Meski sama-sama berbahasa Jawa, dialek khas Bojonegoro beda dengan daerah lainnya di Pulau Jawa.
Sebagaimana jamak diketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya. Dan salah dari satu wujud kekayaan tersebut terkait aspek kemampuan berbahasa para penduduknya. Sebab dari beberapa daerah yang saya pernah kunjungi, khususnya di wilayah Jawa, meski kebanyakan orang sama-sama menuturkan bahasa Jawa, faktanya setiap daerah tetap memiliki perbedaan.
Saya pernah tinggal di Pati selama 4 tahun, dan dari situ saya mengerti bahwa Kota Bumi Mina Tani tersebut ternyata memiliki beberapa dialek yang khas yang belum tentu dipahami orang Jawa dari daerah lain. Tentu saja hal ini benar-benar membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang multibahasa. Bahkan kalau boleh mengatakan, antara Demak dan Semarang yang jelas-jelas bertetanggaan saja ternyata juga ada perbedaan bahasa. Apa lagi dengan daerah lainnya?
Maka saya sangat tertarik tatkala melihat seseorang memiliki logat khas saat berbicara. Dari sekian banyak orang yang saya jumpai, ada satu teman saya yang asli Bojonegoro. Saya pernah ngobrol banyak dengannya dan bahkan sempat bertanya-tanya juga. Menurutnya, setidaknya ada 4 dialek khas Bojonegoro yang membuatnya berbeda dari bahasa Jawa di daerah lain. Ulasannya sebagaimana di bawah ini.
#1 Imbuhan “-em” untuk kepemilikan
Untuk menyatakan kepemilikan berdasarkan kata ganti orang kedua tunggal, orang Bojonegoro lazimnya menggunakan imbuhan “-em” daripada “-mu”. Misalnya kalau mau mengatakan “bukumu”, maka menjadi “bukuem”, “kakekmu” menjadi “mbahem”, “pensilmu” menjadi “pensilem”, dsb. Dan pelafalan “-em” di situ seakan menggunakan ‘e’ pepet seperti kata enam, emas, lekas, dll.
Namun perlu diingat, ternyata penggunaan imbuhan “-em” tersebut nggak hanya ada di Bojonegoro, di daerah Jawa Tengah bagian timur seperti Pati, Rembang, dan sekitarnya yang juga menggunakan “em”. Alhasil seseorang dialek ini ketika ngomong tidak bisa langsung dijustifikasi sebagai orang Bojonegoro, namun terkait kemungkinan kalau ia adalah orang Bojonegoro, tentu ada. Ya, 50:50 lah, Gaes.
Baca halaman selanjutnya: Bahasa Jawa yang berakhiran…