Derita Tinggal di Dramaga Bogor: Tiada Hari Tanpa Macet

Derita Tinggal di Dramaga Bogor: Tiada Hari Tanpa Macet

Derita Tinggal di Dramaga Bogor: Tiada Hari Tanpa Macet (Unsplash.com)

Dramaga Bogor seperti namanya, penuh dengan drama kehidupan.

Nama Bogor tentu sudah nggak asing lagi di telinga kebanyakan orang. Tapi, kalau ada yang belum tahu, biar saya jelaskan terlebih dulu. Secara geografis, Bogor bukan cuma nama sebuah kota, melainkan kabupaten secara keseluruhan. Kalau diibaratkan telur mata sapi, Kota Bogor adalah bagian kuning telurnya, sementara Kabupaten Bogor adalah putih telurnya. Meskipun nama Kota Bogor lebih terkenal, ibu kota dari Kabupaten Bogor adalah Cibinong.

Saat tahu bahwa saya akan melanjutkan studi di Bogor, saya senang sekali. Kalau saya googling, kota ini kelihatannya nyaman untuk ditinggali. Adem gitu. Lantaran disebut sebagai Kota Hujan, saya juga meyakini setidaknya tempat ini bisa meromantisasi kehidupan kuliah saya.

Sayangnya saya salah besar. Ternyata kampus tempat saya menimba ilmu berlokasi di Kabupaten Bogor, tepatnya di Kecamatan Dramaga. Setidaknya ada empat hal yang bikin saya menderita selama tinggal di Dramaga Bogor.

Setiap hari terjebak macet di Jalan Raya Dramaga Bogor

Saya tahu, macet memang bukan hal yang aneh, apalagi di kota besar. Tapi, kalau macetnya setiap hari di satu titik yang sama kan lama-lama bikin sebel juga, ya.

Saya baru tahu kalau Jalan Raya Dramaga Bogor merupakan jalur nasional yang menghubungkan Provinsi Jawa Barat dan Banten. Maka nggak heran kalau segala jenis kendaraan, entah itu bus, truk tronton, truk molen, angkot, kendaraan pribadi, ojol, dll. semuanya lewat sini

Kemacetan di Jalan Raya Dramaga ini bener-bener bikin engap, apalagi buat saya yang ngekos di pinggir jalan. Saya selalu bisa melihat pemandangan macet setiap hari dari jendela kamar. Padahal dulu sebelum pindah ke Bogor saya selalu berandai-andai bakal ngekos dengan view Gunung Salak. Lha, kenapa malah jadi dapat view jalanan yang lengkap dengan kemacetannya, ya?

Setiap hari, khususnya di jam-jam tertentu seperti jam pulang kerja, kemacetan selalu terjadi. Saking parahnya, saya pernah berangkat kuliah sampai pulang kuliah terus tidur di kos dan bangun lagi, tapi macetnya nggak kelar-kelar. Kalau jinnya Aladdin beneran ada, saya mau minta kemacetan di Jalan Raya Dramaga Bogor dihilangkan aja.

Orang-orang yang FOMO

Fear of Missing Out alias FOMO menjadi momok tersendiri bagi saya. Meski terkadang saya juga begitu, tetapi FOMO yang berdampak pada khalayak umum sangat saya hindari.

Pada poin sebelumnya, saya cerita tentang macet yang nggak kelar-kelar di Jalan Raya Dramaga. Nah, macet nggak kelar-kelar ini salah satu penyebabnya karena ada supermarket yang dibuka beberapa waktu lalu. Yah, namanya juga toko baru buka, pasti segala macam promo ditawarkan di sini. Gara-gara promo besar-besaran itu warga Dramaga Bogor dan sekitarnya jadi berbondong-bondong belanja.

Bukannya saya ngiri sama orang-orang yang pada belanja, ya. Maksud saya, supermarketnya kan nggak bakal ke mana-mana, besok-besok juga masih bisa belanja ke sini, kan, nggak usahlah rame-rame pada belanja di hari itu juga. Eh, tapi kalau semua orang berpikiran kayak saya, supermarket yang baru buka bisa-bisa sepi pengunjung, ya.

Aduh, intinya sih jangan bikin orang lain terganggu aja sampai bikin macet jalan raya.

Dramaga Bogor minim tempat menarik

Sebenarnya poin-poin sebelumnya yang saya sampaikan tadi ada sangkut pautnya. Lantaran tempat menarik di Dramaga Bogor itu jumlahnya minim, makanya kalau ada toko atau semacamnya yang baru buka, orang-orang jadi FOMO pengin ke sana duluan.

Kalau boleh jujur, tempat menarik bagi saya di Dramaga cuma IPB University. Ada sih kafe dan tempat nongkrong lainnya, tapi kebanyakan standar aja, nggak ada yang menarik-menarik banget. Saya nggak bisa bayangin sih Dramaga tanpa IPB bakal kayak gimana.

Trotoar ngenes, nggak ramah buat pejalan kaki

Sepanjang Jalan Raya Dramaga Bogor, keberadaan trotoar betul-betul minim. Kalaupun ada, nggak ramah bagi pejalan kaki. Padahal seharusnya keamanan pejalan kaki dijamin dengan adanya trotoar. Mau sedih, tapi gimana dong, kayaknya dananya sudah dikorupsi bupati kemarin.

Sebagai pejalan kaki, saya menyadari kalau keberadaan trotoar sangat penting. Setidaknya trotoar bisa membantu saya mengurangi interaksi dengan pengendara. Biar aman gitu. Walaupun nyatanya masih banyak pengendara motor yang suka lewat trotoar, sih.

Itulah sedikit cerita soal penderitaan saya yang tinggal di Dramaga Bogor. Meski begitu, semenyebalkan apa pun Dramaga, tetap terasa indah karena ada yang saya sayangi di sini. Wqwqwq.

Semoga pihak Pemkab Bogor bisa menaruh perhatian lebih pada Dramaga sehingga kecamatan ini bisa lebih bersinar. Jangan fokus bangun Cibinong mulu, Pak!

Penulis: Aulia Syafitri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Bioskop Murah di Bogor dengan Harga Tiket Mulai dari 25 Ribu.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version