Dibilang biaya kuliah nggak balik modal
Bagi anak non-beasiswa seperti saya, biaya kuliah S2 emang nggak sedikit. Uang UKT sebesar Rp7 juta harus dibayarkan oleh orang tuanya setiap semester.
Ditambah lagi biaya hidup selama merantau di Semarang tanpa ada pekerjaan sampingan. Jadi 100% ditanggung oleh orangtua. Pastinya ekspektasi para tetangga nanti setelah lulus bakal bisa kerja dengan gaji di atas UMR buat balikin uang modal kuliah.
Pas sudah jadi lulusan S2, jalan hidup tidak membuat saya langsung jadi doesen. Bukannya nggak mau, cuma kampus-kampus incaran menolak lamaran yang diajukan. Daripada nganggur lama akhirnya saya bekerja sebagai guru SD di sekolah swasta.
Mengetahui hal itu, para tetangganya sempat berkomentar, “Kalau taunya jadi guru mah kuliah di sini juga bisa, nggak perlu sampai ke Jawa.” Apalagi sampai di babak hitung-hitungan pendapatan yang katanya nggak seberapa sama uang yang sudah orang tua keluarin buat biaya kuliah. Duh, sakit hatinya bukan main. Emang benar ya kalimat “orang luar cuma bisa ngomong doang.”
Lulusan S2 jadi bahan perbandingan oleh mereka yang nggak kuliah
Selentingan para tetangga yang saling adu kehebatan anaknya sering terdengar. Bukan siapa yang nikah duluan, tapi siapa yang udah dapat kerjaan enak, dekat dari rumah, dan dicap mapan di usia muda. Seolah-olah keberhasilan setiap anak ditentukan dari pekerjaan yang mapan dan gaji besar.
Tidak sedikit teman-teman sebaya di kampung yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan stabil. Sudah bisa beli motor baru padahal belum satu tahun kerja dan cuma tamatan SMA. Jelas ini jadi bahan membanding-bandingkan yang “renyah” untuk saya yang lulusan S2.
Untungnya, omongan nyelekit para tetangga itu berhasil dibungkam karena saya lolos CPNS Dosen 2024. Saya lalu pindah ke Bali karena ditempatkan untuk mengajar di salah satu politeknik disana.
Dari sini, bisa kita ambil hikmah kalau semua ada waktunya. Di tengah menunggu waktu yang tepat itu memang akan ada banyak tantangan. Salah satunya omongan tetangga yang nyelekit di hati. Tapi, biarlah semua itu berlalu dan waktu yang akan menjawabnya.
Penulis: Legi Aspriyanti
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















