Daftar Isi
#2 Bahasa Jawa yang berakhiran “uh” menjadi “oh”
Saya masih ingat betul ketika teman saya ingin membeli terong sejumlah 10 ribu rupiah di tukang sayur. Dia bilang begini, “Terong sepuloh ewu, Mas”. Saat pertama kali mendengarnya, saya langsung ngeh bahwa ada pelafalan yang berbeda. Dan ternyata memang itu adalah dialek khas orang Bojonegoro.
Gradasi akhiran “uh” menjadi “oh” ini tentu juga berlaku pada kata yang lain seperti “nduwur” menjadi “nduwor”, “ngunduh” menjadi “ngundoh”, dsb.
#3 Bahasa Jawa yang berakhiran “ih” menjadi “eh”
Selain perubahan akhiran “uh” menjadi “oh”, dialek khas orang Bojonegoro lainnya adalah mengubah kata berakhiran “ih” dalam bahasa Jawa menjadi “eh”. Misalnya, kata “mulih” menjadi “muleh”, “gurih” menjadi “gureh”, “sugih” menjadi “sugeh”, dsb. Dan yang paling saya ingat dari teman saya adalah saat mengiris bawang merah. Alih-alih mengatakan “irisan brambang marai perih”, dia malah mengatakan “irisan brambang marai pereh”.
#4 Kosakata khas Bojonegoro yang perlu dipahami biar nggak salah paham
Supaya lebih akurat dalam mengidentifikasi orang Bojonegoro atau bukan, ternyata ada beberapa kosakata yang sampai saat ini dikatakan sebagai dialek khas Bojonegoro. Kalau menurut teman saya, salah satunya adalah kata “genyo”. Jika ingin mengungkapkan pertanyaan kenapa, orang-orang Bojonegoro pasti menuturkannya dengan kata tersebut. Misalnya “kenapa pulang?”, maka menjadi “genyo muleh?”, dsb.
Selain itu, kosakata lain khas bahasa Jonegoroan adalah “gablek” yang berarti “punya”, “njungok” yang berarti “duduk”, “jengker” yang berarti “berbicara”, “lesu” yang berarti “lapar”, “nayoh” yang berarti “mudah”, dsb. Nah, jika kalian mendengar kosakata-kosakata tersebut keluar dari mulut seseorang, maka langsung tembak saja dengan pertanyaan, “Kamu orang Bojonegoro, ya?” Sudah bisa dipastikan dia bakal menjawab ya.
Itulah 4 dialek khas Bojonegoro yang membuatnya berbeda dari daerah lain di Jawa. Ada semboyan yang bunyinya begini, “bahasa menunjukkan bangsa”, hal ini berarti bahwa selain sebagai alat untuk berdialog, bahasa adalah sebuah identitas. Jadi kita harus bangga dengan bahasa daerah kita masing-masing.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bahasa Jonegoroan Bikin Teman Kuliah Saya Gagal Paham.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.