memperlihatkan betapa beragamnya Surabaya di mata orang lain. Lantaran semua itu hanyalah kisah-kisah yang mencerminkan kehidupan sehari-hari warga di sana. Mungkin, sudah saatnya bagi orang Surabaya Utara untuk mengambil alih narasi dan menceritakan kisahnya sendiri. Sebuah kisah yang penuh warna dan tawa, bukan tumpukan dilema.

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kecamatan Sukolilo, Daerah Paling Underrated di Surabaya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version