Daftar Isi
#3 Berkendara harus modal nekat
Saya sampai hafal teman-teman yang datang buat main ke rumah pasti ngeluh dulu sebelum masuk. Mereka pasti bilang, “Nyebrangnya susah banget.”
Fyi, Kecamatan Tegalrejo Jogja memang dilewati oleh jalan-jalan utama, seperti Jalan Magelang dan Jalan Ngapak-Kentheng (Jalan Godean). Dulu, kedua jalan itu hanya ramai pada jam berangkat dan pulang kantor. Tapi sekarang kepadatan kendaraan sudah nggak kenal waktu.
Jalanan yang selalu ramai ini bikin orang susah nyebrang. Kalau nggak ada Pak Ogah, nyebrang dari dan menuju Tegalrejo harus modal nekat. Mbuhlah, nggak pikir dengan klakson kendaraan lain. Yang penting nggak perlu sampai lumutan cuma buat nungguin lalu lintas agak lowong.
#4 Jalan rusak bertahun-tahun
Saya merasa iri dengan kecamatan tetangga, Kecamatan Mlati, Sleman, yang satset membetulkan jalan yang berlubang. Saya menjumpai sebuah jalan berlubang gara-gara terendam genangan hujan dan sering dilalui kendaraan berat di wilayah administratif Mlati pada pagi hari. Malamnya saat saya lewat lagi, jalan tadi sudah diaspal.
Kecamatan Tegalrejo Jogja can’t relate. Jalan gronjal-gronjal dan bolong sudah jadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Sejak SMP hingga kerja, saya selalu berangkat lewat jalan yang sama yang melewati tiga kelurahan, dari Bener, Kricak, lalu Karangwaru. Dan selama bertahun-tahun itu pula jalan tetap rusak dan badan saya selalu sakit tiap lewat jalan tersebut.
#5 Alih fungsi lahan secepat kilat
Dulu saya berbangga hati bahwa Tegalrejo termasuk salah satu kecamatan tersisa di Kotamadya Jogja yang masih punya sawah. Masa kecil saya banyak dihabiskan di sawah. Banyak pohon-pohon yang bisa dipanjat, tanaman sayur yang bisa dipetik, kali jernih yang bisa untuk main air, dan lendut untuk menjahili teman.
Akan tetapi kebanggaan saya ini perlahan tergusur oleh kebutuhan manusia akan perumahan. Sawah-sawah yang dulu jadi tempat main saya bersama teman-teman sedikit demi sedikit dijual oleh pemiliknya dan berubah menjadi proyek pembangunan perumahan. Kali yang dulunya bersih sekarang penuh sampah dan warnanya keruh. Nggak ada lagi ikan yang bisa dipancing. Pohon-pohon juga pada ditebangi. Hasilnya Kecamatan Tegalrejo nggak beda jauh dari kecamatan lain di Kota Jogja, panas dan penuh polusi. Masa kecil bermain di sawah kini tinggal memori.
Waduh, ternyata banyak juga derita yang saya rasakan selama jadi warga Kecamatan Tegalrejo, ya. Pak Mantri Pamong Praja, yok bisa yok bikin Tegalrejo nyaman lagi. Nyaman itu pangkal cinta lho, Pak. Hehehe.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Hal yang Bikin Saya Betah Tinggal di Jogja.