Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dialek Orang Wonosobo Itu Beda, Bukan Ngapak dan Bukan Bandek

Dhimas Raditya Lustiono oleh Dhimas Raditya Lustiono
2 September 2020
A A
Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif terminal mojok.co

Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Wonosobo merupakan kabupaten yang terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Jika tidak percaya ambillah peta pulau jawa dan penggaris, lalu bentangkan penggaris dari ujung kulon sampai ujung wetan Povinsi Jawa Timur. Maka titik tengahnya adalah Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Dengan letak geografis tersebut, rupanya orang Wonosobo memiliki bahasa serta dialek yang unik. Perpaduan antara Jowo bandekan dan Jowo ngapak.

Teman saya yang seorang mantan calon sarjana sastra pernah mencoba meneliti bahwa bahasa Wonosobo yang mendekati otentik adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sebelah barat Sungai Serayu alias kulon kali.

Mungkin karena banyaknya pendatang dari wilayah timur Wonosobo seperti Klaten dan Yogyakarta. Mereka kemudian membawa pengaruh bahasa bandekan ketika berkomunikasi dengan orang asli Wonosobo yang tinggal di wilayah wetan kali seperti Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil. Sedangkan para pendatang dari timur jarang tinggal di wilayah kulon kali sehingga tatanan bahasa Wonosoboannya cukup otentik di wilayah tersebut.

Secara umum orang Wonosobo menggunakan kata ‘nyong’ untuk menyebut kata aku. Namun Wonosobo sendiri masih diragukan eksistensinya sebagai laskar panginyongan alias ngapak. Sebab orang-orang di wilayah Banyumas masih menganggap bahwa orang Wonosobo adalah ‘wong wetan’ layaknya orang Temanggung, Magelang, Jogja dan sekitarnya.

Tapi ketika anak Wonosobo menggunakan kata ‘nyong’ di daerah Magelang, Jogja atau Solo, kami sebagai kaum pendatang harus bersiap ditertawai karena aksen kami yang dianggap lucu nan menggelikan.

Alhasil orang Wonosobo yang merantau di daerah Jogja, Solo atau Magelang akan terkikis bahasa panginyongannya dan berganti dari dari sebutan ‘nyong deke’ menjadi ‘aku kowe’. Hal ini dilakukan semata agar kami dapat masuk dalam lingkaran pergaulan selama masa merantau.

Beda cerita jika orang Wonosobo merantau di daerah Banyumas seperti Purwokerto, Banyumas, Cilacap dan sekitarnya, mereka justru menganggap bahwa orang Wonosobo adalah orang yang halus dalam bertutur kata. Ya tentu saja karena kami masih mendapatkan didikan kromo inggil dari guru kami yang umumnya berasal dari daerah wetan.

Salah satu ciri orang Wonosobo ketika berada di luar kota adalah mudahnya terpengaruh oleh logat yang ada di perantauan. Saya curiga bahwa derah kami memiliki banyak potensi linguis multiaksen yang masih terpendam.

Baca Juga:

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

Tips Plesiran ke Dieng Wonosobo agar Terhindar dari Pungli dan Tidak Pulang Bergelar Almarhum

Contohnya, saya kerap membaca IG Story anak Wonosobo yang pernah kuliah di Jakarta di mana dalam story tersebut ia kerap menuliskan kata ‘elu,gue’ yang sangatlah ‘ngota’. Hal ini tentu harus diantisipasi oleh perantau asal Wonosobo yang kembali ke kampung halaman agar tidak keceplosan ngomong ‘elu, gue’ kepada teman sebayanya. Alih-alih tampak keren, dia malah akan ditanggapi dengan kalimat “Lah elu gue silit!”

Di keluarga saya, pencampuran logat antara bandekan dan ngapak akan terjadi ketika saya pulang dari Purwokerto dan kakak saya pulang dari Solo.

Tak butuh waktu setahun bagi kakak saya untuk fasih melafalkan kata ‘aku’ dan ‘kowe’ ala orang Solo. Sedangkan saya tidak butuh waktu sebulan untuk fasih dalam melafalkan kata ‘nyong’ dan ‘ko’ ala orang Banyumas.

Bedanya kakak saya tidak menguasai kromo inggil secara paripurna. Sementara saya cukup menguasai kromo inggil meskipun masih level pemula. Sehingga terkadang terjadi obrolan di mana kakak saya menggunakan ngoko secara halus namun saya bertutur kromo inggil dengan aksen ngapak yang terkesan kasar. Sebuah relief dialek bahasa Jawa yang asyik.

Dari sini saya mengambil kesimpulan sementara bahwa orang Wonosobo cenderung kesulitan dalam menjaga keajegan berbahasa. Berbeda dengan orang batak yang di mana pun ia menetap logat khas batak akan mudah dikenali.

Namun dari kacamata lain, justru orang Wonosobo memiliki bakat berkamuflase dalam berbahasa sehingga orang-orang tidak tahu bahwa dia adalah orang Wonosobo sebelum melihat KTPnya.

Selain bahasa tutur, bahasa tulis masyarakat Wonosobo juga terkadang membuat saya mengernyitkan dahi, karena sebagian basa tulis tersebut tidak sesuai dalam kamus bahasa Jawa.

Misalnya seperti kata ‘ngompol’, kata tersebut jangan diartikan sebagai pipis di celana. Tapi orang Wonosobo menggunakan bahasa tulis ‘ngompol’ dengan vokal o seperti pada kata ‘koplo’ untuk pengucapan kata ‘ngumpul’. Contoh “Mayo ngompol nang kedol Alon-alon.” Yang artinya ‘ayo kumpul di selatan alun alun’.

Dalam sebuah forum jual beli online di Facebook, ciri orang Wonosobo asli bisa dikenali dari bahasa tulisnya. Seperti ini contohnya,

“Lagi botoh hape seken, tawakna, Lor.”

Yang artinya “Sedang butuh hape second, tawarin dong, Lur.”.

Secara prinsip, bahasa tulis ala masyarakat wonosobo tidak mengenal vokal i dan u miring sehingga kata sedulur akan ditulis menjadi ‘sedolor’, kidul menjadi ‘kedol’, sega jagung menjadi ‘sega jagong’, lalu manuk kuntul ditulis menjadi ‘manok k*nt*l’.

Orang bandek menyebut kucing dengan pelafalan ‘kuceng’.
Orang ngapak menyebut kucing dengan pelafalan ‘kucing’.
Sementara orang Wonosobo menyebut kucing dengan pelafalan ‘koceng’.

Kekayaan sebuah bahasa terkadang tidak memiliki pakem tertulis baik dalam kamus bahasa atau dalam prasasti peninggalan sejarah. Membahas bahasa Wonosobo-an sendiri setidaknya perlu 4 SKS dan 4 cangkir kopi untuk mempelajarinya.

Meski terletak di tengah-tengah pulau jawa dan dianggap sebagai batas linguistik wetanan dan Banyumasan. Secara politik administratif Wonosobo memang masuk dalam naungan Mataraman alias wong wetan. Sementara secara sosial di lapangan, terdapat tarik ulur budaya yang teramat lentur sehingga banyak kosakata dari wilayah barat dan timur menjadi bahasa keseharian bagi masyarakatnya.

Foto oleh Erwin Saleh Kurniawan via Wikimedia Commons

BACA JUGA Nestapa Laki-laki yang Bekerja sebagai Perawat dan tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 September 2020 oleh

Tags: Bahasawonosobo
Dhimas Raditya Lustiono

Dhimas Raditya Lustiono

Perawat di Ruang Gawat Darurat

ArtikelTerkait

Buat yang Menganggap Kuliah Jurusan Bahasa Sama dengan Les Bahasa: Kalian Sesat!

Buat yang Menganggap Kuliah Jurusan Bahasa Sama dengan Les Bahasa: Kalian Sesat!

9 September 2023
Ngomong Lu-Gue dengan Logat Medok Itu Salahnya di Mana?

Ngomong Lu-Gue dengan Logat Medok Itu Salahnya di Mana?

15 Maret 2023
Pertigaan Wadaslintang bak Pusat Kota bagi Warga Perbatasan Wonosobo-Kebumen Mojok.co

Pertigaan Wadaslintang bak Pusat Kota bagi Warga Perbatasan Wonosobo-Kebumen

15 Agustus 2024
Culture Shock yang Saya Rasakan Sewaktu Makan Mie Ongklok, Makanan Khas Dieng, Wonosobo: Katanya Seenak Itu, tapi kok Rasanya Gimana Gitu

Culture Shock Pertama Kali Coba Mie Ongklok, Makanan Khas Dieng, Wonosobo: Katanya Seenak Itu, tapi kok Rasanya Gimana Gitu

22 Oktober 2023
Bahasa Jawa

Ambyarnya Bahasa Jawa si Anak Pendatang Berakhir Dicap Tidak Sopan

3 Juni 2019
Alasan Kenapa Orang Pacaran Memacu Motornya Begitu Pelan terminal mojok.co

Bahasa Lisan Indonesia Timur Kalau Ditulis Kaya Gini

25 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.