Desa Mantingan Tengah Pati Nggak Cocok untuk Tempat Menepi Orang Kota, Saking Nggak Ada Apa-Apa di Sana

Desa Mantingan Tengah Pati Nggak Cocok untuk Tempat Menepi Orang Kota, Saking Nggak Ada Apa-Apa di Sana Mojok.co

Desa Mantingan Tengah Pati Nggak Cocok untuk Tempat Menepi Orang Kota, Saking Nggak Ada Apa-Apa di Sana (unsplash.com)

Setelah bertahun-tahun merantau, akhirnya saya punya kesempatan pulang ke Desa Mantingan Tengah Pati. Desa yang yang terletak 17 km dari ibukota Kabupaten Pati itu menyimpan banyak sekali kenangan. Itu mengapa, ketika pulang, saya selalu sempatkan untuk bersilaturahmi dengan saudara-saudara, ziarah ke makam bapak dan para leluhur. 

Semua tentang Desa Mantingan Tengah sebenarnya sentimental. Awalnya begitu sulit menemukan cela dari tempat kelahiran saya ini. Namun, setelah kunjungan yang terakhir, saya merasa desa ini memang kurang beres.

Sejak pertama kali merantau beberapa tahun silam, Desa Mantingan Tengah sudah berganti sekitar 4 desa. Memang ada perubahan signifikan, desa yang dulu sering sulit air setiap musim kemarau kini sudah tidak lagi. Namun, itu bukan berarti penderitaan-penderitaan tinggal di desa menguap begitu saja. Desa Mantingan Tengah tetap punya hal-hal menyebalkan. 

Sebagai seseorang yang kembali dari perantauan, saya perlu waktu untuk menerima kekurangan-kekurangan desa saya. Apalagi orang yang sama sekali asing dengan desa ini. Saya yakin perlu waktu yang lebih panjang untuk memprosesnya. 

Itu mengapa, saya merasa Desa Mantingan Tengah di Pati ini nggak cocok untuk orang-orang kota yang ingin “menepi”. Tidak ada apa-apa di sana. Bahkan, desa ini tidak memenuhi bare minimum tempat tinggal yang nyaman. 

Fasilitas sekolah yang alakadarnya

Fasilitas pendidikan di desa ini alakadarnya. Desa Mantingan Tengah hanya punya satu SD, saru TK, satu PAUD, dan satu TPQ. Sebenarnya fasilitas itu sudah cukup, tapi desa ini tidak memiliki sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi. Untuk tingkat SMP warganya harus  ke Desa Glonggong atau Desa Dukuhmulyo. Dua sekolah itu jaraknya kurang lebih 3 km. Sementara untuk tingkat pendidikan SMA, kebanyakan melanjutkan pendidikan ke Desa Puluhan Tengah. Jaraknya sekitar 2,5 km.

Sekilas, jarak sekolah-sekolah itu terlihat dekat. Namun ingat, jalanan di desa tidak seperti di kota. Mungkin jaraknya nggak sampai 5 km, tapi energi yang dikeluarkan bisa lebih dari itu. Mengingat jalanan di desa nggak sebagus di kota, apalagi jalanan di sekitar Desa Mantingan Tengah. 

Asal tahu saja, jalanan di desa ini memang buruk. Salah satu jalan menuju Desa Mantingan Tengah Pati tidak beraspal, bergelombang, dan rusak parah. Pokoknya jalan itu membuat siapa saja ragu kalau jalan itu menuju sebuah sebuah desa. Kondisinya tambah buruk kalau musim penghujan tiba. Jalan berubah jadi seperti kolam ikan. Benar-benar merepotkan siapa saja yang ingin keluar atau masuk desa ini.  

Desa Mantingan Tengah Pati ditinggalkan warganya

Saya sering heran dengan orang-orang kota yang ingin hidup di desa. Padahal orang-orang desa berupaya susah payah untuk keluar dari daerahnya karena tidak ada harapan di sana. Itu juga yang terjadi di Desa Mantingan Tengah Pati. 

Kebanyakan penduduk di desa ini, terutama kaum muda seperti saya, memilih tinggal di tempat lain. Alasan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorongnya. Sumber ekonomi di desa yang terbatas dinilai tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup yang kian naik. 

Alhasil, Desa Mantingan Tengah kian sepi, terutama sepi penduduk muda. Desa semakin lesu dan nggak menarik untuk ditinggali. Akibatnya, beberapa fasilitas di desa yang dulunya banyak digunakan kini jadi mangkrak. Yang paling menarik perhatian saya adalah fasilitas olahraga desa. Sebenarnya pemerintah desa sudah membangun fasilitas olahraga yang memadai. Ada lapangan sepakbola dan lapangan voli yang kini mangkrak. 

Di atas beberapa hal yang membuat Desa Mantingan Tengah Pati nggak nyaman untuk ditinggali. Kalau sebagai pendatang, apalagi orang kota, saya akan pikir ribuan kali sebelum akhirnya memutuskan slow living di desa. Apalagi desanya seperti Mantingan Tengah ini. 

Penulis: Rusdi Ngarpan
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Bumiaji Kota Batu Memang Nyaman Dijadikan Tempat Tinggal, Asal Bisa Berdamai dengan Sisi Gelapnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version